Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Menjaga Keharmonisan Adik Kakak, Bagaimana Caranya Berdiskusi Saat Menambah Anak?

27 September 2024   21:43 Diperbarui: 2 Oktober 2024   14:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan kakak adik. (iStock/Koh Sze Kiat via parapuan.co)

Tantangan dan Kebahagiaan dalam Merencanakan Jumlah Anak

Menikah sunnah Rasul sebagai langkah awal dalam membangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah yang harmonis, dan melanjutkan keturunan. Banyak pasangan memiliki anak menjadi bagian penting dari perjalanan sunnah tersebut.

Bagi sebagian orang, jumlah anak yang diinginkan telah direncanakan sejak awal, satu, dua, atau bahkan lebih. Namun, realitas pernikahan seringkali menghadirkan tantangan dan pertimbangan yang mungkin tak sesuai dengan rencana awal.

Berbagai faktor menyebabkannya seperti kondisi finansial, kesehatan, dan kesiapan mental, turut memengaruhi keputusan untuk memiliki anak, atau menambah anak lagi.

Keputusan untuk menambah anak tentu bukanlah hal yang mudah. Salah satu pertimbangan utama kesiapan finansial. Berikut akan muncul biaya pendidikan mulai dari PAUD, kesehatan, dan kebutuhan hidup anak menjadi pertimbangan penting yang harus diperhitungkan secara matang.

Selain itu, jarak antara anak-anak juga menjadi pertimbangan. Menambah anak tanpa memperhatikan jarak usia yang tepat dapat berpotensi menimbulkan kecemburuan antar saudara, terutama bagi anak yang lebih tua.

Mungkin merasa bahwa perhatian orangtua akan beralih kepada adik barunya. Oleh karena itu, komunikasi yang baik dengan anak yang lebih tua sangat diperlukan agar proses penambahan anggota keluarga baru berjalan lancar.

Foto by Orami co.id
Foto by Orami co.id

Mengomunikasikan Kehadiran Adik Baru pada Kakak

Memiliki anak lebih dari satu bisa jadi harapan yang indah. Namun kenyataannya, proses menyambut adik baru sering kali menghadirkan tantangan tersendiri. Terutama bagi si Kakak yang sebelumnya terbiasa mendapatkan perhatian penuh dari orangtuanya.

Ketika orangtua memutuskan untuk menambah anak, penting bagi mereka untuk memperhatikan kesiapan psikologis si Kakak agar proses ini tidak memicu rasa cemburu atau penolakan.

Salah satu langkah pertama yang bisa dilakukan ya mengomunikasikan rencana tersebut dengan baik kepada si Kakak. Orangtua menjelaskan bahwa kehadiran adik baru bukan berarti kasih sayang orangtua akan berkurang justru akan ada lebih banyak cinta yang bisa dibagikan.

Libatkanlah si Kakak dalam persiapan menyambut adik barunya. Memilih pakaian, mainan, atau bahkan membantu menyiapkan kamar untuk si Adik. Dengan melibatkan si Kakak, ia akan merasa memiliki peran penting dalam keluarga dan menjadi lebih siap menghadapi perubahan.

Tantangan terbesar pun akan muncul setelah si Adik lahir. Perhatian orangtua akan lebih banyak tercurah kepada bayi yang membutuhkan perawatan intensif. Pada masa ini, penting bagi orangtua untuk tetap menyediakan waktu khusus bagi si Kakak agar ia tidak merasa diabaikan.

Misalnya, luangkan waktu untuk bermain bersama atau mendengarkan cerita-cerita dari si Kakak. Hal ini dapat membantu mengurangi potensi kecemburuan dan menjaga hubungan yang harmonis antara kakak dan adik. Akan lebih oke bila Kakak ikut mengambilkan keperluan si Adik. Misal ambil popok adek, Kak.

Mengomunikasikan kehadiran adik baru dengan baik dan melibatkan si Kakak dalam setiap tahap persiapan menjadi kunci penting untuk menjaga keseimbangan emosi dalam keluarga. Dengan begitu, si Kakak dapat menerima adik barunya dengan lebih lapang dada dan merasa bahwa ia tetap mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sama dari orangtuanya.

Tantangan dan Solusi Saat Menambah Anak Baru dalam Keluarga

Mira dan Andi pasangan sudah menikah selama lima tahun. Mereka memiliki seorang putra berusia tiga tahun bernama Adit. Mereka merasa sudah waktunya untuk menambah anggota keluarga baru. Namun mereka khawatir Adit akan merasa cemburu atau terganggu dengan kehadiran adik barunya.

Adit selama ini mendapatkan perhatian penuh dari orangtuanya. Mira khawatir perubahan tersebut akan memengaruhi perasaannya.

Setelah mengetahui bahwa mereka akan memiliki anak kedua Mira dan Andi memutuskan untuk mengomunikasikan kabar ini kepada Adit dengan hati-hati. 

Mereka mulai berbicara dengan Adit tentang konsep memiliki seorang adik. Mereka mengajaknya membayangkan betapa menyenangkannya memiliki teman bermain di rumah. Mereka bahkan melibatkan Adit dalam memilih nama untuk adik barunya serta membiarkan Adit membantu memilih pakaian bayi yang akan dibeli.

Setelah adik Adit lahir, masalah mulai muncul. Bayi yang baru lahir membutuhkan perhatian penuh. Mira serta Andi sering kali merasa kelelahan. Adit mulai menunjukkan tanda-tanda kecemburuan. Ia meminta perhatian lebih, menjadi lebih manja, dan bahkan mencoba merebut perhatian dengan melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan. Mulai nakal gitu deh.

Untuk mengatasi hal ini, Mira dan Andi sadar bahwa mereka harus lebih bijak dalam mengelola waktu dan perhatian antara kedua anak mereka.

Mereka pun memutuskan untuk memberikan waktu khusus bagi Adit setiap hari. Mereka mengajak bermain bersama atau membaca cerita sebelum tidur. Semua kegiatan tanpa melibatkan sang adik.

Selain itu, mereka juga melibatkan Adit dalam tugas-tugas kecil, membantu mengganti popok atau mengambilkan barang untuk adiknya. Sehingga lama kelamaan Adit merasa ikut bertanggung jawab dan penting dalam keluarga. Ia pun merindui adiknya tiap waktu.

Adit pun menerima kehadiran adik barunya. Ia menjadi lebih sabar dan bahkan senang membantu mengurus adiknya. Dengan komunikasi yang terbuka dan melibatkan Adit dalam setiap tahap persiapan, Mira dan Andi berhasil menjaga keharmonisan keluarga dan mengurangi rasa cemburu yang awalnya dirasakan Adit.

Solusi dari Kasus:

1. Komunikasi secara bertahap

Ajak anak berbicara tentang adik baru jauh sebelum kelahiran agar anak siap secara mental. Misal dengan mengajak si Kakak mengelus perut bumil.

2. Libatkan anak dalam persiapan

Beri peran kepada anak pertama dalam mempersiapkan kehadiran adiknya. Beli perlengkapan adik misalnya. Siapkan nama adik.

3. Berikan perhatian khusus

Meski fokus pada bayi baru, tetap beri perhatian khusus untuk si Kakak agar tidak merasa diabaikan. Ajak bermain, bercerita, dan menjaga adik.

4. Libatkan dalam perawatan adik

Ajak kakak untuk membantu merawat adik dalam hal-hal sederhana agar ia merasa berperan. Ambil popok. Antar dot.

Dengan pendekatan itu, semoga orangtua bisa menjaga keseimbangan antara perhatian untuk anak yang lebih tua dan kebutuhan bayi yang baru lahir. Happy Ending.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun