Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Rekan Kerja Jadi Andalan Atasan: Ancamankah atau Jadikan Kesempatan untuk Bersyukur

8 Januari 2025   00:30 Diperbarui: 8 Januari 2025   00:34 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Kita adalah Tim:Foto Yusriana Siregar Pahu

Ketika Rekan Kerja Jadi Andalan Atasan: Jangan Jadikan Ancaman, Jadikan Kesempatan untuk Bersyukur

Daftar nama-nama baru saja di share di group bersama di sekolah. Saat dipreteli ternyata tak ada nama kita. Tak lama kemudian, tim atasan memasuki ruang guru. Matanya awas menilik semua sudut. Tetapi yang dicari tak ada.

"Mencari siapa, Pak?" Tanyaku santai.

"Mencari Bu Wita, ada kelihatan?" Tanya beliau sambil balik kanan. Akupun senyum saja karena beliau sudah berbalik. Sepertinya tak butuh jawaban.

Begitulah siang itu di ruang kerja. Di setiap lingkungan kerja memang selalu ada sosok yang dianggap "bintang" oleh rekan-rekan maupun atasan kita. Mereka sering diberi tanggung jawab besar, menjadi rujukan dalam kegiatan penting, atau bahkan menjadi wajah sekolah dalam berbagai kesempatan. Seperti Bu Wita.

Sayangnya, tidak semua orang memandang situasi ini dengan cara positif. Justru merasa terancam, iri, sakit hati, atau minder. Padahal, kehadiran sosok andalan itu sebenarnya berkah buat kita, bukan ancaman, tak perlu diiri i, apalagi sampai sakit hati, dan minder pula.

Lalu bagaimana seharusnya sikap kita? 

Pertama, Kenali Perspektif yang Positif

Ketika seorang teman kerja menjadi andalan kantor, itu bukan berarti posisi kita tergeser. Sebaliknya, mereka bisa menjadi inspirasi dan mentor dalam lingkungan kerja kita. Cobalah melihat keunggulan mereka sebagai peluang untuk belajar pula.

Tak ada salahnya mengamati, memperhatikan, atau turut membantu mereka. Dengan begitu, kita dapat memahami bagaimana mereka menyelesaikan pekerjaan dengan efektif, menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, atau memberikan kontribusi yang signifikan bagi sekolah. 

Selain itu, membantu mereka juga dapat mempererat hubungan profesional, menciptakan suasana kerja yang lebih harmonis, dan membuka kesempatan untuk bertukar ide maupun pengalaman. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan pribadi, tetapi juga menunjukkan bahwa kita adalah bagian dari tim yang mendukung kesuksesan sekolah bersama.

Sungguh menyedihkan ketika kita sudah berusaha memberikan kontribusi terbaik untuk sekolah, namun tetap saja ada rekan guru yang merasa iri. Padahal, tujuan utama kita adalah untuk kemajuan bersama, bukan untuk bersaing atau mencari pengakuan semata.

Sikap seperti itu seringkali menghambat harmoni dalam lingkungan kerja dan bisa menurunkan semangat. Akan lebih baik jika rasa iri tersebut diubah menjadi motivasi untuk saling belajar dan mendukung, sehingga semua pihak dapat berkembang dan memberikan yang terbaik bagi siswa serta sekolah.

Kedua, Syukuri Peran Mereka

Sosok andalan ini sering kali mengambil alih tanggung jawab berat yang mungkin sulit kita tangani. Dengan keberadaan mereka, kita bisa fokus pada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian kita. Jadi, alih-alih merasa terancam, syukurilah mereka yang telah "mewakili" kantor dalam tanggung jawab besar.

Keberadaan sosok seperti ini seharusnya menjadi alasan bagi kita untuk bersyukur karena mereka sosok bintang itu membantu meringankan beban yang mungkin tidak sanggup kita tangani sendiri. Mereka menunjukkan bahwa dalam sebuah tim, setiap orang memiliki peran masing-masing yang saling melengkapi.

Dengan begitu, kita bisa lebih fokus mengembangkan potensi diri dalam bidang lain yang juga penting buat sekolah meski tak diekspos langsung oleh atasan. Menghargai keberadaan mereka adalah bentuk pengakuan atas kerja keras dan dedikasi mereka, sekaligus menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan mendukung satu sama lain.

Berhenti bersikap iri adalah piihan penting untuk menciptakan hubungan yang sehat, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Rasa iri hanya akan menguras energi dan menghalangi kita melihat potensi diri sendiri. Daripada terfokus pada kelebihan orang lain, lebih baik gunakan waktu dan tenaga untuk memperbaiki diri serta mengejar tujuan pribadi.

Sikap iri tak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga bisa merusak harmoni dalam lingkungan sosial. Dengan mengubah rasa iri menjadi motivasi, kita bisa tumbuh lebih baik dan turut merayakan kesuksesan orang lain di sekolah tanpa beban. Ingat iri tak baik buat kesehatan kita.

Iri hati bukan hanya memengaruhi kondisi mental, tetapi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik, termasuk memicu stroke ringan. Ketika seseorang terus-menerus merasa iri, stres, dan tekanan emosional cenderung meningkat, kemudian dapat memengaruhi tekanan darah dan aliran darah ke otak.

Jika kondisi ini berlangsung lama, risiko kerusakan pembuluh darah otak menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mengelola emosi negatif seperti iri hati dengan cara yang sehat, seperti bersyukur, ucapkan ahamdulillah karena ada rekan kita yang bisa mewakili sekolah, fokus pada pengembangan diri kita sendiri, kerjakan job kita, dan jaga hubungan baik dengan orang lain untuk mencegah dampak kesehatan yang serius.

Ketiga, Bangun Kolaborasi, Bukan Kompetisi

Daripada bersaing secara tidak sehat, lebih baik manfaatkan momen ini untuk bekerja sama. Berkolaborasi dengan mereka dapat membuka peluang untuk meningkatkan kemampuan kita sekaligus memperluas jaringan.

Berkolàborasi lebih bijak daripada berkompetisi. Dalam dunia pendidikan, kompetisi antar rekan guru justru menjadi penghalang untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif. Padahal, yang lebih layak adalah kolaborasi, setiap guru saling berbagi pengetahuan, metode, dan pengalaman demi kepentingan bersama, yaitu kemajuan siswa.

Kolaborasi membuka peluang untuk saling melengkapi kekurangan, menciptakan inovasi pembelajaran, dan menumbuhkan rasa kebersamaan di tengah berbagai tantangan. Dengan demikian, alih-alih bersaing untuk unggul sendiri, para guru dapat bekerja bersama untuk mencapai keberhasilan kolektif yang lebih bermakna.

Keempat, Jadikan Motivasi untuk Berkembang

Keberhasilan mereka bisa menjadi cermin untuk mengevaluasi diri. Apa yang bisa kita pelajari dari mereka? Bagaimana kita bisa mengembangkan keterampilan agar lebih berkontribusi?

Keberhasilan rekan sejawat seharusnya menjadi inspirasi, bukan pemicu persaingan yang tidak sehat. Dari mereka, kita bisa belajar cara mengelola waktu, menyusun strategi pembelajaran yang efektif, atau membangun hubungan baik dengan siswa dan orang tua.

Mengambil pelajaran dari keberhasilan tersebut membantu kita mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri, sekaligus memotivasi untuk terus berkembang. Dengan mengembangkan keterampilan seperti komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi, kita dapat memberikan kontribusi yang lebih besar di sekolah. Kita juga menciptakan lingkungan yang mendukung kesuksesan bersama, baik untuk guru maupun siswa.

Kelima, Ingat, Sukses Itu Bersama

Di sekolah, guru, tenaga pendidik, wakil, dan Kepala atau atasan adalah tim. Keberhasilan seorang individu di tim itu sebenarnya adalah keberhasilan kita bersama. Ketika satu orang membawa nama baik kantor, dampaknya dirasakan semua pihak. Jadikan kesuksesan rekan kerja sebagai bagian dari kesuksesan tim kita. Di masa depan bisa jadi kita pula yang akan membawa kesuksesan dalam moda lain.

Penutup: Bersyukur Itu Kunci

Ketika rekan kerja yang menjadi andalan atasan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk belajar, berkembang, dan bekerja lebih baik. Syukuri kehadiran mereka, jadikan kolaborasi sebagai kekuatan, dan ingatlah bahwa dalam lingkungan kerja, keberhasilan adalah milik kita semua.

Saat kita mampu melihat sisi positif ini, bukan tidak mungkin suatu hari kita pun menjadi andalan yang membawa nama baik sekolah.

