Korlantas Polri itu juga mengaku tidak diajak berkoordinasi. Memang Gatot Nurmantyo yang waktu itu masih menjabat Panglima TNI langsung meminta maaf kepada Jokowi.Â
Mantan wartawan Panda Nababan lebih lanjut, mendedahkan cara Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempermalukan Gatot Nurmantyo.
"Tak diduga, dia [Jokowi] bisa bikin gerakan yang kita enggak duga semacam sesuatu yang untuk membalas dendam," imbuh Panda.
Dia (Jokowi) bikin acara andong, di bundaran HI keliling tiga setengah jam sama JK, jadi Prabowo 3,5 jam lihat TV ada tukang andong jadi presiden," imbuh Panda lagi.
Panda Nababan meyebutkan bahwa dia khawatir jika Surya Paloh bermasalah dengan Jokowi. Pasalnya seperti yang terjadi sebelumnya, Jokowi punya kemampuan lihai untuk membalas dendam.
Panda pun lebih lanjut berujar kepada pers, "Dia [Jokowi] punya kemampuan itu, aku kebetuluan sama Surya Paloh teman baik, duh janganlah itu saya lihat ada tanda-tandanya yang pelukan enggak dibalas," ujar Panda, "Terus terang, saya khawatir jangan lah karena dia [Jokowi] ini punya kemampuan yang di luar dugaan."
Segitu toxickah pemimpin kita? Â Toxic, sebutan yang wajar bagi pemimpin bangsa atau sudut pandang para elit politik di atas? Sangat menyebalkan, tidak adil, dan memberikan penilaian.
Persatuan dan Kesatuan akan terberai, bekerja di bawah seorang pemimpin atau atasan toxic, menjadi salah satu alasan paling besar mengapa masyarakat jenuh jelang pemilu.
Semoga kita masyarakat Indonesia bijak menyikapi pemanasan jelang pemilu ala elit politik itu. Dendam, Ujaran Kebencian, dan Toxic Jelang Pemilu sebaiknya ditinggalkan. Mari berdemokrasi secara bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H