Saya sejak kelas 6 SD sudah mulai program penurunan berat badan. Kala itu saya mendapati haid pertama di kelas 5. Sejak haid postur tubuh saya naik. Baju sekolah terasa sempit. Sejak itu sayapun melakukan program penurunan berat badan.
Awalnya saya berolah raga dengan ketat. Makan hanya yang berprotein, buah, serta beberapa macam sayur pilihan saja. Tepatnya, saya diet karbo. Tak mengonsumsi nasi, tepung, dan gula. Berat badan saya turun.
Namun, seiring berlanjutnya usia dan kesibukan, saya mengubah pola penurunan berat badan. Lagi saya tak sempat diet karbo lagi. Maka sayapun melakukan pola penurunan berat badan dengan meniru cara makan teman-teman berbadan ideal.
Nah, apa polanya? Ya, sarapan. Dahulu, saya berpikiran sarapan menaikkan berat badan. Ternyata tidak. Justru teman yang teratur sarapannya, memiliki postur tubuh ideal.
Sarapan tentu tak asing lagi buat kita bukan? Pentingkah sarapan menurut kita? Apakah sarapan berhubungan dengan berat badan kita?
Ternyata sarapan bisa lho menurunkan berat badan saya. Minimal tidak nambah lagi. He he he. Ah, masak sih? Benar kok. Yuk ikuti ulasan saya berikut.
Sarapan merupakan kegiatan kita makan dan minum di pagi hari. Antara bangun pagi sampai pukul 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian kita.
Benar, jam segitu aku belum lapar kata teman. Namun, kita butuh sebesar 15-30% gizi di durasi waktu itu. Gunanya, dalam rangka pembentukan kalori untuk mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif di sisa hari jelang siang kita.
Nah, rahasia itu lho yang tak saya miliki dulu. Hingga diet ketat bahkan menghabiskan uang berjuta-juta untuk membeli produk makanan khusus penurun berat badan. Untung saja tak sakit, ya.
Memang, kala itu menurunkan berat badan bukanlah perkara mudah bagi saya. Ternyata lebih sulit lagi bagi kita yang berusia tak muda lagi. Penurunan berat badan akan lebih sulit jika wanita mengalami masa menopause karena metabolisme tubuh melambat.