Ketika guru memilih cara ini, cerita yang disampaikan jadi lebih mudah dipahami dan menggugah, seolah-olah sang guru sedang berbagi pengalaman pribadinya. Pendekatan ini menciptakan hubungan yang lebih dekat dan menghilangkan jarak formal antara guru dan murid.
Penggunaan kata ganti aku dengan serta menjadikan suasana belajar lebih hidup. Dalam cerita yang menggunakan "aku," murid dapat membayangkan diri mereka sebagai bagian dari narasi, sehingga pembelajaran terasa lebih menarik dan bermakna.
Awalnya kita guru pasti merasa kekanakan. Seperti main-main. Tapi ketika melihat mereka antusias dan menganggap itu menarik, jiwa kekanakan itu perlahan mulai sirna. Berikut lima kalimat sederhana yang dapat menyentuh hati siswa dan mempererat hubungan guru dan muridnya kekinian:
1. "Aku ada di sini untukmu."
Ketika bercengkrama dengan murid zaman now, guru sering berujar seolah sama besar dengan muridnya. "Fatih, kamu cari siapa?" "Aku lihat kamu cari-cari guru." "Aku ada di sini untukmu." Maka Fatih dengan santai akan menjawab. "Aku cari Ibu guru  Tita!"
Di balik tugas akademik mereka, siswa sering menghadapi tantangan emosional atau pribadi. Ternyata kalimat sederhana di atas memberikan rasa aman dan menegaskan bahwa guru bukan hanya pendidik, tetapi juga teman yang menjadi pendukung yang tulus. Siswa yang tahu gurunya peduli akan lebih mudah terbuka dan percaya diri.
Memang sih awalnya rada risih. Tetapi melihat mereka ceria, jiwa kekanakan ini pun menjadi biasa. Benar kata beberapa ahli bahwa guru akan cendrung berperilaku sesuai usia muridnya. Tahun ini memang beda.
2. "Terima kasih karena sudah berusaha."
Terkadang, usaha siswa tidak selalu terlihat dari nilai mereka. Kalimat ini "Terima kasih karena sudah berusaha." menegaskan bahwa guru menghargai proses yang mereka lalui. Guru bukan hanya melihat hasil.
Dengan mengatakan ini, "Terima kasih karena sudah berusaha."Â Â siswa merasa dihargai atas usaha mereka, sekecil apa pun itu, dan mereka akan termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.