Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagelaran Puisi di Negeri Fiksi

27 Oktober 2023   15:52 Diperbarui: 14 April 2024   09:50 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara, Raja tanpa spanduk puisi ajaib itu, kekuatan Raja Musanif bisa melemah, dan pertunjukan tarian dan baca puisinya akan menjadi ancaman bagi penduduknya. Mereka bisa tuli atau pekak tanpa spanduk puisi ajaib itu.

Raja Musanif terlihat murung. Ia merasa sedih dan khawatir, namun ia sebenarnya tidak menyerah. Ia sedang merenung dan memikirkan cara merebut spanduk puisi ajaibnya. Ia tak ingin sesuatu yang buruk menimpa diri dan negerinya. Ia sangat mencintai negerinya dan penduduknya.

Ia pun memutuskan untuk memulai petualangan. Ia bertekad untuk mendapatkan kembali spanduk puisi ajaib tersebut. Ia harus cepat, jangan sampai Ratto, si pencuri itu memanfaatkan spanduk puisi ajaib untuk menguasai Negeri Fiksi.

Raja pun mulai menyusun puisi-puisi perang. Dengan bantuan beberapa sahabat setia pecinta puisi dan istrinya yang jago memainkan musikalisasi puisi, ditambah dua putrinya yang jago menyanyikan puisi-puisi perang penyentuh kalbu. Raja mulai menyusun strategi.

Raja beserta keluarga dan sahabat memulai perjalanan mencari spanduk puisi ajaib milik Raja. Mereka pun menyamar seperti penduduk. Mereka memakai kostum petani.

Dalam perjalanan itu, Raja dan rombongan menghadapi berbagai macam rintangan. Kadang melayanglah beberapa bait puisi yang memekakkan gendang telinga mereka. Kemudian melayang pula beberapa bait bernada suram dan sedih.

Bila bait puisi yang melayang gembira tak jarang kaki Raja dan rombongan menari-nari namun, jantung Raja dan rombongan serasa diremas-remas. Tentu saja menimbulkan rasa sakit tak terkira.

Merekapun melewati Negeri Drama yang gelap. Negeri gelap itu dihuni oleh makhluk-makhluk pemain drama menakutkan. Tak ada pemeran protagonis dan tritagonis yang mereka temui di sana. Semua pemeran antagonis yang siap melayangkan senjata tajam. Bila tak hati-hati kepala mereka akan berpisah dari badan.

Raja pun mengeluarkan puisi penenang dan penyentuh jiwa. Puisi itu dibacakan Raja dengan lembut dan penuh penghayatan. Tubuh Raja sampai bergetar dan berkeringat. 

Diulang para sahabat pula dengan merayu, lalu dinyanyikan oleh dua putri Raja secara merdu dan syahdu diikuti pula oleh musikalisasi permaisuri Raja. Jadilah kolaborasi yang memikat mengalahkan aura jahat.

Perlahan musuh-musuh menakutkan di Negeri Drama menjadi tenang. Mereka pun menjadi tokoh protagonis yang siap membantu Raja menemukan tokoh antagonis Ratto. Mereka terlihat patuh dan setia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun