Bermula dari acara perpisahan kelas 9 di sekolah. Hadir saat itu walikota, kemenag, dan sejumlah undangan lainnya. Seorang perwakilan guru pun tampil ke depan memberi sepatah kata perpisahan. Ternyata ia menghilangkan konsep susunan penghormatan yang kuberikan.
Penghormatan dimulai dari jabatan tertinggi ke jabatan terendah. Karena konsep hilang, guru ini pun semaunya mengucap penghormatan.Â
Selain itu, acara perpisahan namanya. Bukan berarti bertangis-tangisan. Kepala kemenag saat itu tak menyukai susunan acara saya. "Masak, sudah menangis (sambutan) lalu menari. Sudah menangis, (sambutan), lalu bernyanyi."
Begitulah komen beliau ketika itu. Padahal di mana saja acara perpisahan agar tak mknoton ya begitu diselang seling. Namun selera beliau ternyata berbeda. Akibat dua hal di atas, seminggu kemudian, saya dan rekan saya dipanggil ke kemenag. Bukan untuk dimarahi sih.
Tapi kami diikutkan dalam kepelatihsn MC atau tepatnya latihan keprotokoleran. Semua sekolah diikutkan. Masing-masing sekolah mengirimkan dua utusan. Kamipun bersyukur mengikuti latihan ini. Apalagi pelatihnya langsung penanggung jawab keprotokoleran Gubernuran.
Saya dan seorang Bapak bernama M.Noor terpilih sebagai protokol terbaik dari segi suara. Kami berdua pun memandu setiap lakonan acara yang disuguhkan dengan lancar. Selama 2 hari, ilmu keprotokoleran kami bertambah.
Ada dua pesan yang saya ingat sampai sekarang, pertama, susunan acara sodorkan dulu kepada pejabat, melalui kepala sekolah, apakah acara resmi dan semi resmi diselang seling atau dipisah. Sebab, si pejabat kadang ingin cepat pergi karena masih ada acara lain.
Kedua, kata-kata penghormatan tak boleh salah urutannya. Bisa pindah tugas bila kita salah menyusun urutan penghormatan dan sambutan. Persis seperti dugaan saya, pelatihan ini didesak karena rekan saya yang salah saat memberi penghormatan.
Dua hari usai sudah pelatihan yang manis itu. Ketika di hari ketiga saya mengajar, saya mendapat pesan WhatsApp dari si protokoler gubernur."Bu, Yus. Minggu hadir ya di BLK Padang Panjang. Ada kejutan." Begitu isi pesan beliau.
Teman saya dari sekolah lain pun mengirim pesan sama. "Kak Yus, Bu Ina mengundang kita Minggu ke BLK. Kak dapat undangan tidak?" Tanyanya. Saya jawab dapat.
Minggu pun tiba. Kami dengan semabgat berangkat ke BLK. Bangga yang mengundang protokoler Gubernur,lo. Sampai di lokasi Balai Latihan Kerja itu, ternyata sudah ramai. Semua cowok yang hadir memakai jas dan dasi. Elegan. Begitu juga para cewek, hadir dengan busana elegan.
Kami saling bertatap, senyum, lalu cueks, dan masuk. Duh, Bu Ina sudah menunggu kami. Kami pun didudukkan di depan sekali. Acarapun mulai. Diperkenalkanlah satu persatu yang duduk di depan. Ada polisi, dosen, dan pemilik toko emas.
Ketika dicek di google, mereka benar polisi, dosen, dan pemilik toko emas di Padang. Usai berkenalan, mereka pun melakukan presentasi. Memperkenalkan produk Lempeng kaca bundar sejenis bioglass. Amezqua chakra dari Qnet. Lempengan kaca seharga 8 juta satu unitnya.
Ini katanya dapat membangkitkan energi serta memperbaiki struktur molekul yang ada di dalam segala jenis cairan. Menjadikan air jernih, sehat, dan higienis. Bila diletakkan pada pusat yang sakit, akan sembuh.Â
Saya tergiur membeli saat itu akibat Gombalan Pelatih Keprotokoleran dari Gubernuran. Saya tak punya uang saat itu. Tapi, karena butuh untuk berobat suami dan yang merayu dari keprotokoleran gubernur, saya pun meminjam uang ke adik saya kes 8 juta.
Bisnis chakra ini mirip MLM. Kita baru bisa dapat bonus bila sudah memiliki pengikut di kiri dan kanan. Istilahnya bersayap. Saya pun ikut mempromokan benda ini. Mencari pengikut di kiri dan kanan saya ke sana sini. Untunglah belum ada yang tergiur karena harganya yang selangit, 8 juta rupiah.
Jika ada yang tergiur, berarti ssya juga sudah menjadi pegombal. He he he. Ternyata, di luar sana ratusan massa berasal dari berbagai Kabupaten/Kota se-Sulawesi Tenggara (Sultra), berkumpul di kantor Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Kepolisian Daerah (Polda) Sultra.
Mereka datang untuk membuat laporan, terkait adanya dugaan penipuan dari penjualan produk kesehatan berlabel Qnet. Kamis (22/2/2018). Ternyata saya sudah digombali Ibu Ina, oknum dosen, oknum polisi, dan oknum pemilik toko emas itu.
Mereka pun tentu menjadi korban atas bisnis ini. Saya mengalami kerugian 8 juta rupiah. Mungkin mereka 10 x lipat, atau 100 x lipat lebih buntung dari saya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak', ungkapan tepat untuk menggambarkan nasib kami.
Kalau saya, sih chakra tersebut berguna buat kerokan. Tubuh enak bila dikerok memakai chakra itu. Tapi, ada pula yang bilang bahwa benda itu sirik. Saya pun jadi uring-uringan memakai dan menjaganya. Takdir, Chakra tersebutpun tak sengaja jatuh. Lalu pecah. Berakhir uang 8 juta rupiah akibat gombalan si protokoler gubernuran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H