Kenalkan namaku Yusriana. Biasa dipanggil Yus, Yu, dan Riana. Aku lahir di rumah orang tuaku, Sontang Lama, Pasaman, 25 Mei 1975.
Aku lahir dari pasangan romantis. Mereka kupanggil Aya dan Uma. Aya berinisial Kalimaskun Siregar. Uma dengan inisial Sulaikha Tambunan.
Pekerjaan ayaku sangat banyak. Awalnya, ia guru Sekolah Dasar Muhammadiyah. Kemudian berdagang buah sambil bertani. Namun kurang cocok pindah usaha heller padi. Adapun umaku seorang pedagang sayur dan bertani.
Mereka berdua sangat gigih mencari nafkah buat keluarga. Maklum, kami lima bersaudara harus dinafkahi aya dan uma. Aku anak sulung dari lima bersaudara. Adik keduaku bernama Tunas Siregar. Ia bersekolah di Mualimin Tamiang, Ujung Gading, Pasaman Barat.
Adik ketigaku bernama Ikmal Siregar. Ia selalu berpindah-pindah sekolah karena bandel. Pertama ia bersekolah di MTsN Rao, Pasaman Timur. Kemudian pindah ke SMP Tapus.
Adik keempatku bernama Adimaja Siregar. Ia bersekolah di MTsN Panti hingga tamat. Kemudian sekolah di MAN 3 Padang Panjang. Lanjut kuliah di Bung Hatta Padang. Adik kelimaku juga bersekolah di MTsN Panti. Lanjut di SMA N 2 Padang Panjang dan kulih Bahasa Jepang di Universitas Bung Hatta. Ia bernama Ermayani.
Kami sekeluarga beragama Islam. Sebagai orang beragama Islam, aya dan uma selalu shalat lima waktu. Adik-adikku juga rajin shalat lima waktu. Tiap selesai shalat Maghrib dan Subuh, kami membaca Al Quran.
Selain beribadah di atas, kami sekeluarga terbiasa bersedekah, berzakat, dan berinfaq. Kamipun rajin shalat sunnah Tahajjud, Witir, Dhuha, dan berpuasa untuk menjaga kesehatan tubuh.
Dalam kehidupan sehari-hari, aku hobi berbicara. Diskusi, pidato, bernyanyi, berpuisi, dan membaca menjadi hobiku. Bahkan, aku sering dibawa umaku ikut lomba pidato di kecamatan. Aku selalu meraih juara 1 untuk lomba pidato.
Sebagai siswa yang suka berbicara, dari kecil, aku bercita-cita menjadi guru. Ketika Sekolah Dasar (SD), aku bercita-cita menjadi guru SD. Sesudah di MTsN, aku bercita-cita menjadi Guru MTsN. Guru terlihat rapi, elegan, dan karismatik.
Awal pendidikanku dimulai di SD Inpres 32 Sontang Lama. Sekitar 1 KM dari rumahku. Aku berjalan kaki ke sana. Cukup lelah buatku. Namun, aku takut kepada ayaku sehingga aku harus tetap semangat melangkahkan kaki mengayunkan tangan menuju sekolah itu.
Tamat SD, aku bersekolah di MTsN Lubuk Sikaping. Dua jam perjalanan mobil dari rumahku. Aya memaksaku sekolah di sana. Padahal aku ingin sekolah SMP.
Di sekolah itu aku dilatih muhadarah hingga aku mahir berpidato. Rahmi dan Vera lawan terberatku di sekolah ini. Kami berlomba menjadi juara 1 lomba pidato. Mereka selalu menang hingga mereka diutus Bupati Pasaman untuk lomba di MTQ.
Setamat dari MTsN Lubuk Sikaping, aku berniat lanjut sekolah di MAN Koto Baru. Tapi tidak jadi karena tak ada yang menemani untuk mendaftar. Jadilah aku murid di MAN Lubuk Sikaping.
Tiga tahun aku bersaing di sekolah ini. Baik menyanyi, berpidato, puisi, dan diskusi. Sepuluh besar tetap teraih olehku di sini. Hingga akhirnya aku lulus.
Seterusnya, aku kuliah di Universitas Muhammadiyah. Program S1 Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebetulnya aku ingin kuliah di IKIP. Sayangnya aku tak lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).Â
Kuliah di UM (Universitas Muhammadiyah juga keren. Aku mendapat mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan. Banyak kajian bermanfaat diperoleh di sini. Apalagi daerah ini terkategori kota pelajar.
Usai kuliah, kira-kira umur 22 tahun, aku mendedikasikan diri mengajar. Mulai dari STM, SMA, MAN, SMP, dan MTsN. Bahkan pernah menjadi dosen selama lima tahun. Sayang, aku belum S2 sehingga tak bisa lanjut menjadi dosen. He he he.
Aku menikah di usia 25 tahun. Aku mengimpikan suami yang taat beragama Islam. Rajin shalat dan mengaji. Penyayang kepada kedua orang tuaku. Rela berkorban dalam menafkahi istri dan anak. Kalau bisa ia juga tahfizh Al Quran 30 Juz.
Impianku memiliki rumah di usia 30 tahun. Memiliki mobil, motor, dan anak-anak yang lucu. Dua laki-laki dan satu perempuan. Anak sholeh dan sholehah. Manut kepada orang tua, agama, nusa dan bangsa. Tahfizh Al Quran 30 Juz dan bisa mengimami keluarganya saat shalat dan mengaji.
Akhirnya di usia 34 tahun, aku lulus PNS (Pegawai Negeri Sipil). Akupun sejak itu mengajar di satu sekolah saja. Di sini, satu persatu tujuan hidupku tercapai. Aku bisa lanjut menghafal Al Quran. OTW 30 Juz.
Di sini pun aku bisa menulis di Kompasiana dan buku. Bahkan aku juga sudah punya blog sendiri. Di sini pun aku bisa menghidupkan mading sekolah. Melatih anak berpuisi dan berpidato.
Impianku yang belum terwujud di usia 49 tahun ini:
Pertama, naik haji ke Mekkah.
Kedua, hafal 30 Juz Al Quran.
Ketiga, memiliki sekolah sendiri.
Keempat, menulis buku best seller.
Selain itu, aku masih bermimpi sebelum usia 55 tahun, aku bisa kuliah S2. Berangkat umrahsekeluarga juga impianku.
Untuk agama, negara, nusa, dan bangsa, aku ingin menjadi bagian dari pengukir sejarah dalam dunia pendidikan. Aku ingin menjadi pelopor kemajuan pendidikan di mana saja. Impian ini ingin kuwujudkan kelak.
Di usia 60 tahun, kuharap anak-anakku pun sudah hafal 30 Juz Al Quran, sudah menikah, dan aku punya cucu. Aku ingin berbagi cerita dengan mereka. Aku ingin membimbing tahfizh mereka, bersedekah bersama, dan membangun sekolah tahfizh gratis.
Di usia 70 tahun, aku ingin tutup usia dengan husnul khatimah dalam keadaan beragama Islam. Shalat Tahajjud, Witir, Sunnah Rawatib sebelum Subuh, Dhuha, usai melantunkan 30 Juz Al Quran, dan berpuasa. Bahkan baru selesai mentransfer uang kepada sejumlah anak yatim, dan fakir miskin hingga mudah bagiku melafalkan Laa ilaha illallah Muhammadar rashulullah.
Tentu sangat nikmat, Rabb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H