Cara Menekan Rasa Iri Ketika Teman Jadi Andalan Atasan

Rasa iri sebagai bagian alami dari sifat manusia. Namun, jika dibiarkan, perasaan ini bisa menjadi racun yang merusak hubungan kerja dan kesehatan mental. Ketika melihat teman menjadi andalan atasan, penting untuk mengelola rasa iri dengan bijak agar tetap profesional dan produktif bekerja.

Berikut beberapa cara untuk menekan perasaan iri:

1. Sadari dan Akui Perasaan Iri

Langkah pertama adalah menyadari bahwa kita merasa iri. Akui perasaan tersebut tanpa menyalahkan diri sendiri. Ini membantu kita mengenali akar masalah dan mulai mencari solusi. Bilang saja pada diri sendiri dulu, ' Ah, aku iri sepertinya!'

2. Fokus pada Diri Sendiri

Lalu buat tekad dalam diri, daripada membandingkan diri dengan orang lain, fokuslah pada pencapaian dan potensi kita pula sesuai job kerja kita, bakat, dan minat kita.

Tanyakan pada diri sendiri, ' Apa yang bisa saya lakukan untuk berkembang?' Dengan fokus pada pertumbuhan pribadi, kita dapat mengubah energi negatif menjadi energi positif dan menjadi  motivasi dalam diri.

3. Ubah Iri Menjadi Inspirasi

Lihat keberhasilan teman sebagai bukti bahwa peluang itu ada. Belajarlah dari cara mereka bekerja, keterampilan mereka, atau strategi yang mereka gunakan. Jadikan keberhasilan mereka sebagai inspirasi untuk meningkatkan kualitas diri sendiri. Semangat.

4. Praktikkan Rasa Syukur

Ingatkan diri akan Allah SWT, ucapkan alhamdulillah karena masih diberi kesehatan dan kesempatan, lalu ingat akan hal-hal baik dalam hidup dan karier kita. Tulislah pada buku diary daftar hal-hal yang patut disyukuri agar bisa membantu meredakan rasa iri dan menumbuhkan rasa puas.

5. Bangun Hubungan yang Positif

Jangan menjauh, dekati teman yang menjadi andalan atasan. Dengan mendukung dan belajar dari mereka, kita tidak hanya memperkuat hubungan kerja tetapi juga membuka peluang kolaborasi.

Tidak semua orang harus menjadi "bintang" untuk sukses. Setiap peran dalam tim penting. Fokuslah pada keunikan dan kontribusi kita yang tak tergantikan.

6. Diskusikan dengan Orang yang Dipercaya

Jika rasa iri terasa terlalu berat, berbicaralah dengan teman dekat atau mentor. Perspektif mereka mungkin membantu kita melihat situasi dari sudut pandang yang lebih positif.

8. Jaga Keseimbangan Emosi dan Kesehatan Mental

Luangkan waktu untuk diri sendiri, meditasi, atau olahraga. Aktivitas ini membantu menenangkan pikiran dan menjaga emosi tetap stabil.

9. Berikan Apresiasi

Cobalah memberi pujian atau mendukung teman yang sukses. Tindakan sederhana ini dapat membantu meredakan rasa iri dan membangun hubungan yang lebih baik. Bacalah Al Quran.

Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang melarang sifat iri atau dengki adalah Surah An-Nisa' ayat 32:

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. An-Nisa' [4]: 32)

Ayat ini mengajarkan bahwa kita tidak seharusnya iri terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain atau rekan kerja. Sebaliknya, kita dianjurkan untuk berdoa dan memohon karunia kepada Allah, serta bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada kita.

10. Percayalah pada Proses Diri Sendiri

Setiap orang memiliki jalur dan waktunya masing-masing untuk sukses. Percayalah bahwa dengan usaha dan kesabaran, kita pun akan mendapatkan penghargaan atas kerja keras kita. Roda kehidupan berputar sesuai skenario Allah. Bukan skenario manusia. Kita hanya menjalani saja.

Rasa iri tidak perlu dihilangkan, tetapi dikelola saja dengan baik. Jadikan perasaan tersebut sebagai pemicu untuk tumbuh, belajar, dan lebih menghargai perjalanan kita sendiri. Dengan begitu, kita4Ê akan tetap produktif dan bahagia di tempat kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun