3. Melayu Riau: Sumbangan Kenduri dalam Kesederhanaan
Di Riau, pernikahan adat Melayu biasanya diawali dengan acara akad nikah yang khidmat di masjid. Kemudian diikuti dengan pesta resepsi yang sederhana namun meriah.
Pengadaan Uang:
Tradisi kenduri sebelum pesta adalah cara masyarakat Melayu Riau menggalang dukungan dari tetangga dan kerabat. Sebagai contoh, pada pesta pernikahan di Pekanbaru.Â
Keluarga dari pihak mempelai laki-laki akan  mengadakan kenduri nasi minyak untuk sekitar 50 orang. Setiap tamu yang hadir memberikan sumbangan bisa berupa uang atau bahan makanan seperti minyak goreng dan gula. Sumbangan ini kemudian digunakan untuk membantu membiayai pesta.
Selain itu, tamu undangan biasanya memberikan amplop yang jumlahnya bervariasi, mulai dari 50 ribu hingga 500 ribu rupiah, tergantung pada kedekatan hubungan dengan pengantin saat itu.
4. Aceh: Tradisi Jeulame dan Meugang yang Religius
Pernikahan di Aceh melibatkan nilai-nilai Islam yang kental. Acara seurune kalee (iring-iringan pengantin) dan peusijuek (tepung tawar) menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pesta adat.
Pengadaan Uang:
Jeulame atau mas kawin yang diberikan oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan biasanya berupa uang, emas, atau barang berharga lainnya. Sebagai contoh, dalam pernikahan di Banda Aceh.
Keluarga pengantin laki-laki memberikan jeulame sebesar 10 mayam emas (setara dengan sekitar 30 juta rupiah) sebagai simbol penghormatan.
Selain itu, tradisi meugang juga membantu meringankan biaya pesta. Dalam pernikahan di Aceh Besar, masyarakat sekitar menyumbang bahan makanan seperti daging sapi, beras, kelapa, dan rempah-rempah, yang kemudian dimasak bersama untuk menjamu tamu. Sangat kompak mereka.