Guru Dipandang Sebelah Mata
Pagi yang cerah, Pak Budi seorang guru matematika yang baru ditempatkan di sebuah sekolah menengah, nampak memasuki kelas dengan langkah percaya diri.
Matanya menatap setiap wajah siswa yang memperhatikannya dengan raut ingin tahu. Sebagai seorang guru muda, Pak Budi tahu tantangan yang ada di depannya.
Bagaimana mendapatkan perhatian dan penghargaan dari para siswa yang mungkin merasa pelajaran matematika tidak menarik atau bahkan sulit karena banyak angka. He he Matematika, ya angka Pak Budi. Mosok Donat. Kue dong.
Pak Budi membuka pelajaran hari itu dengan membawa seutas tali panjang dan papan gambar. Dengan senyum lebar, ia menyapa, "Selamat pagi, semuanya! Hari ini kita akan belajar tentang geometri dengan cara yang berbeda. Ada yang tahu berapa panjang taman di halaman sekolah kita?"
Beberapa siswa mulai berbisik, beberapa lainnya hanya diam. Namun, dengan tenang dan penuh percaya diri, Pak Budi memulai penjelasannya sambil menggambar sketsa taman di papan tulis.
Siswa-siswa yang awalnya bosan mulai memerhatikan. Pelan tapi pasti, Pak Budi merasakan bahwa ketulusan dan pendekatan praktisnya menarik perhatian siswa.
Itu baru awal. Di hari-hari berikutnya, ia berusaha menjadi guru yang bukan hanya mengajar tetapi juga mendengarkan. Ketika salah satu siswanya, Dina merasa kesulitan dalam memahami materi, Pak Budi tidak langsung mengkritik atau mengabaikan.Â
Sebaliknya, ia mengundangnya berdiskusi setelah jam pelajaran selesai. Beliau memberi perhatian ekstra dan menawarkan cara belajar yang sesuai.
Seiring waktu, siswa-siswa di kelas itu mulai melihat Pak Budi bukan hanya sebagai guru tetapi sebagai seorang mentor yang dapat mereka percaya dan hormati. Pak Budi mengerti bahwa menjadi guru tidak sekadar mengajarkan materi saja tetapi juga membangun hubungan yang sehat dan terbuka dengan siswanya.
Dari sanalah perjalanan Pak Budi di kelas itu dimulai. Perlahan tapi pasti beliau mendapatkan tempat di hati para siswanya. Begitu gampangkah? Tentu saja tidak. Bila di cerpen tentu segampang itu. Namun perjalanan mengajar guru bukan cerita pendek. Melainkan cerita roman yang tak berujung kecuali pensiun.
Guru sebagai pemimpin kelas, sering kali dipandang sebelah mata dalam berbagai konteks. Dipandang sebelah mata karena beberapa faktor. Seperti persepsi mengatakan bahwa mereka "hanya" mengajar dan mungkin tidak memiliki peran besar dalam masyarakat.
Bisa jadi karena gaji dan tunjangan yang dianggap kurang sepadan dengan beban kerja mereka sehingga dipandang masyarakat bawah. Selain itu, dalam lingkungan sekolahpun guru yang dianggap tidak kreatif atau tidak mampu menjalin komunikasi baik dengan siswa kadang dianggap kurang berpengaruh.
Kadang memang sih salah guru sendiri juga tak kreatif. Bisa hanya mengajar istirahat, mengajar, lalu pulang. Tak memberi kontribusi apapun kepada sekolah. Ia pun tak melayani murid di luar jam mengajar. Hanya melayani murid di kelas.
Guru perlu tahu bahwa murid juga manusia. Mereka punya selera. Seperti pepatah Minangkabau, "Mato condong ka nan rancak. Salero condong ka nan lamak."
Artinya mata condong ke cantik/tampan, sedang selera condong ke yang enak-enak. Nah, ketika guru sudah cantik/tampan, gurupun harus enak cara mengajarnya. Bila guru kurang cantik/tampan, bisa kok murid terima. Tapi bila guru tak enak cara mengajarnya maka murid tak bisa terima.
Ketika guru tak enak cara mengajarnya, akan tersiar kepada orangtua mereka. Akhirnya tersiar pula kepada kepala sekolah bahkan ke Dinas Pendidikan. Gurupun dipandang sebelah mata.
Sikap ini bisa kok diatasi dengan menunjukkan dedikasi nyata dengan memahami kebutuhan murid. Ingat murid perlu inovasi kita dalam metode pengajaran. Ketika guru mampu membuat siswa merasa dihargai, tatapan sebelah mata hilang.
Guru pun harus menggunakan pendekatan yang relevan dengan kehidupan murid sehari-hari dan mereka butuh kita menunjukkan keahlian di bidang kita. Jika seperti iti, pandangan negatif tersebut sering kali dapat berubah.
Kehadiran guru yang mendukung pertumbuhan pribadi murid dan menjadi figur panutan juga dapat meningkatkan rasa hormat mereka, rekan sejawat, dan masyarakatpun. Guru perlu menemukan solusinya dan cara memenuhi selera mereka.
Lima Sikap yang Dapat Membantu Guru di Kelas untuk Mendapatkan Penghargaan dan Tidak Lagi Dipandang Sebelah Mata
Berikut adalah lima sikap yang dapat membantu guru di kelas untuk mendapatkan penghargaan dan tidak lagi dipandang sebelah mata, beserta contoh nyata penerapannya:
1. Percaya Dirilah dalam Mengajar
Seperti Pak Budi di atas, beliau percaya diri. Beliau tampilkan rasa percaya diri saat menyampaikan materi. Begitu juga saat menjawab pertanyaan dan mengarahkan mereka diskusi. Sikap ini memberi kesan bahwa guru memahami bidangnya dengan baik sehingga siswa lebih menghormati dan menganggap serius pelajaran yang diberikan.
Contohnya dalam pelajaran matematika di atas ketika siswa merasa bingung tentang konsep geometri, guru bisa memberikan contoh penggunaan geometri dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan menghitung luas taman belakang sekolah.Â
Dengan menggunakan visual seperti gambar dan alat peraga (seperti tali untuk mengukur panjang), guru menunjukkan pemahaman mendalam. Ketika siswa bertanya, guru menjawab dengan tenang dan menjelaskan dari sudut pandang yang berbeda sehingga siswa merasa lebih mudah memahami materi.
2. Bertanggung Jawablah pada Tugas dan Janji
Guru harus menepati janji kepada siswa bila ada berjanji seperti memberikan rewards atau umpan balik tepat waktu. Selain itu guru juga menyiapkan materi sesuai rencana dalam kurikulum. Ada media dan alat peraga.
Tindakan ini menunjukkan profesionalisme dan membangun kepercayaan dari siswa di sekolah. Ketika guru mengumumkan bahwa akan ada evaluasi tambahan untuk siswa yang ingin memperbaiki nilai, guru memastikan jadwal dan bahan evaluasi sudah disiapkan dan diadakan tepat waktu.
Misalnya, jika siswa diminta mengerjakan ulang tugas atau mengikuti sesi tambahan, guru hadir sesuai jadwal. Guru memberikan penjelasan dan bantuan yang dibutuhkan. Gurupun memeriksa hasilnya dengan teliti.
3. Mendorong Pengembangan Diri Siswa dan Diri Sendiri
Guru yang terus belajar dengan membaca, mengikuti pelatihan, menghadiri pelatihan, dan selalu terbuka pada inovasi akan menginspirasi siswa untuk melakukan hal yang sama.
Kosa kata guru yang ikut pelatihan mengembangkan diri akan berbeda dengan guru biasa. Hal ini menunjukkan bahwa guru menghargai pertumbuhan pribadi dan profesional, baik untuk diri guru sendiri maupun muridnya.
Misalnya, guru mengajak siswa untuk mengikuti lomba atau proyek di luar sekolah misalnya, lomba matematika dari tingkat sekolah hingga nasional. Ketika ada siswa yang tertarik, guru membantu mereka mempersiapkan diri dengan bimbingan ekstra.
Tambahan ekstra belajar itu dan dengan memberikan dukungan moral, guru juga telah mengembangkan diri muridnya. Untuk meraih gelar juara, guru akan mengembangkan diri dengan membaca literatur pendidikan terbaru atau menghadiri seminar, lalu membagikan ilmu baru itu dalam kelas untuk menambah wawasan siswanya.
4. Memberikan Dukungan Positif bagi Siswa
Guru perlu memberikan sikap mendukung potensi setiap siswanya, baik potensi akademik maupun non-akademik. Guru juga tidak mengabaikan kebutuhan siswa tertentu.Â
Ketika siswa merasa didukung, mereka akan lebih menghormati gurunya.Saat ada siswa yang belum mencapai nilai minimal dalam ujian, guru tidak hanya mengkritik tetapi mendiskusikan cara belajar yang lebih efektif.Â
Guru mengundang siswa tersebut untuk berbicara secara pribadi. Guru bersikap memahami kesulitan yang dihadapi dan menawarkan program belajar tambahan. Sesi belajar setelah pulang sekolah atau memberikan materi yang lebih sederhana sebagai latihan.
Dengan pendekatan ini, siswa merasa lebih didukung dan lebih termotivasi untuk belajar.
5. Membangun Komunikasi yang Sehat dan Terbuka
Berikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat mereka dan dengarkanlah mereka dengan baik. Sikap terbuka dan mendengarkan aktif membuat siswa merasa dihargai sehingga membangun hubungan yang lebih positif dan produktif di kelas.
Ketika ada masalah di kelas, perselisihan antar siswa, guru tidak boleh langsung menghukum atau memarahi. Sebaliknya, guru mengadakan diskusi kelas. Setiap siswa diberi kesempatan untuk berbicara.
Guru menegaskan pentingnya mendengarkan satu sama lain dan mengajarkan cara mengungkapkan pendapat dengan sopan. Di akhir diskusi, guru bersama siswa merumuskan solusi atau kesepakatan untuk menghindari masalah serupa di masa datang.
Mudahan dengan menerapkan sikap-sikap ini beserta contoh nyatanya, guru dapat menciptakan suasana kelas dan belajar yang lebih positif, dihargai, dan bermakna bagi siswa di dalam kelas.
Guru Melangkah Percaya Diri
Pak Budi melangkah keluar dari kelas dengan perasaan haru dan bangga. Di akhir tahun ajaran, ia baru saja menyelesaikan kelas terakhir bersama murid-murid yang dulu awalnya memandangnya dengan penuh rasa ragu.
Ketika ia menutup buku catatan dan bersiap mengucapkan perpisahan, Dina, siswa yang dulu sering merasa kesulitan dalam pelajaran matematika, tiba-tiba mengangkat tangannya.
"Pak, terima kasih sudah sabar mengajari kami dan tidak menyerah ketika kami sulit memahami," ucap Dina. Suaranya sedikit bergetar. Beberapa siswa lainnya ikut mengarahkan pandangan hormat.Â
Terlihat tanda di mata mereka bahwa mereka juga merasakan hal yang sama dengan Dina. Beberapa dari mereka yang dulunya jarang berpartisipasi kini tampak berkaca-kaca, tak mampu menyembunyikan rasa hormat dan kekaguman mereka pada guru muda itu. Tentu mereka terharu karena mereka di penghujung tahun ini sudah mendapatkan sekolah lanjutan sesuai favorit mereka.
Pak Budi tersenyum. Iapun turut bangga dalam hati menjadi salah satu guru yang mampu menghantar siswa-siswanya menuju sekolah favorit mereka. Beliau menahan rasa haru yang membuncah di dadanya.
Ia tidak menyangka, perjalanannya yang penuh tantangan, kesabaran, dan dedikasi telah meninggalkan jejak yang dalam di hati siswa-siswanya. Ia tahu, dirinya bukanlah guru yang sempurna, namun setiap hari ia berusaha memberi yang terbaik untuk mereka.
"Terima kasih untuk kalian semua. Ingatlah, belajar itu adalah perjalanan dan kalian semua punya potensi yang luar biasa!" Ucap Pak Budi lembut. "Jangan pernah ragu untuk terus belajar dan berkembang.
Mereka pun bertepuk tangan dan saat Pak Budi keluar dari kelas, ia merasa bahwa bukan hanya para siswa yang belajar darinya, tetapi ia pun telah belajar dari mereka, tentang kepercayaan, tanggung jawab, dan arti menjadi seorang guru yang sebenarnya.
Hari itu, ia meninggalkan kelas sebagai pertemuan terakhir di kelas 9 itu dengan perasaan puas. Ia yakin bahwa setiap langkah kecil yang ia lakukan telah menciptakan perubahan besar bagi mereka muridnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H