Mohon tunggu...
Riant Nugroho
Riant Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Spesialis Kebijakan Publik, Administrasi Negara, dan Manajemen Strategis

Ketua Institute for Policy Reform (Rumah Reformasi Kebijakan)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Natal dan Kebijakan Publik

24 Desember 2019   13:40 Diperbarui: 24 Desember 2019   13:53 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Natal, Yesus, Isa bin Maryam, Isa al-Masih, lahir. Yesus sang Isa Al Masih bukan saja Juru Selamat, tetapi Ia adalah Sang Simbol. Setidaknya ada tiga simbol besar yang dibawaNya. Pembaharuan, Keselamatan, dan Harapan. Tatkala umat manusia dicengkeram dalam kebuntuan hidup, Yesus membawa pembaharuan. Perjanjian Allah dan Manusa diperbaharui.

Nuh barangkali menjadi manusia pertama yang mendapatkan tanda pembaharuan, tatkala air bah surut, dan ia melihat pelangi, Busur Tuhan, sebagai janji Allah, Ia tidak akan memusnahkan manusia lagi, dengan air bah.

 Tetapi, manusia kembali berbuat jahat. Tidak terkira betapa gelapnya kegelapan di dalam hati manusia yang memilih jalan kegelapan dan mengajak banyak orang berjalan di jalan yang sama. Hari demi hari, kegelapan semakin meluas dan mendalam. Bahkan, meninggi, menantang Tuhan. Seperti Menara Babel baru.

Yesus Sang Al-Masih, lahir bukan membawa simbol, namun menjadi simbol itu sendiri. Simbol pembaharuan perjanjian Allah dengan manusia. Pembaharuan kehidupan manusia, bahwa Tuhan tetap mencintai manusia.

Yesus juga simbol keselamatan, karena sudah terbukti, manusia tidak dapat mencari keselamatan sendiri. Semakin manusia mencari sendiri, semakin tersesat dia. Ilmu, pengetahuan, dan teknologi pun membawa manusia bukan saja menjauhi Tuhan, tetapi juga hidup dalam kesepian dan anomali ciptaannya sendiri. 

Yesus bukan simbol keselamatan, melainkan keselamatan itu sendiri. Jalan penderitaan umat manusia ditempuhNya sendiri dengan kaki yang berdarah, punggung yang berdarah, lengan dan tangan yang berdarah, bahkan kepala yang berdarah. 

Darah itu membasah dan membasuh seluruh jalanan dosa --jalanan dolorosa hingga ke kalvari. Sebelum upacara penistaan paripurna dihelat, dan lambung itu ditombak hingga menyeruat semburan darah.

Yesus adalah simbol Harapan. Hidup yang mampat, penat, dan letih. Kompetisi dan hiperkompetisi yang ditawarkan sistem sosial, ekonomi, dan politik sejak purba hingga saat ini membawa ke satu tujuan: kesia-siaan. 

Seperti nyanyian Pengkhotbah: "Kesia-siaan atas segala kesia-siaan! Semuanya adalah kesia-siaan." Kehidupan seperti bawang merah. Dikupas, dikupas, dikupas, dan dikupas...dan di tengahnya tidak ada sesuatu pun. Manusia memerlukan satu hal untuk dapat hidup, bahkan untuk sekedar bertahan hidup: Harapan. Yesus adalah harapan bahwa pembaharuan, keselamatan, dan harapan itu sendiri ada di sana, disediakan untuk manusia.

Apa yang bisa dipelajari dari kebijakan publik dalam konteks Sang Natal? Kebijakan publik adalah refleksi Yesus dalam kehidupan bersama yang disebut sistem politik. Jika Yesus adalah keputusan politik dari Allah, maka kebijakan publik adalah keputusan politik Negara. 

Jika Yesus adalah pembaharuan, keselamatan, dan harapan. Demikian pula seharusnya keputusan Negara yang  baik dan bertanggung-jawab: kebijakan publik adalah pembaharuan atas kehidupan bangsa yang macet, berkarat, dan membusuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun