Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dendam, Ujaran Kebencian, dan Toxic Jelang Pemilu Tinggalkan Mari Berdemokrasi Secara Bijak

21 November 2022   09:37 Diperbarui: 21 November 2022   10:11 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hindari toxic jelang pemilu : kompas.com.

Korlantas Polri itu juga mengaku tidak diajak berkoordinasi. Memang Gatot Nurmantyo yang waktu itu masih menjabat Panglima TNI langsung meminta maaf kepada Jokowi. 

Mantan wartawan Panda Nababan lebih lanjut, mendedahkan cara Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempermalukan Gatot Nurmantyo.

"Tak diduga, dia [Jokowi] bisa bikin gerakan yang kita enggak duga semacam sesuatu yang untuk membalas dendam," imbuh Panda.

Dia (Jokowi) bikin acara andong, di bundaran HI keliling tiga setengah jam sama JK, jadi Prabowo 3,5 jam lihat TV ada tukang andong jadi presiden," imbuh Panda lagi.

Panda Nababan meyebutkan bahwa dia khawatir jika Surya Paloh bermasalah dengan Jokowi. Pasalnya seperti yang terjadi sebelumnya, Jokowi punya kemampuan lihai untuk membalas dendam.

Panda pun lebih lanjut berujar kepada pers, "Dia [Jokowi] punya kemampuan itu, aku kebetuluan sama Surya Paloh teman baik, duh janganlah itu saya lihat ada tanda-tandanya yang pelukan enggak dibalas," ujar Panda, "Terus terang, saya khawatir jangan lah karena dia [Jokowi] ini punya kemampuan yang di luar dugaan."

Segitu toxickah pemimpin kita?  Toxic, sebutan yang wajar bagi pemimpin bangsa atau sudut pandang para elit politik di atas? Sangat menyebalkan, tidak adil, dan memberikan penilaian.

Persatuan dan Kesatuan akan terberai, bekerja di bawah seorang pemimpin atau atasan toxic, menjadi salah satu alasan paling besar mengapa masyarakat jenuh jelang pemilu.

Semoga kita masyarakat Indonesia bijak menyikapi pemanasan jelang pemilu ala elit politik itu. Dendam, Ujaran Kebencian, dan Toxic Jelang Pemilu sebaiknya ditinggalkan. Mari berdemokrasi secara bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun