[caption id="attachment_140837" align="aligncenter" width="640" caption="Najwa Shihab"][/caption]
Oleh: Rian Fatur
Mahasiswa Program Studi Penerbitan Politeknik Negeri Jakarta
Najwa Shihab adalah jurnalis televisi yang sukses. Kesetiannya pada profesinya mengantarkannya meraih beberapa penghargaan mayor dalam beberapa penghargaan prestisius.
Tidak sulit untuk menjumpai Najwa Shihab. Setiap Rabu pukul 10 malam, Anda akan disapa lewat program acara talkshow “Mata Najwa”. Talkshow yang mengangkat sejumlah peristiwa hangat yang terjadi di tanah air, maupun tema yang sudah timeless namun memiliki nilai berita untuk disiarkan untuk memenuhi keingintahuan khalayak yang selalu haus akan berita. Nana, panggilan akrab Najwa Shihab, sendiri bertindak selaku pembawa talkshow sekaligus sebagai co-produser. Program “Mata Najwa” sendiri diberikan oleh Metro TV, stasiun televisi tempat Nana bekerja, sebagai apresiasi kepada Nana atas dedikasinya sebagai jurnalis untuk Metro TV selama hampir 11 tahun sejak Metro TV berdiri pada tahun 2000. Selama berkarir di Metro TV, Nana telah meraih beberapa prestasi di tingkat internasional maupun regional, diantaranya Juara 3 untuk kategori best current affairs presenter dalam anugerah Asian Television Award yang diadakan oleh insan pertelevisian Asia pada tahun 2008, runner-up pada ajang dan kategori yang sama di tahun 2009, dan menjadi nominator untuk kategori best current affairs talkshow dan best talkshow untuk “Mata Najwa” pada tahun 2010, serta beberapa penghargaan regional lainnya. Baru-baru ini, Nana juga terpilih Young Global Leaders (YGLs) oleh World Economic Forum (WEF) yang dilatarbelakangi oleh pencapaian profesionalitas, komitmen bagi masyarakat, serta potensialitas Nana demi terwujudnya tatanan dunia yang lebih baik melalui kemampuan kepemimpinannya yang mampu menginspirasi orang lain.
Nana lahir pada 16 September 1977 di Makassar dan dibesarkan dalam lingkungan relijius. Nana kecil sudah masuk TK Al-Quran. Melanjutkan sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah, kemudian SMP Al-Ikhlas di Jakarta. Nana kecil sudah jatuh hati pada dunia jurnalistik. Nana suka menonton televisi, terutama program-program berita. Bahkan kadang Nana suka menirukan gaya seorang reporter yang tengah melakukan report atau Nana juga suka menirukan seorang news anchor yang sedang membacakan berita. Nana kecil pernah menjadi juara satu lomba baca puisi tingkat sekolah dasar se-DKI Jakarta, Nana juga menjadi ‘bintang pelajar’ di SD-nya. Keluarga memang sangat memperhatikan faktor pendidikan. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah yang utama dan tidak bisa ditawar. Dulu waktu di SMU, Nana mendapat kesempatan untuk mengikuti program America Field Service (AFS), program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Namun kesempatan ini berbuntut panjang. Keluarga banyak yang menolak karena harus melepas anak perempuan yang baru berusia 16 tahun selama setahun ke Amerika untuk tinggal di lingkungan keluarga asuh. Sempat terjadi perdebatan keluarga. Waktu itu, ayah Nana lah yang paling mendukung untuk mengikuti program tersebut karena ayah Nana berpikiran apa pun untuk pendidikan akan diperbolehkan. Dalam usia itu pun beliau memberikan kepercayaan karena Nana sudah dibekali oleh ilmu agama sebelum berangkat ke Amerika.
Ayah Nana, Quraish Shihab, ahli tafsir di Indonesia, membebaskan pilihan kepada anak-anaknya untuk bersekolah ke mana saja. Beliau tidak membatasi anak-anaknya dakan menuntut ilmu, inilah yang membuat Nana mantap untuk menerima tawaran ertukaran pelajar ke Amerika. Hasilnya, selama setahun menuntut ilmu di Amerika, Nana mendapatkan banyak pelajaran berharga. Pendalaman bahasa Inggris, hidup mandiri yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, hingga toleransi antar umat beragama.
Nana juga diberikan kebebasan dalam berumah tangga oleh sang ayah. Termasuk saat Nana memutuskan untuk menikah mudah di usia 20 tahun. Bagi sang ayah, yang penting Nana telah menyelesaikan kuliahnya. Menjelang pernikahan, keluarga sempat ragu. Tapi, karena pengalaman sang kakak yang menikah di usia 19 tahun akhirnya diizinkan. Suami Nana adalah Ibrahim Assegaaf, seorang jurnalis yang sekarang menjadi pengacara. Pernikahan mereka dikaruniai seorang anak yang bernama Izzat (10 tahun).
Sebagai anak dari Quraish Shihab, Nana tidak menjadikan predikat tersebut sebagai beban, justru makin membuat Nana termotivasi untuk menunjukkan bahwa seorang jurnalis televisi harus bisa tampil di depan kamera, entah siapa pun dia, darimana asalanya, mapun latar belakangnya. Semua orang memiliki peluang yang sama, yang membedakan hanya tekad dan semangat setiap orang dalam meraih tujuannya.
Karir jurnalistik Nana dimulai ketika magang di stasiun televisi RCTI. Saat itu, Nana diberikan kesempatan untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Kebetulan pada waktu itu wartawan RCTI banyak yang sedang mengambil cuti, Nana pun dengan leluasa mengambil alih tugas-tugas tersebut dengan mewawancarai beberapa tokoh penting, diantaranya Menteri Luar Negeri Belanda pada saat itu.
Pada tahun 2000, Nana bertemu dengan Andy F. Noya yang kemudian memberikan tawaran untuk bergabung di Metro TV yang masih dalam perintisan. Merasa tertarik dengan konsep Metro TV, Nana pun bergabung sebagai reporter pertama Metro TV. Merasa tertarik dengan konsep Metro TV, Nana pun bergabung sebagai reporter pertama Metro TV bersama Wiyanda Pusponegoro.