Sapardi Djoko Damono. Siapa yang tidak mengenal beliau? Sapardi Djoko Damono ialah pujangga kecintaan Indonesia yang terkemuka. Melalui karya-karyanya Sapardi Djoko Damono banyak dikagumi dan dikenal banyak orang. Termasuk saya.
Hari ini, 20 Maret ialah tanggal kelahirannya. 81 tahun lalu, tepatnya 20 Maret 1940 beliau lahir di Surakarta, Jawa Tengah. Namun pada tahun lalu, beliau menghembuskan nafas terakhirnya. 19 Juli 2020 menjadi hari yang memilukan untuk bangsa Indonesia, terkhusus orang-orang yang setia mengikuti atau menikmati karya-karya beliau.Â
Lebih kurang sudah 8 bulan Sapadi Djoko Damono meninggalkan kita semua. Jauh sebelum meninggal, beliau sudah menyuguhkan karya sebagai obat dikala kita rindu padanya.Â
Melalui puisinya "Pada Suatu Hari Nanti" beliau menyampaiakn pesan yang begitu dalam dan menyentuh. Puisi itu beliau tulis pada tahun 1991 dan diterbitkan pertama kali pada tahun 2013 dengan judul yang sama dalam bentuk buku cerpen.
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.
(Sapardi Djoko Damono)
Sumber: goodreads.com
Sapardi Djoko Damono atau orang kerap memanggilnya dengan sebutan SDD sebagai singkatan dari namanya ini sudah gemar menulis sejak beliau masih muda. Kecintaannya pada menulis kemudian berkembang kala ia mulai menempuh kuliah di Universitas Gadjah Mada pada bidang Bahasa Inggris di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra yang sekarang menjadi Fakultas Ilmu Budaya.
Saya mengenal beliau memang tidak terlalu lama, Â impian untuk berjumpa langsung pun tak pernah terlaksana. Walaupun sudah saya impi-impikan semenjak saya mengetahui sosoknya. Pertengahan tahun 2019 menjadi awal mula saya mengetahui sosok beliau lewat musikalisasi puisi yang saya lihat di salah satu kanal youtube. Berangkat dari situ saya mulai mencari-cari karya beliau yang lainnya.Â
Satu persatu saya tonton puisi-puisi karya SDD. Hingga akhirnya saya menemukan satu puisi yang membuat jatuh cinta dengan karya beliau yang luar biasa. Ya, "Aku Ingin". Saya melihat kesederhanaan dalam puisi itu, namun maknanya begitu dalam.
Pada tahun akhir tahun 2020 kemarin, saya menonton film Hujan Bulan Juni yang diadaptasi dari buku SDD. Tentunya bagi orang-orang yang sudah membaca bukunya pasti sudah tahu bahwa puisi "Aku Ingin" itu terdapat dalam buku Hujan Bulan Juni.Â
Tak bisa saya jelaskan panjang lebar bagaimana rasa kagum ini ada ketika saya membaca, menonton, mendengarkan karya-karya SDD yang sudah banyak dikenal khalayak luas. Sungguh aku ingin bisa seperti Sapardi Djoko Damono.
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)
Sumber: goodreads.com
Untuk para pembaca yang masih remaja dan mungkin tidak banyak tahu (atau belum tahu) sosok sastrawan kebanggaaan Indonesia, Sapardi Djoko Damono dan karya-karyanya, saya coba tuliskan karya-karya beliau yang nantinya bisa teman-teman cari.
- Duka-Mu Abadi
- Lelaki Tua dan Laut (terjemahan dari karya Ernest Hemingway)
- Mata Pisau
- Sepilihan Sajak George Seferis (terjemahan dari karya George Seferis)
- Puisi Klasik Cina (terjemahan)
- Lirik Klasik Parsi (terjemahan)
- Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak
- Perahu Kertas
- Sihir Hujan
- Water Color Poems (terjemahan)
- Suddenly The Night: The Poetry of Sapardi Djoko Damono
- Afrika yang Resah (terjemahan)
- Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (antologi sajak)
- Hujan Bulan Juni
- Black Magic Rain (terjemahan)
- Arloji
- Ayat-ayat Api
- Pengarang Telah Mati
- Mata Jendela
- Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?
- Membunuh Orang Gila
- Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia Periode Awal
- Mantra Orang Jawa
- Before Dawn: The Poetry of Sapardi Djoko Damono
- Kolam
- Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita
- Namaku Sita
- The Birth of I La Galigo (terjemahan)
- Hujan Bulan Juni: Sepilihan Saja
- Trilogi Soekram
- Hujan Bulan Juni ( versi novel)
- Melipat Jarak
- Suti
- Pingkan Melipat Jarak
- Yang Fana Adalah Waktu
- Sepasang Sepatu Tua
Non-sastra
- Sastra Lisan Indonesia , ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad pada tahun 1983.
- Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan
- Dimensi Mistik dalam Islam, terjemahan karya Annemarie Schimmel "Mystical Dimension of Islam" terbit pada tahun 1986.
- Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia (tahun 2004).
- Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (tahun 1978).
- Politik Ideologi dan Sastra Hibrida (tahun 1999).
- Pegangan Penelitian Sastra Bandingan (tahun 2005).
- Babad Tanah Jawi (penyunting bersama Sonya Sondakh).
- Bilang Begini, Maksudnya Begitu
- Alih Wahana
- Kebudayaan (Populer) (di Sekitar) Kita.
- Tirani Demokrasi.
Oh ya, tadi sore juga keluarga alm. Sapardi Djoko Damono melakukan live di instagram SDD (@damonosapardi) untuk mengenang SDD pada hari kelahirannya ini, 20 Maret.
20 Maret 2021
Riandi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H