Pilkada Jakarta 2024 dan Janji Paslon untuk Gen Z yang Terkena PHK, Apakah Tepat Sasaran?
Debat perdana Pilkada Jakarta 2024 yang berlangsung Minggu, 6 Oktober 2024 lalu. Saat itu menampilkan para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang berlomba menawarkan solusi untuk berbagai masalah.Â
Salah satunya terkait Gen Z yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jumlah Gen Z yang terkena PHK sempat mencapai 46 juta jiwa di Indonesia. Itu termasuk di Jakarta.Â
Masalah pengangguran dan ketidakcocokan antara kemampuan dengan persyaratan kerja menjadi isu krusial saat itu.
Pertanyaannya, apakah janji-janji yang disampaikan para paslon sudah tepat sasaran? Ayo kita telusuri!
1. Pramono Anung dan Rano Karno: Konseling dan Pelatihan KejuruanÂ
Pasangan calon nomor urut 3, Pramono Anung dan Rano Karno, menawarkan dua program penting untuk membantu Gen Z yang terkena PHK.
Pramono berjanji akan membuka hotline konseling 24 jam, sebagai tempat bagi mereka untuk menyampaikan keluh kesah setelah diPHK.
Selain itu, Pramono juga mengusulkan program Work From Anywhere (WFA), menyesuaikan dengan tren pekerjaan yang fleksibel di era digital.
Rano Karno, sebagai calon wakilnya, menekankan perlunya pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK) modern untuk Gen Z. Ia menyoroti bahwa 48 persen populasi Gen Z bisa diarahkan potensinya dengan bimbingan kejuruan, misalnya dalam bidang konten kreator animasi.Â
Janji mereka terdengar menarik, namun pertanyaannya, apakah pendekatan ini cukup efektif?
Hotline konseling dapat menjadi solusi sementara bagi mereka yang sedang berjuang dengan kesehatan mental akibat PHK. Namun, solusi ini tidak menyentuh inti permasalahan akan uang dan pekerjaan. Ketersediaan lapangan kerja dan peningkatan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.
Sedangkan pelatihan di BLK modern untuk Gen Z yang ingin mengembangkan kemampuan kejuruan, khususnya di sektor kreatif, tentu bisa menjadi solusi jangka panjang. Tapi ada tantangan dalam hal pendanaan dan seberapa relevan kurikulum pelatihan dengan dunia kerja yang terus berkembang saat ini.
2. Ridwan Kamil dan Suswono: Bantuan Dana Sosial dan Co-working Space
Pasangan Ridwan Kamil dan Suswono menawarkan solusi yang lebih langsung dan bersifat sementara. Mereka memberi dana kekuatan sosial selama tiga bulan bagi Gen Z yang terkena PHK. Selain itu, mereka juga berjanji memperbanyak co-working space serta menyediakan kopi gratis bagi Gen Z di Jakarta.
Program bantuan dana selama tiga bulan itu mungkin bisa memberikan "nafas" bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. Namun, sifatnya sementara dan tidak menyelesaikan akar masalah. Co-working space dan fasilitas pendukung seperti kopi gratis memang menarik, namun relevansinya dengan upaya peningkatan keterampilan dan peluang kerja masih bisa dipertanyakan.
Mereka butuh kerja. Fasilitas tersebut akan lebih berdampak bila diiringi dengan program pembinaan bisnis atau pelatihan kewirausahaan.
3. Dharma Pongrekun dan Kun Wardana: Integrasi Dunia Kerja dengan PendidikanÂ
Pasangan Dharma Pongrekun dan Kun Wardana mengambil pendekatan yang berbeda dengan menekankan ketidakcocokan antara kemampuan Gen Z dengan persyaratan di dunia kerja.
Mereka menilai adanya kesenjangan yang perlu dijembatani melalui integrasi antara dunia kerja dengan lembaga pendidikan seperti kampus atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pendekatan ini mungkin  paling realistis dan tepat sasaran dalam jangka panjang. Dengan integrasi antara pendidikan dan industri. Lulusan Gen Z akan lebih siap menghadapi dunia kerja dan memiliki keterampilan yang relevan dengan permintaan pasar.
Namun, tantangan terbesarnya bagaimana memastikan koordinasi yang baik antara lembaga pendidikan dan perusahaan serta memastikan bahwa kurikulum pendidikan selalu mengikuti perkembangan industri yang dinamis.
