Novita Tandry menekankan bahwa memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak adalah langkah utama dalam mencegah kasus serupa terjadi. Banyak anak yang merasa enggan berbicara dengan orang tua mereka karena takut dihakimi, tidak didengarkan, atau dianggap lemah.
Oleh karena itu, orang tua perlu menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi anak untuk mengungkapkan perasaannya tanpa rasa takut. Orang tua perlu memeluk, memijat bahu, dan pangkal lengan anak agar ketegangan saraf anak kendur.
Komunikasi dengan anak bukan hanya tentang mendengar, tetapi juga memahami mereka. Orang tua perlu memberi perhatian penuh saat anak bercerita, menghindari memberikan respons yang defensif, dan menunjukkan empati sangat penting. Hal ini dapat membuat anak merasa didukung sehingga tidak memendam emosinya sendiri.
Mengalihkan Energi ke Kegiatan Positif
Salah satu cara efektif untuk mengatasi tekanan psikososial pada anak adalah dengan mengarahkan mereka ke kegiatan positif seperti olahraga, seni bela diri, atau keterampilan lainnya.
Kegiatan semacam ini tidak hanya membantu anak menyalurkan energinya juga memberikan rasa pencapaian dan membangun kepercayaan diri. Selain itu, kegiatan positif dapat menjadi wadah untuk menjalin pertemanan sehat yang mendukung perkembangan mental mereka.
Bila mereka ceria dengan teman dan kegiatan, akan bisa mengalihkan fokus anak pada hal positif. Seperti bermain footsal pada anak laki-laki dan menari untuk putri.
Mendeteksi Tanda-Tanda Gangguan Mental
Sebagai orang tua, guru, atau lingkungan sekitar, penting untuk mewaspadai tanda-tanda gangguan mental pada anak. Tanda-tanda tersebut dapat berupa:
1. Perubahan drastis dalam perilaku atau suasana hati anak, seperti menjadi lebih agresif, cemas, atau menarik diri.
2. Kesulitan tidur atau pola makan yang terganggu. Tidak mau makan misalnya.