Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pengakuan Impoten Berbuah Penyesalan

1 September 2023   19:55 Diperbarui: 1 September 2023   19:59 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jeni. Maafkan aku. Aku tak bisa menikah denganmu." Pram mempertemukan sepuluh jarinya di dada. Tak lupa disertai ekspresi memelas dan memohon.

Sontak Jeni kaget atas permohonan kekasihnya Pramestio. Biasa ia panggil Pram karena usia mereka sama. "Bukankah kita akan menemui keluargamu di kampung, Pram?" 

"Tak jadi Jeni. Aku harus segera ke Aceh. Aku mendadak dapat panggilan kerja di sana. Kamupun harus tahu Jeni, aku impoten." Jelas Pram.

Hahhhh...Jeni kala itu terjengit. Ia cuma bisa menganga. 'Benarkah ia impoten?' Benak Jeni.

"Wislah Pram. Tak apa. Toh, kita berpacaran secara sehat. Kita takkan rugi meskipun hubungan ini kandas." Tatap Jeni kala itu. Ia pun melangkah meninggalkan Pram. Meskipun beribu tanya muncul di benak Jeni. Namun, hati dan kepercayaannya kepada Pram retak sudah.*

Beberapa tahun kemudian. Kala pagi menjelang, Jeni pun sedang bergegas menyiapkan peralatan dan perangkatnya mengajar hari ini, Senin. Tiba-tiba Pram mengirim pesan SMS kala itu ke nomor Jeni.

"Jeni. Tonton TV. Aceh Tsunami. Tapi mujur aku selamat. Aku salah satu warga yang berlindung di Masjid yang selamat itu, Jeni."

Meski SMS mantan. Jeni pagi itu cukup syok membacanya. Meskipun Pram telah memutuskannya, namun Pram tetap bersemayam di salah satu sudut hati Jeni. Walau menyisakan retak yang menimbulkan rasa sakit dan bersyukur Pram selamat.

Ia baru ingat, dulu Pram memutuskan hubungan karena mendapat panggilan kerja di Aceh dan impoten. Tak urung Jeni senyam-senyum mengingat itu. 'Apa benar sih Pram impoten?' Benak Jeni lagi. Ia pun menyuekin SMS Pram.

Pikiran Jeni tetap menerawang. Siapa tak kenal Gelombang tsunami yang menyapu pesisir Aceh dengan gempa dangkal berkekuatan M 9,3 di dasar Samudera Hindia. Gempa itu disebut ahli sebagai gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam sejarah dunia.

Kejadian itu terjadi pada hari Minggu kemarin. Hari yang semestinya digunakan masyarakat beristirahat, berkumpul bersama keluarga, dan menikmati libur akhir pekan. Tapi Minggu itu, masyarakat justru berhadapan dengan alam yang tengah menunjukkan kekuatannya, sungguh kuat.

Sejak SMS itu masuk, Jeni tak pernah bersua lagi dengan Pram. Kemana Pram usai bencana. Ia pun tak mau tahu karena ia sudah bersama keluarga kecilnya. Dua putrinya membuat ia lupa masa lalu.

Namun hari ini, Jeni kaget ketika ia dikunjungi di rumah oleh temannya. Santi dan Pram saat ini di ruang tamu keluarga Jeni. Santi hendak mengembalikan motor milik suami Jeni yang dipinjamnya.

Ketika Pram duduk di ruang tamu rumah itu, ia kaget. "Jeni!" Panggilnya pelan. Matanya fokus menatap foto-foto keluarga di ruangan itu. Sahabatnya Roman bersanding di foto pernikahan dengan Jeni. Foto lain mempertontonkan dua putri Jeni yang cantik-cantik.

"Jeni. Maafkan aku. Aku menyesal telah mengaku impoten hari itu. Sampai sekarang pun aku belum berani untuk menikah. Padal umurku sudah hampir mencapi 40 tahun." Andai tak malu, Pram serasa ingin menangis.

Tapi ia sadar, ia yang salah sepuluh tahun yang lalu. Ia yang sudah berikrar bahwa ia impoten hingga belum berani menikah sampai saat ini. Apa daya nasi sudah menjadi bubur. Ia harus menelan bubur itu. Ia harus menikmatinya.

"Lalu mengapa kamu ada di perkebunan ini, Pram? Bukankah kamu bekerja di Aceh? Hilangkah pekerjaanmu gegara bebcana itu?" Jeni mencecar Pram dengan berbagai pertanyaan.

"Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak Jeni. Aku dipindahkan ke sini. Sudah sebulan aku bekerja di sini Jeni. Tolong jangan cerita kepada suamimu Roman tentang masa lalu kita ya, Jeni."

"Maaf Pram." Potong Jeni. "Aku sudah menceritakan semua itu kepada suamiku." Jawab Jeni menyesal.

"Jen...!" Pekik Pram.

"Tak masalah Pram. Aku dan Jeni sudah bertukar masa lalu kami. Kami sudah menapaki masa depan... Maafkan aku Pram, aku tak bisa menolong hatimu yang penuh penyesalan itu." Tantang Roman suami Jeni di depan pintu. Ia mencibir ke arah Pram.

"Duh, maaf Bang Roman. Maafkan bang Pram ya!" Mohon Santi memelas. Roman mengangkat kedua bahunya sebagai tanda mohon maaf pula tak bisa membantu. Seperti kata pepatah 'Sesal kemudian tiada berguna.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun