Pada 1 Desember 2024, Donald Trump secara resmi menunjuk Kash Patel sebagai Direktur Biro Investigasi Federal (FBI), menggantikan Christopher Wray sebelum masa jabatannya berakhir. Pengangkatan ini menandai langkah signifikan dalam upaya Trump untuk memperkuat kendali terhadap lembaga-lembaga penegak hukum AS. Patel, yang dikenal sebagai loyalis setia Trump, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf di Departemen Pertahanan dikenal sebagai loyalis Trump dengan sikap tegas terhadap apa yang disebut "Deep State" dan dukungannya terhadap kebijakan kontroversial Trump. Ia memainkan peran penting dalam investigasi terkait dugaan pelanggaran hukum oleh Trump dan bahkan menerima imunitas terbatas saat memberikan kesaksian dalam kasus tersebut. Langkah ini menimbulkan berbagai perdebatan dikalangan publik, mengingat banyak pihak khawatir bahwa pengangkatan ini dapat memengaruhi independensi FBI.
Keputusan ini datang setelah Trump mengkritik kinerja Direktur FBI sebelumnya, Christopher Wray, yang sering ia tuduh gagal dalam menangani kasus-kasus tertentu dengan efektif. Pengangkatan Patel juga mencerminkan keinginan Trump untuk menunjuk loyalisnya itu di posisi strategis guna melaksanakan agenda politiknya.
Pengangkatan ini memicu reaksi beragam. Para pendukung Trump menyambut baik langkah tersebut sebagai bagian dari "reformasi" FBI. Namun, sejumlah mantan pejabat dan pakar hukum menyatakan keprihatinan, mengingat potensi konflik kepentingan dan dampak kebijakan Patel terhadap independensi FBI.
Patel telah menyatakan niatnya untuk merombak institusi tersebut, termasuk menargetkan kebocoran informasi dan mengubah hubungan dengan media.Â
Dengan Patel di pucuk pimpinan FBI, banyak yang menantikan bagaimana lembaga ini akan menghadapi tantangan baru, termasuk isu-isu politik yang semakin kompleks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H