Kisruh yang berawal dari cuitan seseorang di Twitter dari akun @KoprifilJati, dengan nama Kharisma Jati yang dinilai menghina Iriana, dan menganggap ibu negara Indonesia sebagai asisten rumah tangga (ART) atau pembantu Kim Kun Hee, merujuk cuitan berikut:
"Bi, tolong buatkan tamu kita minum,"
Toxic, mungkin itu yang terlontar di hati kita menyikapi hal di atas. Adakah ini maling teriak maling sebagai penyajian sandiwara dendam, ujaran kebencian, dan toxic di jelang pemilu? Toxic politik atau political toxic.
Tak kalah, Politikus senior PDI Perjuangan atau PDIP Panda Nababan, juga turut meramaikan di Wartaekonomi mereka menyebutkan jeleknya Presiden Joko Widodo alias Jokowi adalah balas dendam. https://wartaekonomi.co.id//
Panda lebih lanjut mengatakan, Jokowi memiliki kemampuan untuk membalas dendam pada siapa saja yang berbuat salah padanya dengan cara tak terduga.
Ia menyatakan saat menanggapi kemungkinan adanya hubungan buruk antara Jokowi dan Surya Paloh jelang pemilu 2024.
" Sebetulnya saya khawatir, hubungan mereka berdua ini tidak berjalan baik antara Jokowi dengan Surya, karena kalau itu terjadi Jokowi jelek kelakuaknnya itu jelek," ungkap Panda Nababan dalam perbincangannya di Total Politik.
Ia mengawali cerita tersebut dengan kisah tentang Presiden Jokowi terjebak kemacetan ketika menuju lokasi perayaan HUT TNI 2017 di Pelabuhan Indah Kiat, Cilegon, Banten. Saat itu, akhirnya Presiden terpaksa berjalan kaki.
" Tentu dia (Jokowi) merasa dipermalukan, merasa tidak dihargai waktu ulang tahun TNI di Cilegon. Jalan kaki dia," tutur Panda.
Panda menuturkan, mantan gubernur DKI itu pun meminta Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengecek masalah macet ini ke Polda Banten.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung juga dimintai menghubungi Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri.Polda Banten yang pada waktu itu dipimpin Listyo Sigit Prabowo. Listyo mengaku tidak dilibatkan dalam pengaturan lalu lintas menuju lokasi HUT TNI di Cilegon saat itu.