"Ini Ayunda?" Tunjuk Vella kepadaku. Kemudian ia menghempaskan lengan baju Pram. Menghentakkan kakinya. Lalu pergi. Kayak bocah aja.
'Vella belum sembuh Pram? Benar kalian menikah? Lalu mengapa Vella marah?'
Tanya itu hanya menari di otakku tak bisa kusampaikan kepada Pram karena ia pun pergi meninggalkanku. Vella mengenalku tapi mengapa marah saat Pram menyebut namaku. Anehnya Vella. Ia memang aneh dari dulu. Kelemahan Sahabatku, Novella selalu iri kepadaku.
Salahkah aku? Entahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H