Dikit-Dikit Panggil Tukang: Kenapa Tidak Mencoba Perbaiki Sendiri?
Di tengah gaya hidup modern, banyak orang cenderung memanggil tukang untuk menyelesaikan hal-hal kecil di rumah. Keran bocor, lampu mati, gagang pintu rusak—semua masalah itu sering kali langsung diserahkan kepada orang lain. Namun, pernahkah kita bertanya, Kenapa saya tidak mencoba memperbaikinya sendiri?
Tukang Ribet, Mesin Cuci Macet
Ketika mesin cuci di rumah tiba-tiba bermasalah dan air mesin cuci mampet keluar jadi malas nyuci baju. Diupahin ke loundry upah mahal banget. 5000/ kg.
Air mesin cuci setengah jam baru keluar dan habis. Baik pencucian maupun bagian pengeringan. Duh ribet banget, deh. Hal pertama yang terpikirkan adalah memanggil tukang.
Berbekal nomor telepon yang didapat dari teman, saya segera mengirim pesan lewat WhatsApp. Namun, pesan itu hanya dibaca tanpa respons. Saya coba menelepon, deh dan akhirnya tukang servis menjawab dengan janji datang sore harinya. Sayangnya, janji itu hanya angin lalu.
Hari berikutnya, saya coba menghubungi lagi. Tukang servis kembali berjanji datang, kali ini pagi hari. Saya pun menunggu dengan harapan masalah cepat selesai. Bahkan izin di sekolah. Namun, hingga tengah hari, dia tak kunjung tiba.
Saya menelepon lagi dan dia berdalih ada pekerjaan lain yang mendesak. “Nanti sore saya pasti datang,” katanya. Tapi lagi-lagi, itu hanya janji kosong. Apalagi Kota Padang Panjang terkenal sebagai Kota Hujan. Inipun jadi alasan si Tukang tak datang.
Rasanya frustrasi. Mesin cuci masih bisa sih dipakai tapi air bekas sabun dan cucian lama banget keluar. Kadang hingga mengantuk deh. Sementara tukang tidak juga menunjukkan batang hidungnya.
Waktu yang terbuang untuk menunggu membuat saya berpikir, apakah lebih baik mencoba memperbaikinya sendiri? Padahal, kerusakan sepertinya tidak terlalu parah—mungkin hanya selang tersumbat. Lalu hal apa yang menyumbat?
Di tengah kekecewaan, saya membuka internet untuk mencari solusi. Banyak video DIY yang ternyata cukup membantu. Dengan alat sederhana obeng. Saya mencoba membuka pulsator mesin cuci. Pertama gagal. Obeng hanya membawa mor. Kemudian saya pasang lagi mor. Saya putar sambil mengangkat. Waw ternyata berhasil pulsator terangkat. Ternyata di bawah pulsator kotor sekali.
Sayapun membersihkan dan mencelupkan tangan menuju lubang pembuangan. Saya temukan dua potongan plastik sudah menghitam dan bau. Sya coba memperbaiki sendiri. Meski awalnya ragu, saya akhirnya berhasil menemukan penyebab masalahnya. Ya, sampah plastik.
Cukup heran juga sih dari mana datang bungkus plastik kaca di bawah pulsator dan saya berhasil memperbaikinya tanpa bantuan tukang. Air tergenang yang tersisa pun mengalir. Bau busuk dari sisa genangan pun hilang. Rasanya puas sekaligus bangga.
Kemudian saya intip pula bagian pengeringan. Saya miringkan tabung dan putri saya membantu menyenter. Ternyata ada kaus kaki hitam di bawah tabung. Saya congkel pakai besi. Dapat. Kaus kaki itu sudah berlobang. Bau lagi.
Duh, pengalaman ini menjadi pelajaran penting bagi saya. Tak jadi deh nunggu tukang. Berbekal obeng dan besi pengait, mesin cuci lancar lagi keluar airnya. Senang bangat.
Memang, memanggil tukang kadang menjadi kebutuhan, tetapi jika ribet dan terlalu lama, kenapa tidak mencoba dulu? Kita tak hanya menghemat biaya, tetapi juga belajar sesuatu yang bisa berguna di masa depan. Kadang, kemandirian adalah solusi terbaik.
Budaya Praktis vs. Kemandirian
Kecenderungan memanggil tukang adalah hasil dari gaya hidup instan dan serba cepat. Waktu dianggap terlalu berharga untuk dihabiskan memperbaiki kerusakan di rumah. Namun, sering kali, alasan sebenarnya adalah ketidakpercayaan diri dalam kemampuan memperbaikinya.
Budaya “serahkan kepada ahlinya” memang baik dalam beberapa kasus, tetapi untuk hal kecil, bukankah lebih efisien jika kita sendiri belajar melakukannya sendiri?
Selain itu, ketergantungan ini bisa menjadi kendala jika kita berada di situasi darurat. Bayangkan keran bocor di malam hari, sementara tukang tidak tersedia. Bukankah lebih baik jika kita memiliki sedikit keahlian untuk memperbaikinya sementara? Maka kita harus stanbay di rumah viva berbagai ukuran, lem viva, penyambung vivi lurus atau leter L.
Saluran pembuangan cuci piring juga sering terjadi kebocoran. Nanggung deh buat manggil tukang. Maka saya pun cari info lewat internet. Eh ada lem. Saya pun selalu siap sedia lem atap. Di rumah si Uti (Tikus) sering kali menggigit penyaring air bak cuci piring. Bocor deh. Lantai rumah pun basah digenangi air tiap cuci piring.
Mo manggil tukang nanggung. Akhirnya saya beli water roof. Saya potong pendek-pendek. Saya pasang di lobang pengeluaran air bak cuci piring. Aman tak bocor lagi. Ini nih fotonya.
Belajar dari Hal-Hal Sederhana
Tidak semua perbaikan rumah memerlukan keahlian profesional. Banyak masalah kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan alat sederhana seperti obeng, besi, lem water roof, dan panduan dari internet.
Beberapa contoh:
1. Lampu Mati
Mengganti bohlam atau memeriksa sambungan kabel adalah hal dasar yang dapat dipelajari. Matikan meteran dulu sebelum memeriksa agar tak kesentrum. Sediakan tempat pijakan yang kuat dan senter. Jangan pakai kursi plastik. Bila pakai kursi plastik, kasih alas kain dulu di bawah kursi. Bagusnya sih pakai seteleng.
2. Keran Bocor
Cukup dengan mengganti seal atau memasang kembali dengan kencang, kerusakan kecil bisa diatasi. Siapkan gergaji viva, penyambung viva, dan lem viva. Jika sudah ahli, saya menyambung viva dengan cara memanaskan lalu bagian ujung yang panas di masuki vivi dingin. Nah tinggal lem. Tersambung deh vivanya.
3. Dinding Berlubang
Plester dinding yang dijual di toko bangunan bisa membantu menutup lubang kecil dengan mudah. Cari di toko bangunan ya.
Selain itu sekarang, Panduan DIY (Do It Yourself) kini tersedia luas di YouTube atau blog. Hanya dengan beberapa menit menonton video, kita bisa belajar keterampilan baru yang berguna sepanjang hidup.
Keuntungan Belajar Mandiri
1. Hemat Biaya
Biaya jasa tukang untuk perbaikan kecil sering kali tidak sebanding dengan kerusakannya. Misal mesin cuci biayanya antara 60 ribuan hingga 100 ribuan. Mahalkan. Udah bisa buat jajan di dapur dua hari.
2. Peningkatan Keterampilan
Setiap kali mencoba, kita memperkaya kemampuan diri. Kita pun tak buang waktu. Kita juga bisa mengecek tiap hari. Bila kurang puas bisa dimodifikasi gratis dengan waktu fleksibel.
3. Rasa Puas
Ada kebanggaan tersendiri lho saat berhasil menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Keren dan bangga dong.
Tahu Batasan
Tentu saja, tidak semua perbaikan bisa dilakukan sendiri. Masalah listrik serius, kerusakan besar pada struktur rumah, atau perbaikan yang memerlukan alat khusus memang lebih baik diserahkan kepada ahlinya. Namun, untuk masalah kecil, mencoba memperbaiki sendiri adalah langkah bijak tentunya.
Penutup
Belajar memperbaiki sesuatu sendiri bukan hanya tentang efisiensi atau penghematan. Ini adalah cara untuk menjadi lebih mandiri, kreatif, dan tangguh dalam menghadapi masalah. Jadi, sebelum memanggil tukang, cobalah bertanya pada diri sendiri: Apakah saya bisa memperbaikinya sendiri?
Mencoba Perbaiki Sendiri Guna Menghindari Kebiasaan Dikit-Dikit Panggil Tukang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI