Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Puasa dan Kapitalisme: Refleksi atas Konsumerisme pada Praktik Puasa dalam Masyarakat Modern

29 Maret 2023   04:06 Diperbarui: 29 Maret 2023   04:19 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Praktik puasa sebagai bentuk ibadah yang dijalankan oleh umat beragama sering kali berbenturan dengan nilai-nilai kapitalisme dan konsumerisme yang kian mengemuka dalam masyarakat modern. Sebagai konsep ekonomi dan sosial yang menempatkan kepentingan ekonomi sebagai prioritas, kapitalisme memberikan pengaruh besar terhadap cara hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam tulisan ini, saya akan membahas dampak konsumerisme dalam masyarakat modern terhadap praktik puasa, dengan mengacu pada teori tokoh sosial-kultural, Pierre Bourdieu.

Bourdieu menyatakan bahwa praktik sosial dipengaruhi oleh habitus, yaitu keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan tindakan yang dikonstruksi oleh suatu kelompok sosial. 

Dalam konteks ini, praktik puasa dianggap sebagai bagian dari habitus yang dijalankan oleh umat beragama tertentu. Namun, dampak konsumerisme dapat mempengaruhi habitus tersebut dan mengubah praktik puasa yang semula berlandaskan nilai-nilai religius menjadi lebih terpengaruh oleh nilai-nilai kapitalis.

Pertama-tama, konsumerisme dapat mempengaruhi cara umat beragama dalam melaksanakan praktik puasa. Dalam masyarakat modern yang serba cepat dan materialistik, puasa sering kali dianggap sebagai hambatan dalam mencapai tujuan material dan konsumsi. Banyak orang yang lebih memilih mengabaikan praktik puasa dan menjadikan konsumsi sebagai prioritas utama. 

Hal ini terlihat dari banyaknya restoran dan kafe yang tetap buka selama Ramadan dan menyajikan makanan dan minuman spesial yang dianggap sebagai bagian dari "tradisi" Ramadan. Akibatnya, praktik puasa menjadi lebih terpengaruh oleh nilai-nilai konsumerisme dan materialistik, yang bertentangan dengan nilai-nilai religius.

Kedua, konsumerisme juga dapat mempengaruhi sikap umat beragama terhadap praktik puasa. Dalam masyarakat modern yang cenderung memuja konsumsi dan kemewahan, banyak orang yang merasa terasing dari praktik puasa yang dianggap sebagai bentuk pengorbanan dan penahanan diri. Mereka lebih memilih untuk hidup dalam kenyamanan dan kemewahan, dan menganggap praktik puasa sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman dan tidak relevan. 

Hal ini dapat mempengaruhi habitus umat beragama dan mengubah nilai-nilai religius yang semula dipegang sebagai bagian dari identitas kelompok menjadi nilai-nilai yang tidak lagi relevan atau diabaikan.

Namun, di sisi lain, praktik puasa juga dapat membawa dampak positif dalam menghadapi konsumerisme dan materialisme yang menguat dalam masyarakat modern. Sebagai praktik sosial yang menekankan pada kebersamaan, kesederhanaan, dan ketahanan diri, puasa dapat membantu membangun solidaritas sosial dan mengurangi dampak negatif konsumerisme dalam masyarakat modern.

Dalam konteks ini, praktik puasa dapat dianggap sebagai bentuk resistensi terhadap hegemoni kapitalisme dan konsumerisme yang mendominasi masyarakat modern. Seperti yang disebutkan oleh Bourdieu, praktik sosial dapat membentuk identitas kelompok dan memperkuat kesadaran kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun