Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Bagi Sekolah, Profesi Guru, dan Dosen Bila Banyak Pengikut Childfree

21 Februari 2023   17:55 Diperbarui: 21 Februari 2023   18:00 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemendikbud mencatat, bila digabung dengan Tenaga Kependidikan, terdapat 3.357.935 guru dan ditambah tenaga kependidikan (GTK) di Tanah Air hingga awal 2022. Berdasar angka tersebut, jumlah guru terbesar hingga 2.906.239 orang.

Tenaga administrasi atau Tenaga Kependidikan menempati urutan berikutnya dengan jumlah 348.776 orang. Tenaga pustakawan sebanyak 36.568 orang. Sedang tenaga laboran di Indonesia sebanyak 4.582 orang dan ada lagi tenaga pengawas sekolah sebanyak 1.249 orang.

Kemendikbud melaporkan, bahwa mayoritas guru sekolah merupakan generasi milenial yang berada di rentang usia 30 hingga 39 tahun, sebanyak 851.316 orang. Angka yang setara dengan 29,29% dari 2.906.239 guru di Indonesia.

Sesuai lansiran Badan Pusat Statistik (BPS) kita, sampai akhir tahun 2021 ada sekitar 265,5 ribu dosen atau tenaga pendidik perguruan tinggi di Indonesia. Sekitar 82,6 ribu dosen berada di kampus negeri dan 182,8 ribu dosen berada di kampus swasta.

Diperkirakan, 2045 mendatang, kita Indonesia digadang-gadang akan meengalami bonus demografi. Apakah Indonesia dapat merasakan kejayaan berkat bonus itu atau justru sebaliknya yang kita alami?

Tercapaikah bila banyak yang chilfree?Beberapa besar persiapan generasi muda negeri ini untuk menghadapinya?

Berdasar permasalahan tersebut, pemerintah tentu harus mengupayakan agar generasi muda Indonesia benar-benar siap menghadapi bonus demografi. Pemerintah saat ini sedang berupaya.

Dapat dirasakan generasi muda dengan adanya aspek pengembangan kreativitas dan inovasi dalam studi, sperti kurikulum merdeka. Namun, berapa lama akan bertahan bila childfree dijadikan plihan oleh pasutri. Lambat laun generasi tua, renta, dan meninggal.

Fenomena childfree sepatutnya menjadi topik hangat. Bukan hanya perbincangan di media sosial. Namun, childfree sebagai bukan konsep yang baru di Indonesia, perlu dikaji bersama lagi. Terutama pembuat kebijakan, mencari celah jalan keluar atau solusi.

Beberapa pasangan suami-istri memang punya alasan tersendiri mengapa mereka memutuskan tidak memiliki anak. Memiliki anak bukan pilihan mereka walau sudah bertahun-tahun menikah. Tapi, dampak bagi pihak sekolah, berdampak pula bagi profesi guru dan dosen, serta lini lainnya.

Semoga ada jalan terbaiknya. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Indonesia, menilai bahwa fenomena pasangan atau orang yang memutuskan tak punya anak atau childfree di Indonesia belum mengkhawatirkan untuk saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun