PHK besar-besaran biasanya terjadi ketika kondisi ekonomi nasional atau global mengalami resesi atau penurunan tajam. Jika terjadi krisis ekonomi, banyak perusahaan akan memangkas biaya, termasuk tenaga kerja.
Namun, hal ini tergantung pada stabilitas ekonomi di tahun mendatang, termasuk inflasi, kebijakan fiskal, dan faktor-faktor eksternal seperti konflik geopolitik.
2. Perubahan Industri dan Teknologi:
Industri yang terdisrupsi oleh teknologi sering melakukan PHK besar-besaran, terutama sektor-sektor yang mengandalkan tenaga kerja manual atau proses konvensional. Otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi digital telah menggantikan banyak peran manusia di industri seperti manufaktur, perbankan, dan ritel.
3. Dinamika Pasar Kerja di Indonesia:
Di Indonesia, PHK besar-besaran sering terjadi di sektor-sektor yang rentan terhadap perubahan pasar global, seperti sektor manufaktur atau tekstil. Perubahan peraturan ketenagakerjaan, misalnya dalam UU Cipta Kerja, juga memengaruhi fleksibilitas perusahaan untuk melakukan PHK.
4. Dampak Pandemi dan Pemulihan Ekonomi:
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan PHK besar-besaran di banyak sektor, terutama pariwisata, perhotelan, dan ritel. Meski ekonomi mulai pulih, beberapa sektor masih menghadapi tantangan, dan ini bisa memicu PHK lebih lanjut jika pemulihan tidak berjalan dengan baik.
5. Kebijakan Pemerintah:
Kebijakan pemerintah terkait tenaga kerja dan stimulus ekonomi akan sangat memengaruhi apakah PHK besar-besaran terjadi. Jika pemerintah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi, hal ini dapat mengurangi risiko PHK massal.
Untuk saat ini, belum ada indikasi pasti bahwa PHK besar-besaran akan terjadi di masa mendatang, namun dinamika pasar global dan perkembangan teknologi tetap menjadi faktor risiko.