Samber THR, Samber 2023, Hari-14 terus lanjut.
Manis memang menarik dibanding pedas, pahit, dan asin. Siapapun pasti tergoda. Namun perlu diketahui, bahwa tak selamanya manis itu indah. Apalagi menyangkut rasa.
Gemar yang manis tentu bisa berakibat buruk
Makanan manis selalu menjadi favorit. Terutama anak-anak. Sebagian masyarakat juga menyukai manis meski tak selalu menyehatkan.
Teh manis, kopi manis, ditambah camilan manis dijadikan sajian awal berbuka puasa. Seharian menahan lapar dan dahaga maka menyebabkan antrean meraih manisnya sajian di pasar kuliner.
Kebiasaan ini terlihat juga dalam acara berbuka puasa bersama diadakan. Begitu juga pemandangan di sebuah restoran di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Anak-anak hingga kakek-nenek, dibulan suci ini, semua gemar dengan segala sesuatu yang manis. Aneka penganan dan minuman yang disukai sejak dahulu.
Mulai dari coklat, eslilin, permen, es krim, sirup, aneka minuman kemasan, minuman soda, kue, biskuit, jajanan pasar, hingga bermacam keripik jadi kesukaan semua orang.
Tiap berbuka mereka tak pernah bosan memakan makanan manis. Apa saja makanan manis berbuka puasa?
Puding Mangga,
Masukkan susu cair, air matang, susu kental, gula pasir, dan bubuk agar-agar ke dalam panci, lalu aduk rata.
Bahan yang sudah dicampur di atas panaskan di atas kompor sambil terus diaduk sampai mulai panas.
Larutan maizena dimasukkan, aduk terus sampai mulai mendidih. Tunggu sekitar 3 menit.
Puding dituang ke dalam cup atau cetakan.
Tunggu hilang uap panas, lalu masukkan ke kulkas. Beri potongan mangga, lalu sajikan.
Buah Kurma
Disunnahkan kita memakan kurma dalam jumlah ganjil ketika berbuka puasa, tapi sebetulnya sih tidak ada dalil Sahih yang menujukkan ganjil.
Hanyalah ketika memakan kurma sebelum keluar untuk salat Idul Fitri, ada dalil maka disunnahkan dalam jumlah ganjil, dan minimal tiga butir kurma.
Nabi Muhammad SAW menyampaikan dan ini bagian dari sunnah beliau.
“Barang siapa yang sarapan dengan tujuh butir kurma ajwa, maka tidak berbahaya baginya pada hari itu racun maupun sihir." (HR Bukhari)
Makan kurma harus ganjil, hanyalah sebuah anjuran dalam agama Islam bukan kewajiban. Karena sunnah, makan kurma ganjil dan dalam jumlah sederhana agar tidak berlebihan, ada alasan medisnya lho.
Para praktisi kesehatan dan anggota Lembaga Penelitian dan Pengembangan Rumah Sakit Islam (RSI) dr. Titik Kusumawinakhyu mengatakan bahwa dari Antara, menjelaskan alasan medis kenapa makan kurma ganjil dan tidak berlebihan perlu.
Ketika seseorang mengonsumsi kurma dalam jumlah banyak saat buka puasa, dapat memperberat metabolisme dan meningkatkan kadar glukosa pengonsumsi.
Ya makan kurma sederhana saja, sesuau takaran cukup untuk mengembalikan energi sesudah berbuka puasa saja.
Bubur Delima
Delima yang terbuat dari tepung bengkoang menjadi salah satu bahan memiliki sumber karbohidrat.
Selain itu, terdapat pula vitamin A, C, kalisum dan fosfor. Karena banyak kandungan gizi sehingga cocok sebagai cemilan manis untuk berbuka puasa. Ini juga pilihan berbuka manis yang nikmat.
Mengapa disunatkan berbuka dengan yang manis?
Cadangan glukosa dalam tubuh secara otomatis akan habis dalam waktu 10 jam lho. Selama kita puasa. Apalagi lama berpuasa adalah 14 jam. Maka muncul anjuran untuk berbuka dengan makanan yang manis untuk mengganti glukosa tersebut.
Tujuannya tak lain untuk mengganti dengan cepat glukosa darah yang telah turun, dan menjadikan tubuh segar kembali. Makanan manis lebih cepat mengembalikan glukisa darah.
Makanan manis akan kembali menyeimbangkan kadar insulin dalam tubuh seseorang sehingga bisa kembali memproduksi energi. Tetap ada batasan saat mengkonsumsi makanan atau minuman manis itu lho.
Selain itu, buka puasa dengan yang manis mengandung gizi dan nutrisi penting untuk tubuh. Mengurangi lemas dan ngantuk ketika berpuasa. Makanya buah kurma dikonsumsi. Buah-buahan dapat mengontrol kadar gula darah dibanding makanan dan minuman olahan.
Makanan dan minuman manis mengandung juga mengandung kalori yang cepat diserap tubuh sehingga eningkatkan energi dan stamina selama puasa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H