Mohon tunggu...
Rianti Nanda
Rianti Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - Pelajar

Hobi nonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lagu Daerah Terlupakan: Tren Musik Pop di Kalangan Gen Z

15 Oktober 2024   14:51 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:58 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu Daerah Terlupakan: Tren Musik Pop di Kalangan Gen Z

Lagu daerah dulunya menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan budaya yang tercermin dalam musik tradisional mereka. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, khususnya dengan munculnya generasi Z, popularitas lagu daerah mulai mengalami penurunan. Musik pop, yang lebih dinamis dan global, kini mendominasi selera anak muda.

Pergeseran Tren Musik di Kalangan Gen Z

Generasi Z adalah kelompok yang tumbuh di era digital. Mereka sangat terbiasa dengan akses cepat ke informasi dan hiburan melalui internet, terutama media sosial dan platform streaming seperti Spotify dan YouTube. Musik dari luar negeri, terutama pop dan hip-hop, mudah dijangkau dan lebih relevan bagi gaya hidup mereka yang kosmopolitan. Akibatnya, lagu-lagu daerah yang berbasis pada adat istiadat dan nilai-nilai lokal kerap dianggap ketinggalan zaman atau bahkan tidak lagi dikenal.

Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Gen Z cenderung lebih memilih musik yang dapat mereka hubungkan dengan dunia yang mereka kenal. Musik pop dengan tema percintaan, kemandirian, atau eksplorasi diri lebih sering mereka dengarkan, meninggalkan lagu-lagu daerah yang mungkin hanya sesekali terdengar di acara formal atau perayaan tradisional.

Tantangan untuk Lagu Daerah

Salah satu tantangan besar adalah kurangnya eksposur. Lagu daerah jarang mendapat tempat di media arus utama, apalagi di platform digital yang digandrungi oleh Gen Z. Selain itu, musik daerah biasanya dinyanyikan dalam bahasa lokal, yang mungkin tidak banyak dipahami oleh anak-anak muda yang lebih akrab dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

Selain masalah bahasa, aransemen musik daerah juga dianggap tidak sesuai dengan selera musik modern. Alat musik tradisional yang digunakan dalam lagu daerah, seperti gamelan atau angklung, mungkin tidak memiliki daya tarik yang sama dengan instrumen elektronik modern yang lebih berenergi dan sesuai dengan gaya hidup urban.

Usaha untuk Melestarikan Lagu Daerah

Meski menghadapi tantangan, ada beberapa inisiatif yang berupaya menghidupkan kembali minat terhadap lagu daerah di kalangan Gen Z. Musisi lokal mulai menggabungkan elemen musik tradisional dengan aransemen pop atau elektronik, yang lebih sesuai dengan selera generasi muda. Kolaborasi semacam ini membuat lagu daerah terdengar lebih segar tanpa kehilangan akar budayanya.

Beberapa influencer dan artis muda juga turut serta dalam mempromosikan musik daerah melalui media sosial. Platform seperti TikTok, misalnya, memungkinkan lagu daerah yang di-remix atau dipadukan dengan tarian modern menjadi viral, menarik perhatian Gen Z. Selain itu, acara-acara seperti festival musik daerah yang menghadirkan musisi-musisi populer bisa menjadi sarana untuk mengenalkan kembali kekayaan musik tradisional kepada generasi muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun