Waspadai Jam Koma dalam Dunia Pendidikan: Tantangan dan Solusi
Dunia pendidikan sebagai fondasi untuk pembentukan generasi masa depan kita. Siswa hari ini cikal bakal penerus kita di semua aspek profesi dan kepemimpinan di negara ini. Namanya regenerasi.
Saya cukup terkejut ketika melihat seorang pria muda melangkah di ruang DPRD di kampung saya, Pasaman sana. Ujung Sumatera Barat. Dengan percaya diri pula. Wajahnya mengingatkann pada seorang teman lama, Salam. Ia dulu tiap hari bolos saat sekolah di SMP.
"Salam? Apa kabar?" tanya saya sambil tersenyum tipis. "Alhamdulillah, Na. Sekarang saya anggota DPRD Kota Lusi," jawabnya dengan bangga.
Saya tersenyum kecut, mengenang masa lalu Salam yang penuh kenakalan. "Dulu kamu sering kabur saat sekolah. Sekarang bicara soal DPRD (kebutuhan rakyat? Hebat juga!" Kata saya setengah bercanda. Ia tertawa kecil.Â
"Iya, Na. Dulu saya bandel, tapi dari pengalaman itulah saya belajar pentingnya pendidikan. Saya ingin memastikan orang lain punya peluang lebih baik dari saya dulu."
Meski masih sedikit ragu, saya sih merasa bangga juga. "Jabatan itu amanah, Salam. Gunakan untuk kebaikan."
Ia mengangguk mantap. "Insya Allah, Na. Saya akan membuktikan bahwa saya yang dulu suka cabut pun bisa membawa perubahan." Saya pun berlalu dan hanya bisa berdoa, berharap Salam benar-benar menjadi pemimpin yang bertanggung jawab. Bukan sekedar mengejar prestise dan uang.
Dulu, fenomena tantangan kualitas pendidikan cabut. Tetapi sekarang tantangan kualitas pendidikan "jam koma." Sering kali kita mendengar istilah "jam koma" yang merujuk pada  jam-jam belajar ketika siswa kehilangan fokus dan motivasi saat belajar.Â
Biasanya, jam koma ini terjadi setelah kita makan siang atau di akhir jam sekolah. Ketika itu energi dan konsentrasi siswa menurun drastis. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi siswa, tetapi juga guru kesulitan menjaga semangat belajar di dalam kelas.
Mengapa Jam Koma Terjadi?