Apakah Janji-Janji Ini Tepat Sasaran? Melihat berbagai janji yang disampaikan oleh ketiga paslon, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Konseling 24 jam, pelatihan di BLK modern, dana sosial, hingga integrasi pendidikan dan dunia kerja adalah solusi-solusi yang ditawarkan untuk mengatasi dampak PHK pada Gen Z.
Namun, efektivitasnya bergantung pada bagaimana program-program ini diimplementasikan dan apakah mereka benar-benar mencakup kebutuhan nyata Gen Z.
Konseling dan bantuan sosial mungkin efektif dalam jangka pendek, sementara pelatihan kejuruan dan integrasi pendidikan-industri menawarkan solusi jangka panjang. Tantangan bagi pemerintah daerah Jakarta adalah bagaimana menggabungkan program-program ini agar menghasilkan dampak yang berkelanjutan.
Harapan Gen Z dan Saran untuk Calon Pemimpin Bagi Gen Z yang terkena PHK, adalah ketersediaan lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan mereka, serta dukungan untuk mengembangkan keterampilan baru yang relevan dengan tuntutan zaman.
Pelatihan yang difokuskan pada industri kreatif dan digital, serta program yang mendorong kewirausahaan bisa menjadi solusi efektif dalam jangka panjang.
Calon pemimpin Jakarta juga perlu mendengar aspirasi Gen Z dengan menyediakan platform dialog terbuka dan program yang berbasis kebutuhan riil. Membangun kerjasama dengan sektor swasta untuk menciptakan lebih banyak peluang kerja dan memastikan sistem pendidikan lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar kerja bisa menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi pengangguran di kalangan Gen Z.
Pada akhirnya, janji-janji yang disampaikan oleh para paslon dalam debat Pilkada Jakarta 2024 ini perlu diuji dalam pelaksanaannya. Gen Z membutuhkan solusi yang nyata dan berkelanjutan, bukan sekadar janji yang hilang begitu saja setelah pemilihan.
Debat perdana Pilkada Jakarta 2024 pada Minggu, 6 Oktober 2024, bukan menampilkan sejumlah janji yang menarik dari para pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur, terutama mengenai bagaimana mereka akan menangani Gen Z yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Janji-janji yang disampaikan dalam debat Pilkada Jakarta 2024 ini memiliki potensi untuk membantu Gen Z yang terdampak PHK. Namun, efektivitasnya akan sangat bergantung pada bagaimana program-program ini diimplementasikan dan seberapa besar perhatian pemerintah terhadap kebutuhan nyata generasi muda ini.
Gen Z membutuhkan solusi yang tidak hanya sementara, tetapi yang mampu menciptakan peluang kerja yang berkelanjutan dan relevan di masa depan.
Solusi Mengatasi Dampak PHK pada Gen Z: Pendekatan yang Efektif
Melihat situasi yang dihadapi oleh Gen Z, terutama yang terkena dampak PHK, dibutuhkan solusi yang lebih dari sekadar janji politis. Berikut adalah beberapa solusi yang realistis dan berkelanjutan untuk membantu Gen Z mengatasi tantangan ini:
1. Pelatihan dan Pendidikan Berbasis Kebutuhan Industri
Gen Z perlu dilengkapi dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan perusahaan dan industri lokal untuk menyediakan pelatihan yang sesuai.
Program seperti ini bisa dilakukan melalui Balai Latihan Kerja (BLK) atau pelatihan berbasis kompetensi di sektor-sektor yang sedang tumbuh, seperti teknologi digital, konten kreatif, atau energi terbarukan. Kurikulum pelatihan juga harus selalu diperbarui agar sesuai dengan tren terbaru.
2. Integrasi Pendidikan dengan Dunia KerjaÂ
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh Gen Z adalah ketidakcocokan antara keterampilan yang mereka miliki dan persyaratan di dunia kerja. Oleh karena itu, integrasi antara dunia pendidikan dan industri perlu diperkuat.
Program magang, on-the-job training, atau pembelajaran berbasis proyek harus diperluas, baik di tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun perguruan tinggi. Hal ini akan mempersiapkan Gen Z untuk langsung terjun ke dunia kerja setelah lulus.
3. Dukungan untuk Kewirausahaan dan Freelance
Mengingat tren ekonomi digital dan meningkatnya kesempatan bekerja secara freelance, pemerintah bisa mendukung Gen Z untuk menjadi wirausaha.
Program inkubasi bisnis, akses modal, serta pembinaan kewirausahaan bisa menjadi solusi bagi mereka yang ingin memulai usaha sendiri. Selain itu, platform freelance dan gig economy bisa dipromosikan agar Gen Z memiliki alternatif pekerjaan yang fleksibel.
4. Program Bantuan Sosial
Program Bantuan Sosial yang Dihubungkan dengan Pelatihan Bantuan sosial bagi mereka yang terkena PHK bisa efektif jika dihubungkan dengan program pelatihan. Misalnya, penerima bantuan sosial diwajibkan mengikuti pelatihan keterampilan yang akan membantu mereka mendapatkan pekerjaan baru atau membuka usaha.
Ini akan memastikan bantuan sosial tidak hanya memberikan bantuan sementara, tetapi juga meningkatkan peluang kerja jangka panjang.
5. Perluasan Akses ke Teknologi dan Co-Working Space Akses terhadap teknologi, terutama di era digital, sangat penting bagi Gen Z. Pemerintah dapat mendirikan lebih banyak co-working space yang dilengkapi dengan fasilitas internet cepat dan perangkat yang mendukung kegiatan digital, seperti komputer atau perangkat lunak desain.
Selain itu, penyediaan akses ke pelatihan online, kursus daring gratis, atau platform belajar mandiri juga bisa membantu Gen Z meningkatkan keterampilan mereka.
6. Fasilitas Kesehatan Mental dan KonselingÂ
Karier Konseling 24 jam yang ditawarkan Pramono Anung adalah awal yang baik, tetapi harus diperluas menjadi program dukungan kesehatan mental yang komprehensif. Selain konseling, pemerintah bisa menyediakan layanan karier yang membantu Gen Z merencanakan jalur karier mereka, serta menavigasi perubahan di dunia kerja.Â
Konseling ini harus didukung oleh platform daring yang memungkinkan akses yang mudah dan cepat.
7. Kerjasama dengan Sektor Swasta Pemerintah harus menggandeng sektor swasta untuk membuka lebih banyak peluang kerja, baik melalui program magang, perekrutan langsung, atau kemitraan untuk membuka usaha kecil.
Selain itu, sektor swasta juga bisa diajak bekerja sama dalam menyediakan pembinaan kewirausahaan atau akses modal bagi mereka yang ingin memulai usaha sendiri.
Dengan pendekatan ini, Gen Z tidak hanya mendapatkan solusi jangka pendek, tetapi juga dipersiapkan untuk menghadapi tantangan masa depan dengan keterampilan yang lebih baik dan mental yang lebih kuat.
Jika kita meninjau solusi yang ditawarkan oleh para pasangan calon (paslon) terkuat dalam Pilkada Jakarta 2024 berdasarkan janji-janji mereka di debat perdana, solusi yang mereka ajukan memiliki pendekatan yang berbeda dan menyasar berbagai kebutuhan Gen Z yang terkena PHK.
Namun, dari berbagai tawaran tersebut, beberapa janji tampaknya lebih relevan dan berpotensi lebih efektif jika benar-benar diimplementasikan. Berikut adalah analisis solusi dari paslon terkuat:
1. Pramono Anung dan Rano Karno
Hotline Konseling 24 Jam: Solusi ini menawarkan dukungan emosional dan kesehatan mental yang penting bagi Gen Z yang terkena PHK. Konseling bisa membantu mereka mengatasi tekanan mental, namun harus diikuti dengan solusi yang lebih konkret.
Work From Anywhere (WFA): Ini adalah respons adaptif terhadap tren kerja modern, terutama di industri digital. Dengan meningkatnya pekerjaan berbasis teknologi, WFA dapat membantu mereka tetap produktif meskipun tidak berada di kantor.
Balai Latihan Kerja (BLK) Modern: Rano Karno berfokus pada pelatihan keterampilan untuk Gen Z, khususnya di bidang-bidang kreatif seperti animasi dan konten digital. Pelatihan ini berpotensi memperbaiki kesenjangan keterampilan dan meningkatkan daya saing di pasar kerja yang semakin digital.
Kekuatan Solusi: Program pelatihan di BLK modern adalah langkah yang paling strategis untuk jangka panjang. Ini mencakup peningkatan keterampilan yang relevan dengan industri kreatif. Sebuah sektor yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Ini adalah salah satu solusi yang paling konkret dalam menjawab kebutuhan Gen Z.
2. Ridwan Kamil dan Suswono
Bantuan Sosial 3 Bulan: Ridwan Kamil menawarkan bantuan sosial kepada Gen Z yang terkena PHK, yang meskipun bersifat sementara, bisa memberikan keringanan finansial dalam masa transisi.
Perluasan Co-Working Space dan Kopi Gratis: Penyediaan co-working space secara gratis bagi Gen Z adalah solusi yang menarik. Ini memberikan mereka ruang kerja untuk berkumpul, berkolaborasi, dan mengembangkan ide. Terutama bagi para pekerja lepas (freelancer) atau wirausahawan muda.
Kekuatan Solusi: Bantuan sosial adalah solusi jangka pendek yang efektif untuk memberikan stabilitas sementara. Sementara, co-working space bisa menjadi platform yang mendukung wirausaha dan kolaborasi di kalangan Gen Z, terutama di sektor ekonomi digital dan kreatif.
3. Dharma Pongrekun dan Kun Wardana
Integrasi Dunia Kerja dengan Pendidikan: Solusi ini berfokus pada masalah ketidakcocokan antara kemampuan lulusan Gen Z dengan tuntutan pasar kerja. Dengan memperkuat hubungan antara pendidikan dan dunia kerja, lulusan akan lebih siap dan relevan dengan kebutuhan industri.
Kekuatan Solusi: Integrasi pendidikan dengan dunia kerja adalah solusi jangka panjang yang paling substansial untuk mengatasi masalah pengangguran struktural. Namun, implementasinya membutuhkan waktu dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk perusahaan dan lembaga pendidikan.
Paslon Terkuat dan Solusi Paling Efektif
Dari ketiga paslon ini, Pramono Anung dan Rano Karno menawarkan solusi yang terlihat paling relevan dan konkret untuk mengatasi masalah PHK yang dihadapi Gen Z. Pelatihan keterampilan di BLK modern, terutama di bidang kreatif, akan memberikan mereka peluang nyata untuk berkembang dalam industri yang sedang tumbuh.
Sementara itu, dukungan emosional melalui konseling dan fleksibilitas kerja melalui WFA juga penting untuk membantu Gen Z beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja.
Di sisi lain, solusi dari Ridwan Kamil seperti bantuan sosial dan co-working space adalah solusi cepat yang memberikan ruang sementara bagi Gen Z untuk bertahan. Namun, solusi ini perlu diikuti dengan pelatihan atau program yang lebih komprehensif untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing di pasar kerja.
Secara keseluruhan, jika menginginkan perubahan yang lebih berkelanjutan dan berdampak jangka panjang, solusi dari Pramono Anung dan Rano Karno yang menekankan pelatihan keterampilan di BLK modern menjadi yang paling kuat dan dapat diandalkan untuk menciptakan peluang kerja baru bagi Gen Z.
Kekhawatiran mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran memang sering mencuat, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang tidak stabil, perkembangan teknologi, dan perubahan kebutuhan tenaga kerja.
Namun, apakah PHK besar-besaran benar-benar akan terjadi, tergantung pada beberapa faktor berikut:
1. Kondisi Ekonomi:
PHK besar-besaran biasanya terjadi ketika kondisi ekonomi nasional atau global mengalami resesi atau penurunan tajam. Jika terjadi krisis ekonomi, banyak perusahaan akan memangkas biaya, termasuk tenaga kerja.
Namun, hal ini tergantung pada stabilitas ekonomi di tahun mendatang, termasuk inflasi, kebijakan fiskal, dan faktor-faktor eksternal seperti konflik geopolitik.
2. Perubahan Industri dan Teknologi:
Industri yang terdisrupsi oleh teknologi sering melakukan PHK besar-besaran, terutama sektor-sektor yang mengandalkan tenaga kerja manual atau proses konvensional. Otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi digital telah menggantikan banyak peran manusia di industri seperti manufaktur, perbankan, dan ritel.
3. Dinamika Pasar Kerja di Indonesia:
Di Indonesia, PHK besar-besaran sering terjadi di sektor-sektor yang rentan terhadap perubahan pasar global, seperti sektor manufaktur atau tekstil. Perubahan peraturan ketenagakerjaan, misalnya dalam UU Cipta Kerja, juga memengaruhi fleksibilitas perusahaan untuk melakukan PHK.
4. Dampak Pandemi dan Pemulihan Ekonomi:
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan PHK besar-besaran di banyak sektor, terutama pariwisata, perhotelan, dan ritel. Meski ekonomi mulai pulih, beberapa sektor masih menghadapi tantangan, dan ini bisa memicu PHK lebih lanjut jika pemulihan tidak berjalan dengan baik.
5. Kebijakan Pemerintah:
Kebijakan pemerintah terkait tenaga kerja dan stimulus ekonomi akan sangat memengaruhi apakah PHK besar-besaran terjadi. Jika pemerintah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi, hal ini dapat mengurangi risiko PHK massal.
Untuk saat ini, belum ada indikasi pasti bahwa PHK besar-besaran akan terjadi di masa mendatang, namun dinamika pasar global dan perkembangan teknologi tetap menjadi faktor risiko.
Yang jelas, perusahaan-perusahaan yang gagal beradaptasi dengan perubahan teknologi atau yang terjebak dalam kondisi ekonomi yang lemah lebih berpotensi melakukan PHK dalam jumlah besar.
Pilihan karier untuk Gen Z di masa depan kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh tren teknologi, ekonomi global, serta perubahan kebutuhan masyarakat.
Beberapa pilihan karier yang menjanjikan untuk generasi ini meliputi:
1. Profesi di Bidang Teknologi: Posisi seperti pengembang perangkat lunak, insinyur AI, spesialis keamanan siber, dan pengelola data akan tetap diminati seiring perkembangan teknologi.
2. Pekerjaan Berbasis Kreativitas dan Digital: Pembuat konten, desainer grafis, animator, atau ahli pemasaran digital akan terus berkembang seiring dengan dominasi platform digital dan media sosial.
3. Keberlanjutan dan Energi Terbarukan: Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan, bidang yang terkait dengan keberlanjutan seperti insinyur energi terbarukan, ahli lingkungan, dan konsultan keberlanjutan akan semakin penting.
4. Kesehatan dan Kesejahteraan: Dengan peningkatan perhatian terhadap kesehatan mental dan fisik, profesi seperti terapis, pelatih kesehatan, dan praktisi medis di bidang telemedicine akan diminati.
5. Pendidikan dan Pengembangan Keterampilan: Pengajar yang berfokus pada keterampilan digital, serta fasilitator pembelajaran online atau pelatihan keterampilan baru akan semakin dibutuhkan.
6. Profesi di Industri Kreatif: Gen Z cenderung tertarik pada seni, musik, dan hiburan digital, sehingga karier di industri kreatif, baik sebagai seniman, musisi, maupun pengembang game, akan tetap relevan.
7. Pekerjaan Berbasis Remote dan Fleksibel: Pekerjaan yang bisa dilakukan secara jarak jauh, seperti freelance, konsultan, atau pekerja digital nomad, akan semakin diminati karena fleksibilitasnya.
Karier sebagai petani juga bisa menjadi pilihan menarik dan menjanjikan untuk Gen Z..Terutama dengan munculnya pertanian modern dan pertanian berkelanjutan.Â
Beberapa kelompok yang dapat tertarik ke bidang pertanian sebagai karier, selain generasi yang lebih tua, termasuk:
1. Generasi Milenial dan Gen Z
Banyak yang mulai tertarik pada gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pertanian modern dengan teknologi tinggi seperti urban farming, agriteknologi, dan pertanian hidroponik sangat diminati, terutama di daerah perkotaan.
2. Profesional dengan Latar Belakang Teknologi
Orang-orang dengan keahlian dalam data dan teknologi dapat terlibat dalam pertanian berbasis data atau pertanian presisi, yang menggunakan sensor, drone, dan AI untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
3. Wirausahawan Muda
Mereka yang tertarik dengan bisnis dapat melihat peluang besar di bidang pertanian modern, seperti produksi pangan organik, produk lokal, atau komoditas niche (seperti rempah-rempah, kopi spesial, atau produk pertanian untuk ekspor).
4. Masyarakat yang Mengutamakan Kesehatan
Dengan meningkatnya permintaan untuk produk organik dan pangan sehat, individu yang peduli dengan kesehatan mungkin akan tertarik menjadi petani untuk memproduksi bahan pangan organik atau lokal yang berkualitas tinggi.
5. Pekerja Kemanusiaan dan Sosial
Pertanian juga memiliki sisi sosial yang kuat, seperti agrowisata, program pendidikan pertanian, atau inisiatif untuk mengembangkan pertanian di komunitas miskin. Banyak yang mungkin tertarik dengan aspek ini.
Dengan perkembangan agrikultur modern dan tren keberlanjutan, karier di bidang pertanian tidak hanya relevan bagi mereka yang memiliki latar belakang tradisional, tetapi juga untuk generasi yang lebih muda dengan minat terhadap teknologi, bisnis, dan keberlanjutan.
Moga ada paslon yang mengangkat isu pertanian modern ini. Ayo siapa berani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H