Mohon tunggu...
Rian Raymon Tarantein
Rian Raymon Tarantein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance

Seorang manusia biasa yang gabut dan pengen terkenal

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Pilihan

Green Cryptocurrency, Masa Depan Keuangan Digital yang Ramah Lingkungan

2 Desember 2024   11:20 Diperbarui: 2 Desember 2024   12:54 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kehadiran cryptocurrency telah membawa perubahan besar dalam dunia keuangan. Namun, kritik terhadap penggunaan energi yang tinggi dalam penambangan (mining) cryptocurrency, terutama Bitcoin, telah menimbulkan kekhawatiran terhadap dampak lingkungan. Dalam menanggapi masalah ini, konsep green cryptocurrency muncul sebagai solusi. Artikel ini akan membahas secara rinci apa itu green cryptocurrency, bagaimana cara kerjanya, serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Apa Itu Green Cryptocurrency?
Green cryptocurrency merujuk pada aset digital yang dirancang untuk meminimalkan jejak karbon dan konsumsi energi dalam operasionalnya. Tidak seperti cryptocurrency tradisional seperti Bitcoin, yang menggunakan mekanisme konsensus Proof-of-Work (PoW) yang boros energi, green cryptocurrency mengadopsi teknologi alternatif yang lebih efisien, seperti Proof-of-Stake (PoS), Proof-of-Authority (PoA), atau teknologi inovatif lainnya.

Mengapa Green Cryptocurrency Diperlukan?

  1. Konsumsi Energi Tinggi pada Cryptocurrency Tradisional:
    Menurut data dari Cambridge Bitcoin Electricity Consumption Index, Bitcoin menggunakan lebih dari 120 terawatt-jam (TWh) listrik setiap tahunnya, setara dengan konsumsi energi beberapa negara kecil. Hal ini menimbulkan emisi karbon yang signifikan.

  2. Dampak Lingkungan:
    Penambangan Bitcoin memanfaatkan perangkat keras yang bekerja terus-menerus, sering kali menggunakan sumber energi tidak terbarukan. Proses ini tidak hanya meningkatkan emisi karbon tetapi juga menghasilkan limbah elektronik.

  3. Tuntutan Regulasi dan Konsumen:
    Regulasi lingkungan yang semakin ketat dan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap keberlanjutan memaksa industri untuk mencari solusi yang lebih ramah lingkungan.

Teknologi yang Mendukung Green Cryptocurrency

  1. Proof-of-Stake (PoS):
    Alih-alih menggunakan daya komputasi untuk memvalidasi transaksi, PoS memilih validator berdasarkan kepemilikan koin mereka. Ethereum, misalnya, telah beralih ke Ethereum 2.0 yang menggunakan PoS, mengurangi konsumsi energi hingga 99,95%.

  2. Proof-of-Authority (PoA):
    Sistem ini memanfaatkan otoritas node terpercaya untuk memvalidasi transaksi, menghilangkan kebutuhan akan perangkat keras berdaya tinggi.

  3. Blockchain Berbasis Energi Terbarukan:
    Beberapa proyek, seperti Chia Network, menggunakan ruang penyimpanan (Proof-of-Space and Time) yang lebih hemat energi dibandingkan algoritma PoW.

  4. Sidechains dan Layer 2 Solutions:
    Teknologi ini mengurangi beban transaksi di jaringan utama, sehingga mengurangi konsumsi energi.

Contoh Green Cryptocurrency

  1. Chia (XCH):
    Chia menggunakan Proof-of-Space and Time, yang memanfaatkan ruang penyimpanan daripada daya komputasi. Metode ini jauh lebih hemat energi dibandingkan PoW.

  2. Algorand (ALGO):
    Blockchain Algorand diklaim sebagai karbon-negatif berkat penggunaan teknologi PoS dan inisiatif penyeimbangan karbon melalui program offset.

  3. Cardano (ADA):
    Cardano menggunakan protokol Ouroboros, sebuah algoritma PoS yang dirancang untuk efisiensi energi.

Manfaat Green Cryptocurrency

  1. Ramah Lingkungan:
    Mengurangi emisi karbon dan dampak negatif lainnya terhadap lingkungan.

  2. Biaya Operasional Lebih Rendah:
    Sistem PoS atau algoritma hemat energi lainnya memerlukan infrastruktur yang lebih sederhana, sehingga biaya penambangan berkurang.

  3. Dukungan Regulasi dan Reputasi:
    Proyek yang ramah lingkungan cenderung lebih diterima oleh regulator dan menarik bagi investor yang peduli terhadap ESG (Environmental, Social, Governance).

  4. Meningkatkan Adopsi:
    Konsumen dan perusahaan cenderung memilih teknologi yang sejalan dengan nilai keberlanjutan, sehingga green cryptocurrency dapat mendorong adopsi lebih luas.

Tantangan Green Cryptocurrency

  • Keamanan:
    Algoritma alternatif seperti PoS sering dianggap kurang aman dibandingkan PoW.

  • Ketergantungan pada Infrastruktur:
    Penerapan teknologi ramah lingkungan memerlukan infrastruktur energi terbarukan yang belum merata di seluruh dunia.

  • Kurangnya Kesadaran Publik:
    Banyak orang belum memahami pentingnya green cryptocurrency, sehingga adopsinya masih terbatas.

Green cryptocurrency adalah langkah penting menuju ekosistem keuangan digital yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan teknologi yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan, green cryptocurrency dapat mengatasi kritik utama terhadap cryptocurrency tradisional. Meskipun menghadapi tantangan, potensi manfaatnya dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan mendorong inovasi teknologi membuat green cryptocurrency menjadi bagian penting dari masa depan industri blockchain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun