Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Keterkaitan Puasa dan Gender: Refleksi atas Isu-Isu Sosial dan Budaya yang Terkait

30 Maret 2023   21:07 Diperbarui: 30 Maret 2023   21:11 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa merupakan salah satu praktik keagamaan yang dilakukan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Dalam praktiknya, puasa dilakukan selama bulan Ramadan sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Namun, di balik praktik puasa, terdapat keterkaitan yang kompleks antara puasa dan gender yang terkait dengan isu-isu sosial dan budaya yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Salah satu isu terkait puasa dan gender adalah peran perempuan dalam praktik puasa. Dalam banyak budaya Muslim, perempuan sering kali diberikan tanggung jawab lebih besar dalam mempersiapkan makanan dan kebutuhan keluarga selama bulan puasa. Hal ini dapat menjadi beban yang berat bagi perempuan yang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab keluarga yang lain. Selain itu, terdapat juga perdebatan tentang apakah perempuan yang menstruasi diizinkan untuk tidak berpuasa, yang dapat menyebabkan stigma sosial bagi perempuan yang memilih untuk tidak berpuasa.

Di sisi lain, puasa juga dapat menjadi bentuk penguatan identitas gender bagi kaum pria. Dalam beberapa budaya Muslim, kaum pria sering kali menganggap puasa sebagai bentuk pengorbanan yang lebih besar daripada yang dilakukan oleh perempuan. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksetaraan gender dan memperkuat stereotip yang merugikan perempuan.

Selain itu, terdapat juga isu terkait publikasi dan penyebaran informasi terkait puasa dan gender yang cenderung menekankan peran gender yang stereotipikal. Sebagai contoh, iklan makanan dan minuman khusus untuk berbuka puasa sering kali menampilkan gambar-gambar perempuan yang memasak dan menyajikan makanan bagi keluarga. Hal ini dapat menyebabkan persepsi yang keliru terkait peran gender dalam praktik puasa.

Keterkaitan antara puasa dan gender tidak dapat dipisahkan dari isu-isu sosial dan budaya yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi isu-isu tersebut, diperlukan kesadaran dan upaya bersama untuk menghilangkan stigma sosial dan stereotip gender yang merugikan. Selain itu, penting untuk memperkuat peran perempuan dalam praktik puasa dan menghindari penguatan stereotip gender yang dapat menyebabkan ketidaksetaraan gender.

Keterkaitan antara puasa dan gender menunjukkan kompleksitas isu-isu sosial dan budaya yang mempengaruhi praktik keagamaan sehari-hari. Melalui refleksi dan kesadaran, kita dapat mengatasi isu-isu tersebut dan memperkuat praktik puasa sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT tanpa harus merugikan atau mengeksploitasi peran gender dalam prosesnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun