Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Kearifan Lokal di Sumatera Barat

25 Oktober 2024   19:15 Diperbarui: 26 Oktober 2024   17:45 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pendidikan Karakter | Canva/Kompas
Ilustrasi Pendidikan Karakter | Canva/Kompas

Pendidikan Kearifan Lokal di Sumatera Barat dan Pembentukan Karakter

Pendidikan kearifan lokal merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter dan identitas budaya suatu daerah. Di Sumatera Barat, kekayaan budaya Minangkabau yang diakui secara nasional dan internasional memiliki peran besar dalam membentuk pendidikan kearifan lokal. 

Dengan konsep adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Masyarakat Minangkabau mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam sistem pendidikan mereka. Baik pendidikan di rumah, di Surau, di sekolah, dan di negara.

Konsep Adat dan Pendidikan Karakter di Sumatera Barat sebagai Kearifan Lokal yang Terus Terpelihara

Masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pendidikan kearifan lokal di daerah ini tidak hanya terbatas pada pengetahuan akademis tetapi juga mencakup pengajaran tentang norma, etika, dan nilai-nilai budaya.

Melalui pendidikan adat, generasi muda diajarkan untuk menghargai tradisi, menghormati orang tua, dan memahami pentingnya hubungan sosial dalam komunitas. Tahu posisi di mana berada.

Pepatah Minang yang berkaitan dengan menghormati orang tua itu adalah "Nan tuo dihormati, nan ketek di sayangi, samo gadang dibaok bakawan".

Pepatah Minang itu mengandung nilai penting dalam hubungan sosial di masyarakat Minangkabau dalam pendidikan karakter.

"Nan tuo dihormati" berarti orang yang lebih tua dari kita dihormati atas pengalaman, kebijaksanaan, dan peran mereka sebagai pemimpin dalam keluarga atau komunitas, dan adat.

"Nan ketek di sayangi" menunjukkan bahwa anak-anak atau yang lebih muda dari kita harus disayangi, dibimbing, dan didukung untuk tumbuh dengan baik.

"Samo gadang dibaok bakawan" menggambarkan hubungan antar teman sebaya, yang disarankan untuk saling mendukung dan bekerja sama sebagai sahabat tanpa ada hierarki sekalipun.

Dengan ketiga pepatah itu, budaya Minang menekankan pentingnya menjaga posisi diri, hubungan baik dalam keluarga,  dan masyarakat: menghormati yang lebih tua, menyayangi yang muda, dan membina persahabatan yang erat dengan mereka yang sebaya dengan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun