Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Melawan Homogenisasi Budaya dalam Era Globalisasi: Pentingnya Praktik Puasa sebagai Wujud Diversitas Budaya

29 Maret 2023   02:35 Diperbarui: 29 Maret 2023   03:20 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era globalisasi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia, termasuk dalam aspek budaya. Kita dapat melihat bagaimana globalisasi telah mengarah pada homogenisasi budaya di berbagai belahan dunia. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari media massa dan budaya populer yang seringkali mengesampingkan atau mengabaikan budaya lokal dan tradisional.

Dalam konteks ini, praktik puasa menjadi penting sebagai wujud diversitas budaya dan sebagai upaya melawan homogenisasi budaya yang terjadi dalam era globalisasi. Dalam praktik puasa, setiap budaya memiliki cara dan alasan tersendiri dalam menjalankan ritual tersebut, yang terkadang berkaitan dengan kepercayaan agama atau tradisi lokal.

Dalam teori sosial, tokoh seperti Edward Said dan Stuart Hall telah banyak membahas tentang pentingnya mempertahankan dan melestarikan keberagaman budaya dalam era globalisasi. Edward Said dalam bukunya yang terkenal "Orientalism" menyoroti bagaimana barat sering kali meremehkan dan mengabaikan budaya timur, sehingga terjadi penyeragaman budaya yang merugikan keberagaman. Sementara itu, Stuart Hall dalam teorinya tentang "Cultural Identity and Diaspora" menekankan pentingnya memperkuat identitas budaya dan menghargai keberagaman dalam sebuah masyarakat global.

Dalam konteks praktik puasa, kita dapat melihat bagaimana praktik ini mampu memperkuat identitas budaya dan melestarikan keberagaman. Sebagai contoh, praktik puasa di bulan Ramadhan bagi umat muslim merupakan salah satu bentuk identitas budaya yang sangat kuat, di mana praktik puasa dijalankan sebagai bentuk ketaatan agama dan tradisi. Sementara itu, di India, praktik puasa dikenal sebagai Vrat dan memiliki berbagai macam alasan dan bentuk praktik di tiap wilayah.

Dalam konteks perubahan sosial dan budaya, praktik puasa juga dapat menjadi media perlawanan terhadap penyeragaman budaya yang terjadi dalam era globalisasi. Dengan menjalankan praktik puasa sesuai dengan kepercayaan dan tradisi masing-masing, kita dapat menunjukkan bahwa keberagaman budaya masih tetap ada dan perlu dihargai.

Selain itu, praktik puasa juga dapat menjadi media pengenalan budaya yang lebih dalam kepada orang-orang dari budaya lain. Ketika kita menjalankan praktik puasa, kita dapat membagikan pengalaman dan pengetahuan tentang kepercayaan dan tradisi kita kepada orang lain, sehingga mereka dapat lebih memahami keberagaman budaya yang ada di dunia ini.

Praktik puasa menjadi penting sebagai wujud diversitas budaya dan sebagai upaya melawan homogenisasi budaya yang terjadi dalam era globalisasi. Dengan memperkuat identitas budaya dan menghargai keberagaman, kita dapat menjaga keberagaman budaya dan memperkaya pengalaman hidup kita di tengah era globalisasi yang serba cepat dan serba modern ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun