Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Krisis Transportasi Membuatku Memilih Motor Meski Kredit

19 Januari 2025   17:49 Diperbarui: 19 Januari 2025   17:49 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal Bus antar Provinsi Bukit Surungan Padang Panjang:Foto Foursquare.com

Krisis Transportasi dan Guru Honor

Krisis transportasi di Kota Padang Panjang sudah aku alami sejak tahun 2002-2008. Ketika itu aku sebagai guru honor memberanikan diri mengambil rumah dari developer dengan moda SSS atau rumah sangat sederhana sekali.

Rumah ini dipesan dengan DP atau Dana Permulaan 3 jt saja. Kemudian angsuran per bulannya 680 ribu rupiah. Gaji suami saat itu 690 ribu rupiah. Sisa 10 ribu buat transportasi bekerja. Terus makan dan lainnya dari gaji honorku. Dengan mengajar 60 jam seminggu x 20.000 perjam. Jadi menerima bersih sekitar 800 rb setelah dipotong ini itu.

Mengajar 60 jam seminggu tentu butuh 3-4 sekolah. Masing-masing sekolah mengajar 20 jam. Yah, star dari pukul 06.30 hingga pukul 18.00. Kadang anak-anak masih tidur dibawa ke PAUD mereka. Bahkan saya masih ingat salah satu senior yang sudah PNS bertanya, "Berapa jam mengajar seminggu Buk Yu?"

"60 Jam, Pak!" Jawabku.

"Mudahan cepat lulus PNS. Nanti sudah PNS terasa nikmat mengajar cuma 24 Jam." Jelas beliau.

"Aamiin YRA."Jawabku.

Memang berat awalnya. Uang suami untuk bayar angsuran rumah, mengajar 60 Jam per minggu, dan merawat dua anak yang masih balita. Namun dijalani dengan sabar akhirnya terasa biasa saja. Terus ngucap 'Laa haula wala quwwata illa billahil aliyyil 'adziim.

Saat itu harga emas 400 ribuan per emasnya atau berat 2,5 gr. Hingga kini pun angsuran rumah KPR di mana-mana memang 1,5 emas per bulan atau setara 4 gr per bulannya. Tentu kami menggunakan jasa perbankan.

Bukan hanya angsuran rumah yang terasa berat saat itu dengan status guru honorku. Aku juga harus membayar penitipan anak-anak. Masing-masing anak membayar uang titipan 150 ribu per bulannya. Dua anak berarti 300 ribu.

Lagi harus dijalani karena hidup harus terus berlanjut. Ketika kami mengontrak rumah, 4, 5 juta pertahunnya, transportasi dari kontrakan ke PAUD anak dan sekolah, transportasi tak menjadi kendala karena angkot atau angkutan kota lewat di depan kontrakan.

Namun ketika kami mengambil perumahan SSS itu masalah transportasi pun muncul. Angkutan kota yang melewati perumahan kami hanya lewat pagi dan sore hari. Itupun sudah penuh oleh anak-anak sekolah dari Koto Panjang dan Koto Katiak dari daerah sebelum daerah kami tinggal karena jumlah angkot yang beroperasi tak memadai.

Sejak itu, ojek motor pun menjamur di kota ini. Tiap gang rumah muncul ojek motor. Ojek motor lumayan banyak. Satu gang bisa 12 motor. Tak ada pilihan, aku dan anak-anakpun naik ojek motor tiap hari ke sekolah dan mengantar anak ke penitipan mereka. 

Satu hari menghabiskan 20 ribu rupiah. 5 ribu ke PAUD pagi, 5 ribu dari PAUD ke sekolah tempatku menghonor, begitupun saat balik sore hari. 5 ribu jemput anak dan 5 ribu dari sana ke rumah.

Dua tahun aku menjalani jasa transportasi ojek motor. Hingga buminglah keluar motor matic. Ada Vario dari Honda saat itu dan Spin dari Suzuki.  Pas hari Kartini, 21 Februari 2008 ada promo buat guru. DP motor bisa 500 ribu saja dan angsuran bulanan pun 500 ribu saja. Akupun nekat membeli motor meski kredit.

Aku sebetulnya sudah bisa bawa motor tapi motor pakai gigi. Di kampung kami memakai motor gigi. Jadilah belajar membawa motor matic lagi. Pernah hampir jatuh ke sungai, pernah pula di lampu merah tak berani lanjut jalan karena banyak Fuso hingga 3x pertukaran lampu merah baru berani jalan lagi. Ya sepi dulu.

Pernah juga murid mengejek, "Tekan rem! Maju! Tekan Rem! Rem!" Namun, aku terus maju tanpa hirau. Hingga di tahun berikutnya banyaklah teman guru mengikuti jejakku naik motor matic.

Sejarah Transportasi di Kota Padang Panjang

Padang Panjang, sebuah kota di Provinsi Sumatera Barat. Ia memiliki sejarah transportasi yang cukup kaya. Ini mencerminkan perannya sebagai salah satu simpul penting dalam jalur pergerakan barang dan manusia di wilayah tersebut. 

Hubungan Padang Panjang dan Batubara

Padang Panjang memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan industri batubara di Sumatera Barat, terutama melalui perannya dalam sejarah transportasi batubara dari tambang di Sawahlunto ke pelabuhan Teluk Bayur Kota Padang. 

Pertama, Peran Sebagai Pusat Transportasi

Pada akhir abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda membangun jalur kereta api yang menghubungkan tambang batubara di Sawahlunto dengan pelabuhan Emmahaven (sekarang Pelabuhan Teluk Bayur) di Padang. 

Padang Panjang menjadi salah satu kota penting di jalur ini karena letaknya yang strategis sebagai titik persimpangan dan penghubung.

Kedua, Jalur Kereta Api Padang Panjang-Sawahlunto

Masih terbayang baru pertama ke Kota ini untuk kuliah tahun 1994, kakakku mengajak ke stasiun kereta. Kemudian kami mencoba naik kereta ini dari Padang Panjang Danau Singkarak. Jalur kereta unik melalui bukit-bukit. Uniknya lagi seolah masinis membelakangi jalan.

Jalur kereta api yang diresmikan pada tahun 1891 ini sebetulnya dirancang untuk mengangkut batubara dari tambang di Sawahlunto menuju pelabuhan untuk diekspor. Bukan kereta penumpang seperti kereta yang kunaiki dari Jakarta ke Semarang. 

Jalur ini melintasi wilayah Padang Panjang, menjadikannya kota transit penting dalam logistik batubara ketika batubara masih banyak di Sawahlunto. Stasiun kereta api Padang Panjang menjadi salah satu stasiun kunci untuk pengangkutan batubara, selain melayani penumpang.

Stasiun Kereta Api di Jl. Sutan Sahrir Padang Panjang tempo dulu sebelum terbakar: Foto Fandom.com
Stasiun Kereta Api di Jl. Sutan Sahrir Padang Panjang tempo dulu sebelum terbakar: Foto Fandom.com

Ketiga, Dampak Ekonomi

Kehadiran jalur kereta api dan industri batubara membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi Padang Panjang. Kota ini berkembang sebagai pusat perdagangan dan jasa yang melayani kebutuhan para pekerja tambang dan pengangkutan. Infrastruktur kota, seperti jalan raya dan fasilitas umum, juga mengalami peningkatan sebagai bagian dari pengembangan transportasi batubara.

Kota Padang Panjang di lihat dari Islamic Centere: Foto Yusriana Siregar Pahu
Kota Padang Panjang di lihat dari Islamic Centere: Foto Yusriana Siregar Pahu
Keempat, Perubahan Pasca Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia, peran Padang Panjang dalam transportasi batubara mengalami perubahan. Dengan penurunan produksi batubara di Sawahlunto dan berkurangnya penggunaan kereta api untuk pengangkutan batubara, Padang Panjang mulai beralih fokus pada sektor lain, seperti pendidikan, perdagangan, dan pariwisata. Namun, jejak sejarah hubungan dengan batubara masih terlihat melalui sisa-sisa infrastruktur kereta api yang ada. 

Kereta api dan stasiunnya tetap dikenang dan diajarkan kepada murid Taman Kanak-Kanak. Mereka bergantian melakukan kunjungan sejarah ke stasiun tersebut. Pun masyarakat setempat selalu mengingat momen KAI berupa Galanggang Arang di Stasiun Kereta Api Padang Panjang. Momen ini adalah kegiatan perayaan budaya yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek Kota Padang Panjang.

Galanggang Arang merupakan rangkaian kegiatan Penguatan Ekosistem Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS). WTBOS merupakan salah satu Warisan Dunia yang ditetapkan UNESCO pada tahun 2019. Pada tahun 2024, Galanggang Arang #8 diselenggarakan di Stasiun Kereta Api Padang Panjang pada tanggal 6-7 Agustus 2024.

Galanggang Arang di Stasiun Kereta Api :Foto Kemdikbud go.id
Galanggang Arang di Stasiun Kereta Api :Foto Kemdikbud go.id

Kelima, Warisan Sejarah

Saat ini, jalur kereta api Padang Panjang-Sawahlunto telah menjadi bagian dari jalur wisata yang dikenal sebagai "Kereta Wisata Mak Itam," yang memberikan pengalaman perjalanan unik melalui pemandangan alam Sumatera Barat yang indah dan menelusuri sejarah transportasi batubara.

Stasiun-stasiun bersejarah dan jalur kereta ini menjadi bagian dari warisan industri batubara di wilayah tersebut. Padang Panjang tetap menjadi kota yang penting dalam sejarah transportasi dan industri batubara di Sumatera Barat, dengan warisan yang terus dihargai sebagai bagian dari identitas dan sejarah lokal.

Berikut Ikhtisar Sejarah Transportasi di Padang Panjang:

1. Masa Kolonial

Pada masa kolonial Belanda, Padang Panjang menjadi bagian penting dari jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan pedalaman Sumatera Barat dengan pantai barat Sumatera.

Pembangunan jalur kereta api oleh pemerintah kolonial pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 merupakan tonggak penting dalam sejarah transportasi Padang Panjang. Jalur kereta api ini menghubungkan Padang Panjang dengan pelabuhan di Padang dan kawasan tambang di Sawahlunto.

2. Pembangunan Jalur Kereta Api

Jalur kereta api Padang Panjang pertama kali diresmikan pada tahun 1891 sebagai bagian dari proyek besar untuk mengangkut batubara dari Sawahlunto ke pelabuhan Emmahaven (sekarang Pelabuhan Teluk Bayur). Jalur ini dikenal dengan nama "Jalur Kereta Api Padang-Sawahlunto" dan menjadi salah satu jalur kereta api tertua di Indonesia. Selain untuk angkutan batubara, jalur ini juga digunakan untuk angkutan penumpang di kemudian hari.

3. Transportasi Jalan Raya

Selain jalur kereta api, perkembangan jalan raya juga berperan penting dalam transportasi di Padang Panjang. Seiring dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor pada pertengahan abad ke-20, jaringan jalan raya yang menghubungkan Padang Panjang dengan kota-kota lain seperti Bukittinggi, Padang, dan Solok semakin berkembang. Jalan Lintas Sumatera yang melewati Padang Panjang menjadi salah satu jalur utama di Sumatera Barat.

Terminal Bus antar Provinsi Bukit Surungan Padang Panjang:Foto Foursquare.com
Terminal Bus antar Provinsi Bukit Surungan Padang Panjang:Foto Foursquare.com

4. Transportasi Modern

Saat ini, Padang Panjang memiliki berbagai moda transportasi modern. Terminal bus dan angkutan umum menyediakan layanan bagi penduduk setempat dan wisatawan. Stasiun kereta api masih beroperasi dan menjadi bagian dari jalur kereta api wisata yang menghubungkan Padang Panjang dengan Sawahlunto, yang terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah.

5. Peran dalam Pariwisata

Sebagai kota yang dikenal sebagai "Kota Serambi Mekah," Padang Panjang juga berperan sebagai pintu gerbang menuju berbagai destinasi wisata di Sumatera Barat. Hal ini membuat transportasi di Padang Panjang tidak hanya berfungsi untuk kebutuhan sehari-hari tetapi juga mendukung sektor pariwisata.

Sejarah transportasi di Padang Panjang mencerminkan transformasi kota ini dari pusat pengangkutan barang pada masa kolonial menjadi kota dengan infrastruktur transportasi yang mendukung kebutuhan modern dan pariwisata.

6. Bendi sebagai Transportasi Tradisional

Pada masa sebelum berkembangnya kendaraan bermotor (ojek) terutama pada akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, bendi menjadi salah satu moda transportasi utama di Padang Panjang.

Bendi adalah kereta kecil yang ditarik oleh kuda, digunakan untuk mengangkut orang dan barang. Pada masa itu, bendi sangat populer karena cocok dengan kondisi geografis dan infrastruktur jalan yang masih sederhana.

Bendi digunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, mulai dari perjalanan sehari-hari, berdagang, hingga mengangkut hasil pertanian ke pasar. Keberadaan bendi memberikan fleksibilitas dalam mobilitas masyarakat dan menjadi bagian integral dari kehidupan sosial dan ekonomi.

Bendi transportasi tradisional Kota Padang Panjang: Foto Pasbana.com
Bendi transportasi tradisional Kota Padang Panjang: Foto Pasbana.com

Ketika anak-anakku masih SD, bendi, alat transportasi tradisional yang ditarik oleh kuda, masih setia mengitari jalanan Padang Panjang. Kini hanya tersisa beberapa saja.
Bendi sudah menjadi pemandangan langka sekarang. Bendi pun tak eksis lagi, tergusur oleh kecepatan motor ojek.

7. Peralihan ke Kendaraan Bermotor

Seiring dengan modernisasi dan pembangunan infrastruktur jalan yang lebih baik pada pertengahan abad ke-20, penggunaan bendi mulai menurun. Kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor mulai menggantikan bendi sebagai moda transportasi utama karena lebih cepat dan efisien. 

8. Bendi di Era Modern

Bendi masih dapat ditemukan di Padang Panjang, meskipun perannya telah berubah. Bendi kini lebih sering digunakan dalam konteks pariwisata atau acara-acara khusus. Keberadaan bendi dulu di Padang Panjang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman transportasi tradisional.

Beberapa daerah masih mempertahankan bendi sebagai simbol budaya dan identitas lokal. Bendi tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah transportasi di Padang Panjang, tetapi juga menjadi warisan budaya yang memperkaya kehidupan masyarakat hingga saat ini sepatutnya dilestrarikan. 

Krisis transportasi di Padang Panjang pun saat ini terjadi, terutama karena minimnya angkutan umum seperti angkot. Ojek motorpun menjamur. Hal itu membuat saya dan warga kota memilih sepeda motor meskipun harus melalui kredit.

Ketiadaan angkot mempersulit mobilitas sehari-hari, sehingga memiliki kendaraan pribadi menjadi kebutuhan mendesak. Dengan sepeda motor, saya bisa lebih leluasa beraktivitas tanpa tergantung pada transportasi umum yang tidak tersedia, meski harus menanggung beban cicilan dulunya. NiYu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun