Jatuh Bangun Timnas Indonesia Sepanjang Tahun 2024: Sebuah Catatan Perjalanan
Sayap Garuda yang Terluka
Sorak sorai penonton memenuhi Stadion Gelora Bung Karno malam itu. Ribuan lampu ponsel menyala seperti lautan bintang. Blizt itu menciptakan suasana magis yang hanya bisa dirasakan di tengah semangat sepak bola.Â
Ya. Di atas lapangan, Rio berdiri dengan tangan di pinggang. Nampak napasnya memburu. Keringat bercampur debu menghiasi wajah pemuda berusia 23 tahun itu. Namun matanya tetap menyala---penuh tekad dan semangat membara.
"Rio! Fokus!" seru Kapten Tim, Ardi, dari jarak beberapa meter.
Rio pun mengangguk. Ia mengusap keringat di hidungnya dengan lengan seragam bolanya. Detik-detik pertandingan terakhir melawan Thailand di AFF Cup 2024 terasa seperti perang tanpa akhir.
Skor imbang 1-1 memaksa pertandingan berlanjut ke adu penalti. Sorotan kini tertuju pada Rio, yang ditunjuk sebagai algojo terakhir. Kakinya terasa berat saat berjalan menuju titik putih. Tapi ia tahu tugas ini adalah amanah yang harus ia emban. Ini bukan hanya untuk tim, melainkan untuk seluruh bangsa Indonesia.
"Jangan pikirkan kegagalan di Qatar. Ini kesempatanmu," gumamnya kepada dirinya sendiri.
Bayangan kegagalan di Asian Cup beberapa bulan lalu masih menghantui Rio. Dalam pertandingan melawan Jepang, ia kehilangan bola di momen krusial. Itu menyebabkan kekalahan yang mengubur harapan tim. Saat itu, kritik dan hinaan membanjirinya di media sosial.
Namun, pelatih Shin Tae-Yong tidak pernah menyerah pada Rio. "Kamu akan belajar dari kesalahan itu," ujar sang pelatih dengan nada yakin.