Hallo aku Rian Saputra dari IPB University, di bulan agustus lalu, aku mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pertukaran mahasiswa ke Universitas Lambung Mangkurat yang terletak di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Program ini berlangsung selama 154 hari atau 5 bulan. Dalam program tersebut, kita tidak hanya belajar mengenai akademik di kampus ULM, tetapi juga belajar kebudayaan khas Kalimantan Selatan. Nah, nama program tentang kebudayaan Kalselnya ini dinamakan "Modul Nusantara" yang diadakan sebanyak 24 kali pertemuan, yaa kira-kira 1 minggu 1 kali deh yaa...
Kegiatan 1
Kegiatan ini berkunjung ke Museum Waja Sampai Kaputing (WASAKA) di Banjarmasin. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal budaya dan sejarah Kalimantan Selatan. Dalam kegiatan ini mahasiswa mendapatkan buku profil dari Museum Wasaka sebagai referensi. Museum tersebut memberikan saya sebuah pengalaman tentang perjuangan rakyat Kalimantan selatan dalam memerangi penjajahan yang terjadi di maa lalu, selain itu saya juga mengetahui mengenai baju adat, rumah adat hingga senjata daerah khas Kalimantan selatan.
Kegiatan 2
Kami mengunjungi pertunjukan alat musik khas Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yakni Panting. Alat musik panting terdiri dari gendang, kecapi, gong, biola, hingga krecek. Disana kami belajar sejarah alat musik panting, susunan anggota grup musik panting, hingga pakaian yang biasanya dikenakan oleh para pemain alat musik panting. Disana kami mencoba menggunakan alat musik panting. Ada yang memegang biola, ada yang memegang gong, ada yang memegang kecapi khas kalsel hingga ada yang mencoba gendang. Kami mengetahui jikalau kesenian alat musik panting ini merupakan sebutan nama kesenian yang namanya diambil dari satu nama alat musik, yakni panting. Menarik bukan?
Kegiatan 3
Pada kegiatan ini mahasiswa diperkenalkan makanan khas Banjar yaitu Soto Banjar sambil mengenal musik Banjar dengan alat musik panting yang dimainkan di tempat makan tersebut. Soto banjar memiliki kemiripan dengan ketupat Betawi. Menurut saya, soto banjar lebih menjurus ke semur, dibanding soto, karena memiliki komposisi bahan yang mirip dengan semur, seperti penggunaan santan, telur, dan ketupat. Soto Banjar dengan citarasa rempah yang kaya namun tetap menjadi favorit semua orang (terkadang ada beberapa orang yang tidak menyukai rempah kuat). Pertama kali menyicipi Soto Banjar saya terbuai citarasanya yang otentik lagi unik. Selain itu, kuah soto yang cenderung gurih karena selalu menggunakan Kaldu dari Ayam Kampung menjadikan nilai tambah bagi soto ini.