Betul, jika anak sudah puber, sinyal bagi Ayah Bunda akan ada perpisahan. Minimal karakter anak yang biasa manja dan senang berceloteh berubah pendiam. Tak jarang membuat Ayah Bunda bertanya, kok anak saya berubah? Dulu ceria sekarang pendiam.
Atau sebaliknya, dulu anak saya suka mengurug diri di rumah, kenapa sekarang suka keluar rumah? Sebetulnya ia diam karena sedang berperang antara pikiran, logika, emosi, dan perasaan. Sebaliknya ia senang keluar rumah karena ada sesuatu yang menarik di luar.
Apalagi jika orang tua kiler atau otoriter. Membuat anak merasa takut mencurahkan isi hati bahwa ia telah menyukai seseorang. Di sekolah guru melarang pacaran, di rumahpun diberi tekanan, "Awas, ya. Jangan sampai ayah dengar kamu pacaran. Ayah kurung kamu di rumah."
Wow, serem! Sementara teman sekitarnya dengan bangga bercerita punya pacar. Dengan teman sekelas, dengan anak luar sekolah, dengan anak SMA, SMK, bahkan ada dengan sopir angkot atau stokar bus. Biar ongkos perai.
Anak beranjak remaja, jangan heran bila anak mengatakan bahwa dirinya telah mendapatkan pacar pertamanya. Pada usia remaja, mereka mulai tertarik kepada orang lain, mengalami apa yang biasa disebut dengan puppy love atau cinta monyet.
Sebetulnya anak mulai tertarik kepada orang lain di usia yang sangat muda, saat gadis kecilku di PAUD. Ia menyukai salah satu cowok di PAUD-nya. Ketika menjemput, sepanjang jalan pulang, ia berceloteh bagaimana mereka menghabiskan waktu di PAUD.
Bila cowok itu sakit, ia bisa menangis saat bercerita. "Tak enak di sekolah Bunda, Fadhil gak ada," celotehnya. Air matanya menetes. Begitupun saat mereka harus berpisah karena akan masuk TK. Ia menangis karena beda TK.
Rasa "suka" akan serius terjadi saat anak menginjak usia pubertas. 9-10 tahun, dan mendapatkan pacar pertamanya pada usia 12-13 tahun. Ini tak mutlak dihadapi semua anak. Tergantung lingkungan sekolah dan temannya.
Hanya saja pada usia ini, ia sudah mulai bertanya-tanya kepada Ayah Bunda. Pacaran itu apa? Bolehkah pacaran. Bagaimana pacaran yang sehat. Seharusnya, pacaran atau tidak pacaran, Bun?
Tujuh tips berikut mungkin dapat membantu orangtua menghadapi anak remaja yang mengalami cinta pertama, agar kita selaku mama tidak cemburu dan dapat bersahabat dengan perasaan kita dan anak.
Pertama, Sadarilah, anak akan mengalami perasaan tertarik kepada seseorang ketika mereka memasuki masa pubertas, alami dan normal. Hormon androgen dan testosterone anak muncul. Anak laki-laki akan lebih tertarik pada fisik perempuan “sex appeal”, sementara anak perempuan lebih fokus pada aspek pertemanan.