Pada hari ketiga, Rabu, 8 Januari aku mengajar 3 kelas. Pagi jam 1-2 mengulang tahfizh siswa di kelas 9J. Jam ke 3 dan 4 di kelas 9G. Kegiatan sama dengan di kelas 9I. Refleksi pembelajaran 1 semester. Siswa izin satu, Enzia. Ia pergi ke bank mengambil dana bantuan siswa kurang mampu.
Di kelas ini satu siswi yang tak ingat nilai bahasa Indonesianya berapa. Selebihnya mereka keren bisa merefleksi diri dalam 2 jam pelajaran. Lanjut di kelas 9H. Kegiatan pun sama merefleksi diri. Satu siswa tak hadir Radhit karena mengisi data di labor komputer untuk mendaftar di MAN Favoritnya.
Akhirnya kami shalat dzuhur. Semua siswa tertib di Masjid. Siswa laki-laki 6 saf dan siswa putri 7 saf.Â
Usai shalat, makan siang. Tapi sekolah belum mendapat Makan Bergizi Gratis (MBG). Akupun membuka laptop di kantor guru. Memperbaiki bahan ajar tentang karier vlog dan karir remote. Dua peluang besar yang ditawarkan oleh era digital.
Namun, aku perlu menambahkan lebih banyak dampak terhadap kesehatan mental, termasuk risiko "brain rot." Aku mencari referensi. Ya, dengan keseimbangan yang tepat, anak bisa memanfaatkan teknologi untuk berkembang tanpa kehilangan koneksi dengan diri sendiri dan dunia nyata.
Era digital adalah peluang besar, tapi hanya jika kita mengelolanya dengan bijak. Jadi, apakah Anda siap untuk menjelajahi dunia vlog atau karir remote sambil menjaga kesehatan mental tanyaku pada diri sendiri. (NiYu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H