Perekonomian masyarakat di kawasan Purus mulai hidup lagi. Masyarakat Purus yang rata rata bermatapencaharian sebagai nelayan tradisional, kini mulai berubah menjadi insan pariwisata, pemilik café, dan penyewa kamar wisma.
Lokasi sangat dekat dengan pusat Kota Padang, terletak di pinggir jalan raya. Dulu, ketika suami saya masih bekerja di Padang, kami suka berburu ikan besar ke pantai ini.
Kenangan itu tetap terulang saat kami ke Padang. Minimal duduk santai menikmati ombak dan sejuknya angin pantai. Jilbab berkibar-kibar bebas seolah melambai penuh cinta pada kehangatan pantai ini.
Anak- anak memang kurang tertarik bermain di pantai. Sebab tak bisa mandi. Namun, mereka bisa bermain istana pasir di sini. Sewaktu mereka masih kecil. Seru melihat mereka bermain istana pasir yang dikacau oleh ombaknya. Kami tertawa lepas melihat itu.
Adapun muda-mudi banyak duduk santai  di cafe atau di kursi-kursi yang disediakan pedagang kaki lima. Memang  di sepanjang tepian pantai pedagang menyediakan kursi-kursi. Susana pantai di malam hari makin heboh.
Banyak pengunjung yang memadati Pantai Purus hingga meluber ke Pantai Padang. Tak segan  untuk mencoba kuliner yang tersedia di sini.
Pengunjung biasanya paling banyak mahasiswa. Mereka mengaku memilih keluar di malam minggu untuk melepas penat setelah menghabiskan waktu di hari biasa untuk membuat skripsi, sekaligus ingin mencoba kuliner di Pantai Padang untuk makan malamnya.
Puas main di Pantai Puruih lanjut ke Pantai Padang. Pantai  ini terletak pada kawasan padat perkotaan di Kecamatan Padang Barat yang membentang dari daerah Purus hingga muara Batang Arau.
Jaraknya kurang lebih 23 km dari Bandar Udara Internasional Minangkabau atau 30 menit perjalanan menggunakan mobil.
Pantai Padang
Kawasan Pantai Padang dikenal dengan  istilah Taplau atau Tapi Lauik. Bukan pantai. Taplau Biasanya ramai dikunjungi wisatawan pada sore hari serta hari-hari libur. Mereka mencari kuliner langkitang cucuik.