Mohon tunggu...
Riani Putri Sari
Riani Putri Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (FKIP) Program Studi Pendidikan Sosiologi

Saya merupakan mahasiswa aktif dari Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Multikultural sebagai Perekat Budaya di Sekolah

21 Juni 2024   00:20 Diperbarui: 21 Juni 2024   00:29 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mewujudkan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan menjadikan generasi ini sebagai sosok panutan dari ajaran generasi sebelumnya (BP, Munandar, Fitriani, Karlina, & Yumriani, 2022). Secara etimologis multikulturalisme terbentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Pada hakikatnya istilah tersebut berarti mengakui harkat dan martabat masyarakat yang hidup dalam komunitas dan memiliki budayanya masing-masing. Adapun multikulturalisme merupakan ikatan dan jembatan yang memperhatikan perbedaan, termasuk perbedaan ras dan etnis dalam masyarakat multikultural. Dalam masyarakat majemuk, perlu menyadari bahwa perbedaan muncul karena perbedaan sosiokultural. Di sisi lain, perbedaan tersebut dapat menimbulkan efek samping (dampak) yang positif (Mahfud, 2013).

Selanjutnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari interaksi atau hubungan sosial antar individu maupun kelompok, dan hakikatnya saling berdampingan satu sama lain dalam menjalani kehidupan. Interaksi dan hubungan sosial manusia dimulai dari lingkungan keluarga, lalu berkembang ke lingkungan sekolah, dan berlanjut ke lingkungan lebih luas yaitu lingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah merupakan tempat terbentuknya karakter pribadi siswa melalui hubungan sosial yang baik dan positif, serta selain dibentuk di lingkungan keluarga dan masyarakat. Adapun kepribadian anak berkembang dengan baik pada lingkungan dengan hubungan sosial yang baik. Begitu pun sebaliknya, ketika interaksi dalam hubungan sosial kurang, maka terjadi ketidakharmonisan dalam hubungan antar anak. Dalam berinteraksi di lingkungan sekolah dengan latar belakang suku, agama, ras, dan budaya yang berbeda, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berhati-hati tentang berinteraksi dan menghormati satu sama lain agar tidak menimbulkan timbal balik atau respon yang negatif (Anggraeni, 2017).

Namun pada kenyataannya budaya multikultural ini mulai terpecah dan luntur di kalangan masyarakat Indonesia saat ini, terutama di kalangan siswa sekolah. Sehingga, ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial di lingkungan sekolah. Adapun permasalahan yang timbul seperti siswa saling mengejek mengenai perbedaan status sosial, budaya, agama, warna kulit, dengan antar teman sebayanya. Perbedaan seperti ini meskipun dianggap sebagai celotehan biasa, tetapi jika sering terjadi akan menimbulkan dari awalnya konflik kecil yang lama kelamaan akan menjadi masalah besar. Hal-hal ini akan menyebabkan menurunnya rasa kesatuan dan persatuan.

Oleh karena itu, pentingnya isu ini terletak pada pentingnya implementasi pendidikan multikultural dalam mengintegrasikan sebagai perekat budaya di sekolah dalam proses pembelajaran, agar menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis dalam pendidikan. Selain itu, upaya dalam mengatasi permasalah yang ada tersebut menjadi penting untuk dibahas dan dikaji lebih lanjut, guna menciptakan keselarasan dalam pendidikan yang multikultural di Indonesia.

PEMBAHASAN

  • Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural berasal dari dua kata yakni pendidikan dan multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku individu atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui adanya proses pengajaran, pelatihan, dan perbuatan dalam cara mendidik. Disisi lain pendidikan berarti Transfer of Knowledge atau memindah ilmu pengetahuan. Sedangkan pada multikultural secara etimologis kata multi berarti banyak, beragam dan aneka, adapun kultural berasal dari kata culture yang memiliki makna seperti budaya, tradisi, kesopanan atau pemeliharaan. Sehingga, dari kata pendidikan dan multikultural memberikan arti secara terminologis yakni merupakan proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi dari keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama) (Ibrahim, 2013).

Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan respon terhadap perkembangan keberagaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak dalam setiap kelompok. Pada konteks lain, pendidikan multikultural merupakan respons terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana adanya tuntutan antara persamaan hak dalam setiap kelompok. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mengacu seluruh siswa tanpa adanya pembedaan kelompok, seperti pada gender, etnis, ras, budaya, strata sosial, dan agama (Amin, 2018).

 

  • Pentingnya Pendidikan Multikultural Sebagai Perekat Budaya di Sekolah

Pendidikan multikultural merupakan respons terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana adanya tuntutan antara persamaan hak dalam setiap kelompok. Hal ini berarti bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mengacu seluruh siswa tanpa adanya pembedaan kelompok, seperti pada gender, etnis, ras, budaya, strata sosial, dan agama (Amin, 2018). Adapun dalam berinteraksi di lingkungan sekolah dengan latar belakang suku, agama, ras, dan budaya yang berbeda, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berhati-hati tentang berinteraksi dan menghormati satu sama lain agar tidak menimbulkan timbal balik atau respon yang negatif (Anggraeni, 2017).

Namun kenyataannya budaya multikultural ini mulai terpecah dan luntur di kalangan masyarakat Indonesia saat ini, terutama kalangan siswa sekolah. Sehingga, ini menimbulkan kesenjangan sosial di lingkungan sekolah. Adapun permasalahan yang timbul seperti siswa saling mengejek mengenai perbedaan status sosial, budaya, agama, warna kulit, dengan teman sebayanya. Perbedaan seperti ini meski dianggap sebagai perkataan biasa, tetapi jika sering terjadi akan menimbulkan konflik. Alhasil menyebabkan menurunnya rasa kesatuan dan persatuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun