Akhirnya, ia jenuh dan bosan, malas belajar. Lama-lama menyiasati cara melepaskan diri dari rutinitas belajar. Tugas pun menumpuk dan diperparah lagi guru tak peduli untuk menyelidiki kasus anak ini.
Baru disadari ketika pertengahan semester. Orangtua juga tak menyadari. Terlambat sudah, nasi sudah menjadi bubur. Inilah siswa yang tak tuntas itu.
Ketiga, Kurang Mendapatkan Kasih Sayang dari Orangtua
Saya masih ingat pengalaman masa kecil di kampung. Orangtua kami petani dan sebagian besar teman sekelas orangtuanya buruh tani upahan. Perilaku orangtua di kampung taklah mengenal istilah kasih sayang, seperti sekadar pelukan atau cium pipi.
Mungkin karena susahnya hidup menjadi petani atau memang tak mengenal ilmu kasih sayang. Jika mau berangkat ke sekolah, berangkatlah. Siapkan dirimu sendiri. Makan pagi pun tak ada. Apalagi uang jajan. Susah sekali kehidupan kala itu.
Hasilnya, hanya 2 dari 30 siswa di Sekolah Dasar kami itu yang masuk perguruan tinggi. Saya dan teman saya Abdul Sani. Konon ia menjadi mantri (perawat) di Medan sana. Selebihnya, tamat sekolah dasar itu saja dan beberapa tamat SMP.
Rasa percaya diri anak ketika itu taklah menjadi perhatian karena sibuk dengan kemiskinan. Ternyata percaya diri sangatlah dipengaruhi oleh dukungan yang didapatkan anak dari kedua orangtuanya dan lingkungannya.
Ketika orangtua sibuk dan tak memperhatikan anak seperti kasus di atas, membuat anak tanpa kita sadari merasa dilupakan, tak diinginkan, atau mereka merasa kehadirannya tak penting. Hal ini berdampak pada rendahnya rasa percaya diri anak. Mereka pun kesepian.
Begitu juga saya rasakan ketika melanjutkan ke SMP yang jauh dari orangtua. Minder, malu, dan merasa rendah diri. Kehidupan teman-teman saya di sekolah ini berlimpah kasih sayang. Mereka tampil modis, rapi, keren, dan bersih meski hanya memakai seragam sekolah.
Mereka murah senyum, ramah, dan penuh kasih sayang kepada teman. Membuat saya semakin merasa kerdil. Satu teman saya sangat perhatian kala itu. Namanya Elsa. Orangtuanya guru.
Darinyalah saya belajar arti percaya diri. Sejak saat itu saya tak mau pilih-pilih teman. Saya berusaha ramah kepada siapapun hingga sekarang. Sebab kasih sayang dan sifat ramah kita selaku teman, orangtua, dan guru menginspirasi orang lain seperti sikap teman saya Elsa.