Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tak Seharusnya Kau Datang

11 Agustus 2020   12:20 Diperbarui: 11 Agustus 2020   12:28 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kepada tangan-tangan tak bertuan, bahumu sedikit kupinjam, sebagai alasan untuk sebuah empati, yang melukai dasar hati lebih dalam.

Pecut aku dengan kalimat yang lihai, lalu mainkan peranan di atas mata sajak gigil yang menua oleh zaman akibat kebodohan.

Kembali menulis di ujung harapan akan keringat dingin dan sebutan uang. Belasungkawa tangis, gemeretak santun tanah Maharani.

Di mana kebebasan dari sebuah kehilangan, adalah kesakitan terpanjang, rintihan teraneh bersayap sembilu, darah ungu dan lugasnya kata, memukul-mukul sendi hingga hancur dan uar pada kekuatan udara jenuh.

Ya kau! Kubu kami mati karam. Tetapi, senyuman puas kembali mengalirkan semburat darah.

Kisah ini berakhir begitu terlambat, alam lihatlah aku kembali pulang. Katakanlah selamat jalan, sebelum udara menghitung waktu.

Karawang, 11 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun