Natal, Yesus, Isa bin Maryam, Isa al-Masih, lahir. Yesus sang Isa Al Masih bukan saja Juru Selamat, tetapi Ia adalah Sang Simbol. Setidaknya ada tiga simbol besar yang dibawaNya. Pembaharuan, Keselamatan, dan Harapan. Tatkala umat manusia dicengkeram dalam kebuntuan hidup, Yesus membawa pembaharuan. Perjanjian Allah dan Manusa diperbaharui.
Nuh barangkali menjadi manusia pertama yang mendapatkan tanda pembaharuan, tatkala air bah surut, dan ia melihat pelangi, Busur Tuhan, sebagai janji Allah, Ia tidak akan memusnahkan manusia lagi, dengan air bah.
 Tetapi, manusia kembali berbuat jahat. Tidak terkira betapa gelapnya kegelapan di dalam hati manusia yang memilih jalan kegelapan dan mengajak banyak orang berjalan di jalan yang sama. Hari demi hari, kegelapan semakin meluas dan mendalam. Bahkan, meninggi, menantang Tuhan. Seperti Menara Babel baru.
Yesus Sang Al-Masih, lahir bukan membawa simbol, namun menjadi simbol itu sendiri. Simbol pembaharuan perjanjian Allah dengan manusia. Pembaharuan kehidupan manusia, bahwa Tuhan tetap mencintai manusia.
Yesus juga simbol keselamatan, karena sudah terbukti, manusia tidak dapat mencari keselamatan sendiri. Semakin manusia mencari sendiri, semakin tersesat dia. Ilmu, pengetahuan, dan teknologi pun membawa manusia bukan saja menjauhi Tuhan, tetapi juga hidup dalam kesepian dan anomali ciptaannya sendiri.Â
Yesus bukan simbol keselamatan, melainkan keselamatan itu sendiri. Jalan penderitaan umat manusia ditempuhNya sendiri dengan kaki yang berdarah, punggung yang berdarah, lengan dan tangan yang berdarah, bahkan kepala yang berdarah.Â
Darah itu membasah dan membasuh seluruh jalanan dosa --jalanan dolorosa hingga ke kalvari. Sebelum upacara penistaan paripurna dihelat, dan lambung itu ditombak hingga menyeruat semburan darah.
Yesus adalah simbol Harapan. Hidup yang mampat, penat, dan letih. Kompetisi dan hiperkompetisi yang ditawarkan sistem sosial, ekonomi, dan politik sejak purba hingga saat ini membawa ke satu tujuan: kesia-siaan.Â
Seperti nyanyian Pengkhotbah: "Kesia-siaan atas segala kesia-siaan! Semuanya adalah kesia-siaan." Kehidupan seperti bawang merah. Dikupas, dikupas, dikupas, dan dikupas...dan di tengahnya tidak ada sesuatu pun. Manusia memerlukan satu hal untuk dapat hidup, bahkan untuk sekedar bertahan hidup: Harapan. Yesus adalah harapan bahwa pembaharuan, keselamatan, dan harapan itu sendiri ada di sana, disediakan untuk manusia.
Apa yang bisa dipelajari dari kebijakan publik dalam konteks Sang Natal? Kebijakan publik adalah refleksi Yesus dalam kehidupan bersama yang disebut sistem politik. Jika Yesus adalah keputusan politik dari Allah, maka kebijakan publik adalah keputusan politik Negara.Â
Jika Yesus adalah pembaharuan, keselamatan, dan harapan. Demikian pula seharusnya keputusan Negara yang  baik dan bertanggung-jawab: kebijakan publik adalah pembaharuan atas kehidupan bangsa yang macet, berkarat, dan membusuk.Â
Kebijakan publik adalah keselamatan, karena menyelamatkan bangsa dari kekalahan, baik atas bangsa lain juga atas kehidupannya sendiri. Suatu bangsa yang dalam konflik internal tiada putus, perlu satu keselamatan.Â
Dan keselamatan itu ada pada kebijakan publik. Kebijakan publik adalah harapan, ia memberi harapan bahwa hidup bukan saja terus berlanjut, tetapi lebih baik, lebih berpengharapan. Sebuah harapan yang melahirkan harapan yang lebih besar lagi.
Kebijakan publik dan Natal adalah sebuah dimensi yang sama. Natal adalah pembaharuan, keselamatan, dan harapan. Demikian pula kebijakan publik. Tanpa itu, kebijakan publik tidak ada artinya. Ibarat garam, maka tetap berarti jika tetap asin.
 Jika kehilangan rasa asin, maka seperti kata Yesus: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang". Kebijakan publik yang hambar karena tidak lagi berarti hanya layak dibuang dan diinjak-injak.
Pemerintahan Presiden Jokowi, suka atau tidak, diundang untuk membangun kebijakan-kebijakan publik yang berarti; yang bermakna. Kebijakan publik dalam istilah Sang Natal adalah kebijakan yang memberikan pembaharuan, keselamatan, dan pengharapan.
Tentu saja, ini bukan semata tugas Presiden. Tetapi juga seluruh Pejabat Pemerintah, sejak Menteri, Panglima, Kepala Daerah, dan seluruh ASN. Tapi juga tanggung jawab semua pejabat negara yang berada pada naungan Lembaga Legislatif. Juga Yudikatif. Juga Akuntatif.
Simpulan kita, Yesus, Natal, dan Kebijakan Publik, punya satu kesebangunan: pembaharuan, keselamatan, dan harapan.
Selamat Natal 25 Desember 2019.
Oleh: Dr Riant Nugroho
Ketua, Rumah Reformasi Kebijakan, Ketua Pokja Polhukam Rembugnas 2017
Rumah Reformasi Kebijakan, Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H