Mohon tunggu...
rianda purba
rianda purba Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

UN SMP Selesai, Siswa-Siswi berseragam Corat-Coret Konvoi

13 Mei 2016   03:21 Diperbarui: 13 Mei 2016   03:32 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang yang sangat panas, tampak remaja berseragam SMP yang telah dicorat-coret konvoi dengan menggunakan sepeda motor. Hal ini menghiasi perjalanan Dari Kampus USU ke simpang Selayang melalui jalan Setia Budi Medan, tanggal 12 Mei 2016 Pukul 11.30 WIB.

Sekitar 6 kreta (Sepeda Motor) yang dikendarai Siswa-Siswi tanpa menggunakan helm. Hanya ada satu orang Siswi yang dibonceng menggunakan helm, sedangkan yang lain sama sekali tidak menggunakannya. Mereka terlihat ugal-ugalan dan melaju dengan kecepatan yang tinggi untuk berkendara di perkotaan.

Lampu merah Simpang Ringroad Jalan Setia Budi Medan dengan tegas menyetop rombongan Siswa-Siswi tersebut. Dalam hal ini, aku menyempatkan untuk mengambil gambar atau memfoto mereka dari belakang. Tampaknya, Siswa-siswi tersebut melaju ke arah yang sama dengan penulis.  Sebelum lampu kuning, mereka tampak sibuk untuk siap melaju sehingga ketika lampu kuning mulai nyala mereka tampak sudah melaju dengan kencang. Hanya beberapa dari mereka saja yang kelihatan hati-hati.

Tepat di Simpang Pemda dimana lampu merah menjadi penghalang bagi pengendara untuk mencoba bersabar, aku menyempatkan untuk bertanya kepada salah seorang  siswa yang ikut konvoi. Dia memasang wajah curiga denganku tetapi tetap menjawab dengan yakin. Siswa SMP tersebut mengatakan bahwa mereka baru selesai ujian nasional, dirinya sendiri tidak tahu mau ke mana, hanya ikut kawan-kawannya dan kemungkinan hanya keliling-keliling saja. Situasi saat aku sedang bertanya juga membuat semua siswa-siswi berseragam putih biru yang sudah dicoret tersebut penasaran. Mereka bertanya” ada apa Bang? Kami konvoinya gak anarkis Bang”. Kemudian aku langsung mengatakan kepada mereka untuk berhati-hati. Seketikanya aku mengucapkan itu, beberapa dari mereka langsung mengambil celah untuk melewati garis dan langsung saja melaju dengan kencang dan diikuti oleh beberapa teman-temannya yang lain. Padahal, belum ada aba-aba dari lampu kuning untuk siap-siap melaju, lampu merah masih menyala dengan terang.

Tak lama aku melaju dan tetap berada di belakang mereka. mereka menguasai setengah dari jalan mengenai aku sambil berkendara dan tampak berbicara. Kemudian salah seorang dari mereka mengarah dan senyum kepada ku sambil membentuk huruf V menggunakan jarinya. Tapi tetap saja mereka ngebut di jalanan.

Sebuah tindakan yang benar-benar melanggar aturan berlalu lintas. Corat-coret dan konvoi menjadi tradisi Siswa-Siswi SMA yang baru selaesai Ujian Nasional dilakukan oleh Siswa-Siswi SMP. Hal ini seperti pewarisan tradisi yang berbeda, karena belum memasuki apa yang seharusnya berhak dilakukannya. Walaupun hal ini memang sama sekali tidak layak untuk diwariskan. Atau karena proses belajar yang mana dalam kasus ini adalah proses belajar meniru dari Siswa-Siswi SMA, tentu ini didukung oleh orang tua yang terlalu cepat memberi izin belajar dan menggunakan kreta serta gadjet serba bisa dengan berbagai fitur yang mendukung seseorang untuk eksis di media sosial sehingga terjadi proses narsis dengan cara apapun baik yang positif dan negatif. Apalagi yang selalu menjadi aktor dalam hal ini adalah orang-orang yang baru memasuki usia remaja dan yang sedang dalam usia remaja.

Berita yang sempat menjadi trending topik di berbagai media pada bulan lalu yaitu saat Siswi SMA di Medan memarahi seorang Polwan gara-gara kendaraan yang dinaikinya distop oleh Polwan tersebut tidak membuat siswa-siswi paham akan tindakannya. Seharusnya siswa bisa mengambil sisi baik dari perbuatan melanggar tersebut dengan tidak melakukan konvoi yang diikuti ugal-ugalan di Jalan Raya. Atau mungkin malah mengambil sisi buruknya dengan melawan aparat. Padahal, banyak cara lain yang lebih positif, tidak merugikan orang lain, dan bahkan menguntungkan diri sendiri yang bisa dilakukan untuk merayakan Ujian Nasional seperti berdoa dan bersyukur bersama, membersihkan ruangan kelas yang dipakai ujian, membawa bekal dari rumah dan kemudian memakannya secara bersama-sama baik antar Siswa-Siswi maupun dengan guru, dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun