2. Dampak Cryptocurrency terhadap Industri Perbankan
Cryptocurrency memengaruhi perbankan Indonesia dalam beberapa aspek utama:
a. Disintermediasi Keuangan
Cryptocurrency menawarkan solusi pembayaran peer-to-peer yang mengurangi kebutuhan akan perantara, seperti bank. Hal ini berdampak pada:
- Transaksi Internasional: Penggunaan stablecoin seperti USDT (Tether) memungkinkan transaksi lintas negara tanpa biaya konversi mata uang.
- Tabungan dan Kredit: Platform decentralized finance (DeFi) memberikan layanan simpan-pinjam dengan bunga lebih kompetitif dibandingkan bank konvensional.
b. Persaingan dalam Layanan Pembayaran
Bank tradisional menghadapi persaingan ketat dari aplikasi blockchain yang menawarkan layanan transfer dana lebih cepat, biaya lebih rendah, dan keamanan yang lebih baik. Contoh:
- Sistem remitansi berbasis blockchain seperti Ripple kini bersaing dengan layanan remitansi tradisional seperti Western Union dan SWIFT.
c. Risiko Keamanan dan Regulasi
Bank harus mengatasi ancaman dari aktivitas ilegal yang terkait dengan kripto, seperti:
- Pencucian Uang: Transaksi anonim menjadi tantangan dalam mematuhi kebijakan anti-pencucian uang (AML).
- Kejahatan Siber: Serangan siber terhadap bursa kripto meningkatkan risiko kehilangan dana konsumen.
3. Respons Perbankan Indonesia terhadap Cryptocurrency
a. Digitalisasi dan Adopsi Blockchain
Untuk menghadapi disrupsi, bank-bank besar di Indonesia mulai berinvestasi dalam teknologi blockchain. Contoh:
- Bank Mandiri dan Bank Central Asia (BCA) mengembangkan prototipe sistem pembayaran berbasis blockchain untuk mempercepat proses kliring dan settlement.
- Beberapa bank telah bermitra dengan startup kripto untuk menyediakan solusi pembayaran digital.