Mohon tunggu...
Rian JONG
Rian JONG Mohon Tunggu... -

jadilah diri sendiri dan berguna bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kata-Kata Kompleks tentang Penghidupan Semesta

31 Maret 2016   22:59 Diperbarui: 31 Maret 2016   23:24 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hidup tuhan akan hidup hingga manusia tiada"

                      -Jong Dalolu-

[caption caption="Dok. Pribadi"]

[/caption]Di saat makhluk tuhan yang sempurna melangsungkan penghidupannya mereka seakan tau hidup yg paling indah adalah selalu berada pada keromantisan dan percintaan dan tentunya ketenangan yang hakiki, kemudian makhluk tuhan ini pun sangat mengharapkan kebaikan yang selalu menemani cinta dan kasih diantara makhluk-makhluk yang selalu memberikan sebuah penghormatan, diantara sela-sela rimba yang selalu dengan senyum memberikan ungkapan keromantisan cita, lalu dengan angan-angan maklhuk sempurnah ini pun, di guyur dengan rautan-rautan yg selalu terus-menerus menerkam dari musim-kemusim kemusim dengan penuuh cinta, dengan aura-aura positif dan tidak lepas dengan aura-aura negatifnya pun selalu datang silih berganti. 

Sewaktu di saat fajar datang dengan sebuah senyuman tanpa ada kusam di kening makhluk anak bumi sebelum itu senyum cerahpun sudah memberi isyarat dan terpatri dalam naungan kesenangan dan kegembiraan,, di saat anak bumi inipun semakin besar dan juga mulai terpancar sebuah pesona dari penghidupan pun terbentuk walau desiran angin dan berbauan debu yang melintasi kening dan rautan wajah yg bergelombang seketika merekapun merasa sangat senang.

Ketika semesta mulai bercakap dengan indah bersama kaum-kaum yg telah tercipta dari pepohonan yg berbuah dengan kasih sayang yang selalu terus memberikan keturunan dengan biji-biji keikhlasan kasih sayangnya, namun seketika bumipun terdiam dengan raut wajahnya bergemetar, lautanpun bergelombang semakin deras dan desiran anginpun tak seperti biasanya dan sikapnya yg cerah pun terlihat tak seperti biasanya karangpun seakan enggan untuk berpindah dari kondisi ini dia hanya diam di tempat dan melihat dengan raut yang datar di dalam rimbapun telah berguguran dedaunan yg tak kuat menahan laju angin yang datang seperti buah-buahan dan sejenisnya 

Tak tahan dengan keguncangan ini meskipun tak sedahsyat gempa dengan kekuatan tektoniknya makhluk-makhluk kecil inipun terguncangkan sketika rautan wajah yg bergelombangpun menjadi hitam dan pekat dan ternyata akan ada air yg mengalir dari atas mahkota yg gagah perkasa itu dengan seutas benang mencoba untuk memberikan isyarat untuk melerai dan memberikan sebuah pengetahuan kepada makhluk-makhluk sempurnah itu 

Dan kemudian membentag diantara jalan-jalan setapak yang terlihat kaku dengan pondasi yg juga dalam kondisi basah dan becek namun isyarat diantara utasan-utasan benang itupun tak membuat raut yg pekat itu pergi, dan ternyata air-air yg berjatuhan dari mahkota yg mulia tadipun telah habis dan berlalu namun raut yg bergelombangpun tak bisa hilang begitu saja ketika selepas dari jejak-jejak air yg berjatuhan, setelah mulai redah dengan teriakan darimakhluk-makhluk di sekitaran rimba-rimba yg masih melekat pekat rasa cinta dari makhluk-makhluk pada pepohonan, dan rautan yg hitam dan pekatpun telah beranjak pergi karena telah muncul secercah kehangatan cinta yg di harapkan sebelumnya 

Adapun bekkas jejak yg di laluinyapun seperti tak pernah dilupakan meski telat di tutupi dengan air yg mengalir dari atas mahkota mulia itu danjuga di terjang angin dari segala penjurupun takbisa membuatnya melupakannya dan kemudian ketika sudah mulai cerah dan rautan itam pekatpum berubah menjadi kekunig-kebirubiruan dan ternyata ada senja yg telah lama menunggu di balik tergangan air diatara rimba-rimba, diatas mahkota dan di segala penjuru, 

Sekali lagi dengan sebuah kehadiran dari keindahan yg mewakilkan cita-cita cinta yaitu romantisme cinta kasih dari setiap langkat yg ingin di susuri pada jalan setapak diantara rimba-rimba, makhluk diantara rimba yg berpohon dengan kedewasaan, memang senja datang setelah hitam pekat melanda, ketika senjapun menemukan keemasan jingganya maka diapun siap untuk tertidur dan ingin sekali memutar kembali kejadian yg telah dia lalui dengan keadaaan tidur dalam mimpi yg sudah nyata dan terus terbayang darinya..................... !!!!!

Malang, 31 maret 2015 pkl.01:51 dinihari

Tulisan Saya Satu tahun yang lalu di tanggal yang sama masih original, sampai hurufnyapun masih KAPITAL, yaah begitulah namanya juga nulisnya masih belajar sambil renungi dinihari waktu itu :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun