Tugas kami ke dapur masak, cuci piring, dan membersihkan dapur. Orangtua kami ke sawah, tentu sudah lelah. Apalagi kampung kami panas. Bertambah panas bila Ramadhan.Â
Waktu itu setiap hari di bulan Ramadhan, tangan kecil saya sering terluka terkena pisau karena membersihkan ikan mas. Ikan budidaya di kampung kami ikan mas. Ada juga menyebutnya ikan rayo.
Ikan mas ini menu rutin di rumah. Kadang digoreng, kadang digulai pedas, dan kadang digulai asam padeh. Tak pernah dibakar atau dipanggang karena saya belum mahir memasak kala itu.
Sekilo ikan mas setiap hari yang musti saya bersihkan. Sesudah diangkat sisiknya lalu dikeluarkan kotoran ikan dari perutnya. Ada telor ikan di dalamnya. Telor ikan ini jadi favorit ayah dan adik-adik cowok di rumah kami.
Nah, ketika mengeluarkan telur ikan ini, saya suka berkhayal tentang dongeng ayah saya. Telor Ikan Emas.
"Dahulu kala katanya hiduplah seorang ibu dan seorang anaknya. Ayah anak itu sudah meninggal dunia. Mereka hidup di tepi hutan belantara. Hidup miskin.Â
Kadang mereka makan nasi dan kadang hanya makan sayur. Mereka mencari kayu bakar dan dijual ke pasar. Bila kayu bakar banyak bisa diganti dengan beras dan sedikit ikan asin. Bila kemarau, banyak mereka mendapat kayu bakar.
Tapi, bila musim hujan mereka tak bisa mendapat kayu bakar kering. Kayu bakar basah tentu sangat berat untuk dibawa ke pasar. Bila musim hujan inilah mereka dua beranak hanya memakan sayur atau ubi saja.
Suatu hari anaknya pergi ke sungai di tepi hutan. Ia menelusuri tepian sungai untuk mencari udang dan ikan kecil-kecil. Di kampung kami disebut iccor-iccor ikan kecil-kecil itu.
Sudah hampir setengah hari ia mencari udang dan iccor-iccor. Tapi pemuda jolong gadang itu tak juga mendapat tangkapan. Biasanya setiap ibunya membalik batu-batu di tepi sungai itu akan mereka temui udang atau iccor.
Kali ini semua lenyap. Pemuda tanggung itu terus berjalan hingga ibu jarinya terantuk batu. Duh, jempolnya berdarah. Ia berjongkok memetik daun bau-bau di tepi sungai (maaf ya, saya tak tahu Bahasa Indonesianya daun ini he he he).