"Ane, temani gua ke Padang, ya."
"Kapan?"
"Senin."
"Ngapain?"
"Ke rumah sodara gua. Antar kiriman. Sekalian ke rumah dosen pulangin buku."
Begitulah janjiku dan temanku Ane. Senin kami berangkat ke Padang. Naik ANZ. Duduk nyaman berdua, kebetulan. Karena perguruan tinggi negeri masih libur, bus, kebetulan lapang.
Biasanya, kami paling kebagian berdiri dan sesekali menjadi korban copet di atasnya. Modus tukang copet emang jitu. Pada saat bus menurunkan penumpang, ia pura-pura memepet punggung kita. Seolah melapangkan jalan untuk penumpang turun.
Awalnya aku nikmati saja sempit begitu. Hingga pas turun, aku sudah mendapati tas bahuku rusak resletingnya. Diperiksa isinya, uang 10 ribu pun sudah raib. Duh, sial banget tuh copet. Gercep banget reaksinya.
Pas nyadar uang hilang, aku menatap copet itu. Aku tahu siapa di belakangku berdiri. Ya, itu cowok di depan sana dengan jacket bulu di bahunya. Ia balik menatapku, membelalak sambil menghardik, "Apa lihat-lihat?"
Duh, berengseknya tuh copet. Duit gua diambil dan eh, guapun dihardik. Kasihan sekali diriku hari itu. Sial banget, dah. Yah, itu pengalaman pertamaku naik bus. Aku tandai tuh tukang copet. Bakal gua kerjain sesekali bisikku dalam hati.