Melangkah menuju langit sangatlah mudah tanpa pemandu teropong bintang, kita tinggal memejamkan mata hati dan terbentanglah jalan menurun terarah, mendaki sedang, berkelok indah, dan ramah.Â
Jalan berhiaskan warna pelangi merah, kuning, jingga, ungu, biru, nila, dan hijau.
"Tahukah kamu kalau tiap jalan berbelokku bermanfaat?" Tanya jalan menuju langit. Jalan berbelok-belok  untuk melatih kekuatan, ketemapilan dariku menuju kelincahanmu nan menyesak.
Sedangkan jalan lurus bermanfaat untuk melatih keterampilan dan keseimbanganmu memutus perkara keadilan yang jamak.
Pelangi berwarna indah di jalan menuju langit itu laksana lentera menerangi dan memadu langkahmu melangkah menuju langit tinggi ketika mulai engkau ancang startmu dengan ancang-ancang posisimu.
Dengan meletakkan keputusan melangkah menuju langit di depan dan wajahmu ditekuk menatap harapan cita tergapai layaknya awan langit yang berarak lembut merayap. Â
Lalu, posisikanlah dirimu di kanan dan letakkan di sebelah dirimu dengan diberi jarak sekitar satu kepal impian kita di kedua tangan di belakang garis start takdir dan ibu jari terpisah dari  empat jari lain.
Saling  menekan rapatlah yang bermakna merantai impian bersayap tipis ini pernah ditawarkannya kepadamu dalam janji nyata dan jingga tapi kau tolak karena jengah.
Kala itu kepada janji merah kuning hijau sedang engkau gantung fokusmu padahal kamu tahu dia tiada dayanya menyuguhimu tiga warna itu dalam pikir bersangkal.
Penyesalanmu tak memilih melangkah menuju langit dengan dua warna janjinya sudah terlambat karena kereta bermata tajam tak kembali berangkat.