Contekan Siswa Pada Pecahan Uang Rp20.000
Saat itu, Pak Mus, suami Bu Liana, baru saja bersiap akan pergi kerja. Ia meletakkan tasnya di atas meja tamu dan memeriksa isi dompetnya. Ia mengeluarkan pecahan Rp20.000 untuk ditinggalkan buat jajan istrinya hari ini. Selembar uang Rp20.000 itu ditemukan Pak Mus di sana.
Namun, ada hal yang aneh---uang itu penuh dengan coretan tulisan kecil. 1.B 2.B 3.C dan seterusnya. Ia mengernyitkan dahi sambil bertanya, "Bun, ini uang Rp20.000 kok dicoret-coret begini? Ini kembalian Ayah beli pertalit kemarin. Laku nggak ya?" Tanya beliau sambil memperagakan uang itu kepada istrinya.
Bu Liana yang sedang menyiapkan teh di dapur, menghampiri suaminya sambil mengerutkan alis. "Mana, Yah?" Tanyanya. Ia mengambil uang itu dan tertawa kecil setelah memeriksa lebih dekat. "Oh, ini bisa kok dibelanjain, Yah. Buat aku aja. Ini sepertinya contekan siswa saat ujian deh. Ada pilihan ganda A, B, C, D-nya." Bu Liana terkikik geli.
Pak Mus hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum, "Luar biasa kreatif siswa, ya. Tapi sayangnya salah tempat."
Mencontek dalam Dunia Pendidikan: Mengurai Akar Masalah dan Solusinya
Menyimak percakapan pada cuplikan cerpen di atas, itulah fenomena dalam dunia pendidikan kita saat ini. Siswa dalam mengerjakan tugas rumah menyontek, bikin latihan di kelas juga nyontek. Bahkan ujianpun mereka menyontek.
Ragam media mereka gunakan dalam menyontel. Bisa telapak tangan, pangkal lengan, rok, celana, potongan kertas, dan uang seperti contoh di atas. Sejak Ujian Nasional (UN) dihapus, kebiasaan mencontek di kalangan siswa itu menjadi marak. Tanpa adanya ujian yang bersifat standar dan seragam, siswa merasa kurang termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh karena mereka menganggap evaluasi akhir tidak lagi terlalu menentukan masa depan mereka.
Situasi ini diperparah oleh adanya sistem zonasi. Sistem zonasi tak memerlukan nilai bagus dan prestasi. Pas batas KKM saja cukup. Ya, sejak Ujian Nasional (UN) dihapus, banyak siswa hanya cenderung mengejar nilai pas batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) tanpa usaha lebih. "KKM berapa, Bu?" Tanya Pasha salah satu murid kelas 9.