Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fenomena Quiet Ambition di Tempat Kerja dan Siswa di Sekolah

16 Januari 2025   18:20 Diperbarui: 16 Januari 2025   18:20 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Karya Menulis Guru di Kompasiana: Yusriana Siregar Pahu

Farhan dan Tulisannya

Di sebuah kelas yang ramai, Farhan duduk di pojok ruangan, tenggelam dalam buku catatannya. Suara gemuruh obrolan teman-temannya berlalu begitu saja di telinganya. Tidak ada yang tahu di balik sikapnya yang tenang, ada impian besar yang terus ia pupuk setiap hari.

Farhan bukanlah tipe siswa yang sering mengangkat tangan di kelas atau menonjol dalam diskusi kelompok. Ia lebih memilih mendengarkan, menyerap setiap kata yang diucapkan guru, dan mencatat dengan teliti. 

Ketika waktu istirahat tiba, sementara teman-temannya berkumpul di kantin, Farhan akan duduk di perpustakaan, memperdalam materi yang baru saja diajarkan.

Tidak ada yang menyadari bahwa Farhan telah memenangkan beberapa lomba menulis tingkat nasional. Ia tidak pernah membicarakannya. Baginya, prestasi bukan untuk dibanggakan, melainkan untuk menjadi pijakan menuju impian yang lebih besar.

Setiap malam, ia menulis cerpen, membiarkan imajinasinya menjelajah, berharap suatu hari karyanya bisa menginspirasi orang lain.

Hingga suatu hari, seorang guru menemukan salah satu cerpennya yang tercecer di meja. Dengan terkejut, sang guru membaca karya Farhan, menyadari ada bakat besar yang tersembunyi di balik sikap tenangnya. 

"Farhan, kamu harus membagikan ini pada dunia," ucap guru itu dengan kagum.

Farhan tersenyum tipis, matanya berbinar. "Saya hanya ingin menulis, Bu. Dunia akan menemukannya jika waktunya tepat."

Fenomena Quiet Ambition dan Cara Menanggapinya

Dalam era modern ini, muncul berbagai fenomena baru dalam dunia kerja yang mencerminkan perubahan nilai dan aspirasi individu. Salah satu fenomena yang semakin mencuat adalah quiet ambition, yaitu ambisi yang tidak terlihat atau tidak diungkapkan secara eksplisit oleh seseorang.

Berbeda dengan ambisi yang biasanya ditampilkan secara terbuka dan penuh gairah, quiet ambition menggambarkan individu yang memiliki keinginan kuat untuk maju, namun memilih untuk tidak menonjolkannya. Hanya ia nikmati sendiri dan berproses sendiri.

Fenomena ini menarik untuk dipelajari karena memberikan wawasan baru tentang bagaimana orang meraih tujuan mereka dengan cara yang lebih subtil dan sering kali lebih strategis. Tanpa menyusahkan orang lain dan no ekspos.

Karakteristik Quiet Ambition

Orang-orang dengan sifat quiet ambition cenderung bekerja dengan tekun dan konsisten. Mereka tanpa merasa perlu mengumbar capaian mereka kepada publik. Mereka lebih suka membiarkan hasil kerja yang berbicara.

Mereka juga biasanya fokus pada pengembangan diri secara internal, terus belajar, dan memperbaiki keterampilan mereka, tanpa perlu validasi eksternal dari manapun. Mereka nyaman dan menikmatinya.

Pendekatan ini sering kali didorong oleh keyakinan bahwa kesuksesan sejatinya tidak memerlukan sorotan publik atau pengakuan langsung. Biarkan berjalan seperti ritme air di sungai. Terus mengalir dan bebas hambatan. Meskipun ada batu besar, air akan mencari jalannya.

Penyebab Munculnya Quiet Ambition

Beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang mengadopsi quiet ambition dalam kehidupan mereka seperti Farhan di atas. Quiet ambition meliputi :

Pertama, Budaya Kerja yang Kompetitif 

Budaya kerja saat ini sangat kompetitif. Kompetitif artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia suatu sikap yang berhubungan dengan persaingan atau kompetisi.

Sementara, kompetisi adalah kegiatan mencapai tujuan dengan mengalahkan orang/kelompok lain. Kompetisi dalam arti positif menggunakan keunggulan yang dimiliki agar bisa mengungguli lawannya.

Dalam lingkungan kerja yang sangat kompetitif, ada individu yang merasa lebih nyaman bekerja di bawah radar untuk menghindari tekanan tambahan. Ia pun menjalani kerja sesuai ritme kemampuannya.

Kedua, Nilai Pribadi

Ada orang yang memang lebih menghargai kerendahan hati dan memilih untuk tidak memamerkan ambisi mereka. Ada orang yang lebih menghargai kerendahan hati, memilih untuk menjalani hidup dengan tenang tanpa perlu memamerkan ambisi atau pencapaian mereka. Bagi mereka, kebahagiaan terletak pada keseimbangan batin dan kesederhanaan, bukan pada pengakuan atau pujian dari orang lain.

Mereka merasa bahwa kualitas sejati seseorang tercermin dari tindakan dan sikap, bukan dari seberapa keras mereka berusaha menonjolkan diri dengan pamer. Dengan sikap ini, mereka cenderung lebih fokus pada proses dan nilai-nilai yang mereka anut, menjadikan mereka pribadi yang rendah hati namun penuh integritas.

Ketiga, Pengalaman Masa Lalu

Beberapa individu mungkin memiliki pengalaman buruk dengan memamerkan ambisi mereka, seperti kecemburuan dari rekan kerja atau penilaian yang salah, sehingga mereka memilih pendekatan yang lebih tenang.

Beberapa individu mungkin pernah mengalami pengalaman buruk ketika memamerkan ambisi mereka, seperti menjadi sasaran kecemburuan dari rekan kerja atau menerima penilaian yang keliru. Situasi ini dapat membuat mereka merasa tidak nyaman atau terancam sehingga mereka memilih untuk mengambil pendekatan yang lebih tenang dan berhati-hati.

Dengan menjaga ambisi mereka tetap tersembunyi, mereka berharap dapat menghindari konflik, dan kesalahpahaman dengan rekan kerja. Sambil tetap bekerja keras di balik layar untuk mencapai tujuan mereka memakai moda quiet ambition. 

Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk fokus pada perkembangan pribadi tanpa harus menghadapi tekanan atau kritik yang tidak diinginkan.

Cara Menanggapi Quiet Ambition

Baik bagi individu itu sendiri maupun lingkungan kerja, ada beberapa cara untuk menanggapi fenomena ini secara positif:

Pertama, Pengakuan yang Subtil

Para pemimpin dan manajer perlu belajar mengenali dan menghargai kontribusi individu dengan quiet ambition. Ini dapat dilakukan melalui pengakuan pribadi atau penghargaan yang tidak selalu harus diumbar di depan umum.

"Assalamualaikum buk Yus  ado karya tulis anak awak yg terbit dalam satahun ko buk Yus? Kirimkan tolong uni ciek🙏🙏" Begitu isi pesan atasan dalam menghargai karya dalam moda quiet ambition.

Sayapun jawab, "Ada Uni" Lalu saya kirim 3 tulisan anak.

3 tulisan siswa dalam moda quiet ambition : Foto Yusriana Siregar Pahu
3 tulisan siswa dalam moda quiet ambition : Foto Yusriana Siregar Pahu

Lanjut beliau bertanya karya saya selaku guru juga. Semua diperlukan dalam serba-serbi PKKM sekolah tahun 2024. Kamis, 16 Januari 2025.

Foto Karya Menulis Guru di Kompasiana: Yusriana Siregar Pahu
Foto Karya Menulis Guru di Kompasiana: Yusriana Siregar Pahu

Kedua, Penciptaan Lingkungan Inklusif

Lingkungan kerja yang mendukung semua jenis kepribadian akan membantu individu dengan quiet ambition untuk merasa lebih nyaman dan tetap termotivasi.

Dengan adanya permintaan karya di atas, kita sadar bahwa guru dan siswa butuh berkarya untuk PKKM sekolah.

Penilaian Kinerja Kepala Madrasah (PKKM) adalah proses evaluasi yang bertujuan untuk mengukur kinerja kepala madrasah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. 

Penilaian ini mencakup aspek-aspek seperti kepemimpinan, manajemen madrasah, pengembangan kurikulum, dan pembinaan terhadap guru dan siswa. PKKM bertujuan untuk memastikan bahwa kepala madrasah mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang berkualitas, efektif, dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Hasil dari penilaian ini digunakan untuk pengembangan profesional kepala madrasah serta peningkatan mutu pendidikan di madrasah tersebut.

Ketiga, Pemberdayaan Melalui Mentoring

Memberikan bimbingan dan mentoring dapat membantu individu ini untuk menyalurkan ambisi mereka secara efektif, tanpa harus mengubah kepribadian mereka.

Memberikan bimbingan dan mentoring dapat menjadi solusi efektif bagi individu yang enggan memamerkan ambisi mereka. Melalui pendekatan ini, mereka dapat belajar cara menyalurkan ambisi secara lebih strategis dan bijaksana, tanpa harus mengubah kepribadian mereka yang cenderung rendah hati.

Bimbingan yang tepat dapat membantu mereka memahami bagaimana mencapai tujuan dengan tetap mempertahankan integritas dan kenyamanan diri, serta bagaimana menghadapi tantangan atau kecemburuan di lingkungan sekitar.

Dengan demikian, mereka dapat berkembang dan sukses tanpa merasa terpaksa meninggalkan nilai-nilai yang mereka junjung tinggi.

Pengawas sebagai tim PKKM sedang menilai dokumen sekolah: Yusriana Siregar Pahu
Pengawas sebagai tim PKKM sedang menilai dokumen sekolah: Yusriana Siregar Pahu

Keempat, Pengembangan Keterampilan Komunikasi

Meskipun tidak harus menjadi ekstrovert, individu dengan quiet ambition dapat dilatih untuk menyampaikan ide dan pencapaian mereka dengan cara yang sesuai dengan kepribadian mereka, sehingga tetap terlihat dan dihargai tanpa harus mengubah esensi mereka.

Quiet ambition sebuah pendekatan yang menantang norma tradisional tentang bagaimana ambisi seharusnya ditampilkan. Ini menunjukkan bahwa tidak semua orang perlu menjadi vokal dan menonjol untuk meraih kesuksesan.

Dengan memahami dan menghargai pendekatan ini, baik individu maupun organisasi dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan beragam. Setiap orang merasa didukung untuk berkembang sesuai dengan caranya sendiri.

Fenomena Quiet Ambition di Kalangan Siswa dan Cara Menanggapinya

Dalam lingkungan sekolah, fenomena quiet ambition juga mulai terlihat di antara para siswa. Quiet ambition pada siswa merujuk pada keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi akademik atau non-akademik. 

Namun tidak diiringi dengan sikap yang mencolok atau menonjolkan diri. Siswa dengan quiet ambition cenderung bekerja keras secara diam-diam, mengembangkan diri secara mandiri, dan tidak selalu mencari pengakuan dari guru atau teman-temannya. 

Fenomena ini memberikan tantangan dan peluang tersendiri bagi lingkungan pendidikan.

Karakteristik Quiet Ambition pada Siswa

Siswa dengan quiet ambition biasanya memiliki beberapa ciri berikut:

Kerja Keras yang Konsisten

Mereka terus berusaha dengan tekun dalam belajar atau kegiatan lainnya tanpa perlu perhatian dari orang lain.

Meski libur, Zaid tetap menulis di Kompasiana:Foto Yusriana Siregar Pahu
Meski libur, Zaid tetap menulis di Kompasiana:Foto Yusriana Siregar Pahu

Cenderung Introvert

Siswa ini mungkin lebih suka bekerja sendiri atau dalam kelompok kecil, dan tidak terlalu nyaman dengan sorotan. Ya mereka santai saja namun mengumpul tulisan meski sedang libur.

Fokus pada Pengembangan Diri

Mereka lebih peduli pada peningkatan diri sendiri dibandingkan dengan mengalahkan orang lain.

Prestasi Tersembunyi

Prestasi mereka mungkin tidak selalu terlihat jelas karena mereka tidak cenderung memamerkannya. Saya kaget ketika mereka nilai tertinggi di kelas padahal belajar santai.

Penyebab Quiet Ambition pada Siswa

Beberapa faktor yang dapat mendorong munculnya quiet ambition pada siswa meliputi:

Budaya Kompetitif di Sekolah

Siswa mungkin merasa lebih nyaman tidak menonjolkan ambisi mereka untuk menghindari persaingan atau tekanan sosial.

Pengalaman Sosial

Siswa yang pernah mengalami tekanan sosial atau kecemburuan mungkin memilih untuk menjaga ambisi mereka tetap tersembunyi.

Kepribadian Introvert

Siswa dengan kepribadian yang lebih pendiam dan reflektif cenderung mengekspresikan ambisi mereka dengan cara yang tidak mencolok.

Cara Menanggapi Quiet Ambition pada Siswa

Untuk mendukung siswa dengan quiet ambition, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh guru, orang tua, dan lingkungan sekolah:

Pertama, Berikan Penghargaan yang Personal

Guru dapat memberikan pengakuan yang lebih personal kepada siswa ini, misalnya melalui pujian dalam percakapan pribadi atau catatan motivasi.

"Ibu senang sekali dari kelas 9I. Meski kita libur, namun Zaid menepati janji. Menulis semua tugas di Kompasiana. Zaid sudah mengirimkan 3 tulisannya di proyek semester 1 ini. A plus untuk Zaid!" Jelas saya.

https://www.kompasiana.com/zaidfadhlurrahman3589/67793e11ed6415739421fce2/peta-konsep-hidupku?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile

https://www.kompasiana.com/zaidfadhlurrahman3589/67794f0ac925c404b5431623/bayang-bayang-bulying-di-sekolah?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile

https://www.kompasiana.com/zaidfadhlurrahman3589/67795dbec925c4772c137c15/manunggu-ayam-lado-hijau-koto-gadang-di-asrama?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile.

Kedua, Penciptaan Lingkungan yang Mendukung

Sekolah harus menciptakan lingkungan di mana semua siswa, termasuk mereka dengan quiet ambition, merasa dihargai dan didukung. Ini bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan menulis dan berbicara.

Ketika disampaikan bahwa tulisan mereka ikut menyumbang dokumen tulisan pada PKKM tersebut, mereka terlihat bangga. Mereka antusias mendengarkan. Bibir mereka tersenyum. Saya senang melihatnya.

Ketiga, Mentoring dan Pendampingan 

Menyediakan bimbingan yang bersifat individu dapat membantu siswa ini menyalurkan ambisi mereka dengan lebih efektif, serta membantu mereka merasa lebih percaya diri dalam mengejar tujuan mereka.

Maka saya tak bosan membimbing mereka dalam kegiatan jurnalistik daring sepulang sekolah.

Group Tahfizh dan Jurnalistik Siswa: Foto Yusriana Siregar Pahu
Group Tahfizh dan Jurnalistik Siswa: Foto Yusriana Siregar Pahu

Keempat, Pelatihan Keterampilan Sosial 

Meskipun tidak harus mengubah kepribadian mereka, siswa dengan quiet ambition dapat dilatih untuk mengekspresikan ide dan pencapaian mereka dengan cara yang nyaman bagi mereka, seperti melalui presentasi kelompok kecil atau tulisan di daring jurnalistik. 

Kesimpulan

Fenomena quiet ambition pada siswa menunjukkan bahwa ambisi tidak selalu harus diekspresikan secara vokal atau mencolok untuk menjadi valid. Memahami dan menghargai siswa dengan quiet ambition adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung semua tipe kepribadian.

Dengan memberikan perhatian dan dukungan yang tepat, siswa-siswa ini dapat berkembang dan mencapai potensi penuh mereka tanpa merasa terpaksa mengubah diri mereka.

Farhan dan Kesuksesannya

Farhan berdiri di atas panggung kecil di aula sekolah, memandang ke arah teman-teman dan guru-gurunya yang memenuhi ruangan. Di tangannya, sebuah piala bersinar, menandakan kemenangannya dalam lomba menulis tingkat nasional. Sorak-sorai memenuhi ruangan, namun Farhan tetap tenang, seperti biasa.

"Terima kasih," katanya singkat saat mikrofon disodorkan kepadanya. Ia menatap piala itu sejenak, lalu melanjutkan, "Ini bukan tentang kemenangan. Ini tentang perjalanan. Menulis adalah caraku berbicara, dan aku senang akhirnya bisa didengar."

Ketika Farhan turun dari panggung, beberapa teman mendekatinya, memberikan selamat dan mengajaknya berbicara. Farhan tersenyum, merasa sedikit canggung, tetapi juga bersyukur. Ia menyadari, dalam kesunyian ambisinya, ia telah belajar banyak. Tidak hanya tentang menulis, tetapi juga tentang keberanian untuk muncul dari balik bayang-bayang.

Hari itu, Farhan pulang dengan perasaan lega. Ia tahu bahwa ia telah membuka pintu baru dalam hidupnya, di mana ambisinya tidak lagi tersembunyi, tetapi diterima dan dihargai. Dengan langkah mantap, ia siap menghadapi dunia, membawa quiet ambition-nya menjadi suara yang menginspirasi banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun