Mohon tunggu...
Rian Setiawan
Rian Setiawan Mohon Tunggu... -

Lahir pada tahun yg tergambar shio babi membuat saya terus mengendus dan ingin bercerita apa yg saya endus. \r\n\r\nBaru empat bulan ini saya menjabat sebagai seorang ayah. dan ingin menjadi ayah yg selalu diingat oleh keturunan yg telah dititipkan. \r\n\r\nSalam kenal

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ini Pemikiran Orang Awam (Tentang Gedung DPR)

18 Januari 2011   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:27 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada akhir minggu ini, saya sering menonton berita. Padahal dulu saya tak terlalu memperhatikan tanyangan berita televisi. Apakah karena sekarang jadi ABTS (Ayah baru tampan sekali) sehingga ingin melihat dunia lewat televisi !?

Ketika itu saya melihat dan mendengar berita tentang pembangunan gedung DPR yg akan menghabiskan dana sekian trilliyun lengkap dengan fasilitas kolam renang. "SUBHANALLAH" kalimat itu terucap dari mulut ibu saya. saya tak tau hutang negara berapa ? saya pun tak tau apa saja yg menjadi pendapatan negara. saya seorang akunting di perusahaan swasta, perusahaan tempat saya bekerja memiliki pemasukan milyaran rupiah dan operasional ratusan juta rupiah bahkan hinggal milyaran pula. Jika membandingkan perusahaan dengan negara, pasti jadi jedah yg sangat besar. Itu berarti mungkin uang Trilliyunan itu jumlah yg kecil bagi negara, dan sangat besar bagi perusahaan.

Saya tak melarang atau menanggapi tentang pembangunan gedung DPR yg mewah tersebut. saya hanya tak tahan melihat, mendengar, dan membaca berita memuat yg berhubungan dengan pembangunan tersebut. saya tidak iri dengan siapa yg menjadi kontraktornya kelak, siapa yg diuntungkan setelah pembangunan kelak. saya hanya perduli kepada saudara sebangsa yg masih banyak belum mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal yg layak.

Kalo difikir, anggota DPR berserta keluarganya mempunyai hidup layak dan mampu makan makanan enak berbumbu mewah lebih dari satu kali sehari. Apa pantas diberi fasilitas mewah lagi. saya menuliskan "beserta keluarga" karena Pak Marzuki menuliskan fasilitas kolam renang bukan utk anggota DPR, tetapi utk anggota keluarga atau PNS lain yg sedang berkunjung.

Trilliyunan sangat banyak jika di alokasikan utk membuka lapangan pekerjaan. Jumlah itu sangat banyak ketika memperbaiki kota yg hancur akibat mengamuknya alam. Uang tersebut sangat berguna bagi saudara sebangsa jika di berikan fasilitas.

saya faham, tak mudah mengurangi kemiskinan. negara lain pun perlu berpuluh-puluh tahun menuntaskan masalah ini. tapi apa perlu kita meniru negara lain ?! masalah yg berpuluh-puluh tahun insyallah bisa teratasi kurang dari 10 tahun JIKA ! para pengurus negara ini tidak mementingkan "PENGAKUAN, PENGELUARAN, dan KEBOHONGAN" saya tak bilang kalo mereka bohong, saya hanya bilang mereka mementingkan ketiga hal tersebut.

Saya tak faham kenapa gedung tersebut mesti terealisasi. Uang yg triliyunan tersebut akan mengalir begitu saja membentuk sebuah gedung mewah demi view yg indah tanpa melihat di belakang gedung masih ada rakyat kelaparan karena tak bisa mendapatkan makanan. dimana letak keindahan itu ?! mohon beri penjelasan kepada saya kenapa ?! tapi sebelum menjelaskan, liat dulu wajah-wajah rakyat yg kelaparan !

Maaf bapak2 pejabat. mohon difikirkan ulang tentang pembangunan gedung DPR yg mewah tersebut. fikirkan dari semua sisi. bayangkan jika bapak diposisi seorang pengemis jalan atau seorang tua renta yg tak mampu berkerja mendengar negara akan menghabiskan dana triliyunan utk sebuah fasilitas orang kaya, apakah bapak juga akan gemes dan menelan kekecewaan ? Jika memang tak memikirkan posisi rakyat miskin, sebuah pengakuan, pengeluaran dan kebohongan memang telah melekat di dunia pejabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun