hilang di bait bait senandung malam ketika kuntum bunga telah jatuh di tanah basah.
Kupertanyakan aksaramu yangKosong, tanpa goresan rindu yang menikam detak nadi separuh gelap malamku.
Kini sunyi seolah bayang menemani serupa jubah lusuh melekat di raga kian rapuh tanpamu.
"Aku bertanya padamu, ketika jemari liukan kata di lembar kertas usang.." adakah isyarat rindu yang kau titipkan?
Ketika mata belumlah terlelap lelah, ketika imaji semakin liar tak terkendali, apakah engkau menyadari bahwa desir angin membawa semua gelisahku tentangmu.
Namun kembali sunyi adalah merupa sebuah jawaban kudekap lirih di pembaringanku yang lemah dan sekarat.
Maka kubiarkan dingin menyergap menggumuli raga terbius imaji bermain di lingkaran mimpi yang berkarat.
Hingga esok ketika tetes embun jatuh di kelopak netra yang terjaga kembali kupertanyakan padamu.
"Apakah degub ini untukmu.?"
Karawang, 30 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H